Palu Hari Ini

Kota Palu Urutan Pertama Peredaran Narkoba di Sulteng, Kepala BNNK: Ngeri-ngeri Sedap

BNNK Palu meminta penanganan narkotika di Kota Palu tidak bisa dibebankan pada institusi Polri dan BNN saja.

Editor: mahyuddin
handover
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Sarifuddin Sudding menggelar dialog kebangsaan. Kegiatan itu berlangsung di Aula Torabelo Polresta Palu, Jl Samratulangi, Kelurahan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kamis (3/8/2023). 

Laporan Wartawan TribunPalu, Rian Afdhal

TRIBUNPALU.COM, PALU - Kepala Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Palu AKBP Baharudin menyebut wilayahnya menempati urutan pertama kasus narkotika tertinggi di Sulawesi Tengah.

Olehnya, dia meminta penanganan narkotika di Kota Palu tidak bisa dibebankan pada institusi Polri dan BNN saja.

"Kita harus bersinergi dari semua pemerintahan dan ikut ambil bagian sesuai dengan kapasitas serta kapabilitas dalam rangka memutus rantai peredaran narkoba," ucapnya saat menghadiri Dialog Kebangsaan bersama Anggota Komisi III DPR RI, Sarifuddin Sudding, di Aula Torabelo Polresta Palu, Jl Samratulagi, Kelurahan Besusu Barat, Kecamatan Palu Timur, Kamis (3/8/2023).

Kata AKBP Baharudin, korban penyalahgunaan narkotika tidak boleh di penjara.

Itu agar pengedar tidak saling bertukar pengetahuan sehingga terus berada dalam jaringan peredaran narkotika.

"Sekitar 3,3 persen atau 124,992 jiwa yang terpapar narkoba, jadi masalah narkoba di Kota Palu ini bisa dikatakan ngeri-ngeri sedap," ujar AKBP Baharudin.

Baca juga: Kajari Palu Ungkap Modus Pengedar Narkoba, Awalnya Berikan Gratis

Menurut Baharudin, korban-korban pemakai narkoba harus dilakukan penegahan, pemberdayaan dan rehabilitasi.

"Karena mereka ini korban, negara harus hadir, kalau untuk pengedar di Kota