Siapa 'Squad Lama' yang Disebut Pengacara Brigadir J Sebagai Dalang Pembunuhan? Fakta Baru Terungkap
Kamarudin Simanjuntak juga meminta publik untuk mendukung agar hasil autopsi Brigadir J disampaikan sekarang juga.
TRIBUNPALU.COM - Pernyataan mengejutkan disampaikan pengacara keluarga Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak terkait insiden Polisi tembak Polisi.
Kamaruddin Simanjutak menyebut adanya ‘Squad lama’ yang menjadi dalang di balik kematian Brigadir J.
Hal itu disampaikan Kamaruddin Simanjutak ketika membeberkan fakta baru terkait kematian Brigadir J di akun Facebook pribadinya.
Fakta baru yang dibagikan Kamaruddin Simanjuntak adalah foto Brigadir J sebelum meninggal dunia.
Baca juga: Fakta CCTV Ungkap Kondisi Brigadir J Sebelum Tewas, Masih Sempat Tertawa dan Bercanda?
Dalam foto itu, terlihat Brigadir J melakukan video call dengan sang kekasih, Vera Simanjuntak.
Pada video itu itu, terlihat Brigadir J sedang merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Terlihat ia menyandarkan kepalanya di sebuah bantal dengan sarung berwarna putih.
Tampak pula kain mirip selimut warna cokelat di dadanya.
Brigadir J juga terlihat mengenakan baju berwarna hitam.
Pada foto itu, tampak wajah Brigadir J meringis dan matanya melirik ke sisi kananya.
Sementara sang kekasih memasang wajah sedih melihat sang kekasih di balik video call tersebut.
Menurut Kamarudin Simanjuntak, foto itu merupakan momen saat Brigadir J meminta Vera untuk mencari penggantinya.
Bukan tanpa sebab, Brgadir J saat itu menyebut dirinya akan pergi untuk selamanya karena akan dibunuh.
Tampaknya video itu merupakan bukti adanya pengancaman terhadap Brigadir J.
"Noted: Keterangan Poto Alm. Brigadir Nopriansyah Yoshua Hutabarat, Ketika Alm : Pamitan & Memohon Maaf serta Meminta Mencari "pria lain" Sebagai Pengganti Dirinya,
Sekaligus Menjelaskan Bahwa Dia Akan Pergi Untuk Selamanya,
Karena "AKan Dibunuh Oleh Para Squad Lama Yang Pada Kurang Ajar.. !"," tulis Kamarudin Simanjuntak.
Baca juga: Beredar Foto Brigadir J Menangis saat Video Call dengan Kekasih, Pengacara: Ketakutan akan Dibunuh
Sambil memposting foto tersebut, Kamarudin Simanjuntak juga meminta publik untuk mendukung agar hasil autopsi Brigadir J disampaikan sekarang juga.
"Dukung "Hasil Autopsi dan Visum Et Repertum Alm. Brigadir Polisi Nopriansyah Yoshua Hutabarat" segera diumumkan sekarang juga secara terbuka, obyektif dan transfaran,
sesuai amanat Presiden RI, demi kepastian hukum, keadilan dan kemamfaatannya," tulisnya.
Bukan cuma itu, ia juga meminta agar jenazah Brigadir J kembali dimakamkan secara kedinasan.
"Dukung Jenazah Alm. Brigadir Polisi Nopriansyah Yoshua Hutabarat untuk dimakamkan sekarang secara kedinasan.
Mari tolak, alasan "kurang persyaratan administrasi," tulisnya lagi.
Kesaksian Penggali Makam
Makam Brigadir J, korban insiden Polisi tembak Polisi dibongkar pada hari ini, Rabu (27/7/2022).
Pembongkaran jenazah Brigadir J dilakukan demi keperluan autopsi ulang dan mengungkap kebenaran tragedi Polisi tembak Polisi.
Terkait bagaimana kondisi jenazah Brigadir J, diungkap oleh penggali makam yang ditunjuk pihak keluarga.
Setelah peti jenazah berhasil diangkat dari makam, tidak langsung dibawa ke rumah sakit.
Terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan isi peti untuk memastikan isinya.
Baca juga: 4 Temuan Komnas HAM soal CCTV Tewasnya Brigadir J, Begini Kondisinya saat di Rumah Ferdy Sambo
Satu di antara penggali makam dan yang juga melihat kondisi Yosua saat dibongkar adalah Pardede.
Dia berbagi kisah kondisi jenazah saat peti pati dibuka, kepada Tribun, di posko Pemuda Batak Bersatu, Rabu pagi.
Pardede mengatakan tutup peti hanya dibuka setengah, sehingga kelihatan dari kepala hingga dada.
"Kondisinya masih utuh seperti pada saat dimakamkan," kata Pardede.
Dia menjadi bagian penting yang telibat dalam proses autopsi ulang yang menjadi perhatian nasional ini.
Pardede menyebut dia jadi bagian dari tim penggali makan itu atas dasar sukarela.
"Tidak ada paksaan, bukan karena diminta, kami yang turun tadi ke makam atas dasar sukarela," ungkapnya.
Dia juga menyampaikan harapan terhadap proses autopsi ini.
"Semoga terungkap semua apa yang sebenarnya terjadi," ucapnya.
Dia dan rekan-rekannya dari Pemuda Batak Bersatu sudah sepekan ini mendirikan posko di sana.
Mereka berjaga siang dan malam untuk memastikan tidak ada yang mengganggu makam itu.
Diberitakan sebelumnya, keluarga Brigadir Yosua Hutabarat hadir di makam Yosua saat akan digelar autopsi ulang.
Pagi ini makam Yosua akan dibongkar, dan jenazahnya kemudian dibawa ke rumah sakit.
Pantauan Tribun, ayah dan ibu Yosua tiba di makam sekitar pukul 06.45 WIB.
Keluarga kemudian melakukan ibadah singkat di areal makam, dipimpin oleh seorang pendeta, Rabu (27/7/2022).
Hanya keluarga dan yang ditunjuk oleh keluarga yang bisa masuk ke lokasi makam.
Pada Rabu (27/2/2022) pukul 06.15, terpantau puluhan anggota Polri telah berjaga di lokasi makam, di Unit 1 Sungai Bahar, Muarojambi, Jambi.
Ambulans yang akan membawa jenazah Yosua dari makam ke rumah sakit juga telah tiba di lokasi
Jalan jalan di samping makam Yosua juga diblokir sementara.
Autopsi ulang digelar untuk menjawab keraguan atas autopsi yang dilakukan sebelumnya.
Permohonan melaksanakannya disampaikan oleh kaluarga Brigadir Yosua Hutabarat melalui kuasa hukumnya.
Pelaksanaan autopsi ulang ini melibatkan dokter forensik dari yang ditunjuk oleh Polri dan juga tim independen.
Di antara dokter forensik tersebut ada yang berasal dari Persatuan Dokter Forensik Indonesia, dan juga dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat.
Baca juga: Kesaksian Penggali Kubur Saat Lihat Jenazah Brigadir J untuk Diautopsi: Kondisi Wajahnya Masih Utuh
Diberitakan sebelumnya, Brigadir Yosua Hutabarat meninggal dunia pada Jumat (8/7/2022) sore.
Keterangan polisi, Yosua tewas dalam baku tembak dengan Bharada E di rumah Irjen Pol Ferdy Sambo.
Motif baku tembak, polisi mengatakan berawal dari aksi Brigadir Yosua Hutabarat yang masuk ke kamar pribadi Ferdy Sambo.
Di dalam kamar itu ada istri Ferdy. Yosua disebut polisi melakukan pelecehan dan penodongan senjata.
Kemudian ada teriakan istri Sambo, hingga akhirnya Bharada E turun memeriksa ke arah sumber teriakan.
Dia menegur Yosua yang baru keluar dari kamar, kemudian dibalas tembakan, dan akhirnya baku tembak.
Namun pihak keluarga banyak yang meragukan kronologi tersebut. Apalagi di tubuh Yosua juga ada bekas mirip luka sayatan dan luka lebam.
Selain itu juga merasa janggal dengan lamanya polisi menyampaikan pernyataan pers, yakni 3 hari setelah Yosua meninggal dunia.
Tak hanya itu, kejadian berikutnya juga membuat publik semakin merasa janggal, karena pencabutan decoder CCTV hingga lokasi kejadian yang ternyata tidak juga dipasang garis polisi hingga beberapa hari setelah kejadian.(*)
(Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palu/foto/bank/originals/Kamaruddin-Simanjuntak-penasihat-hukum-keluarga-Brigadir-J.jpg)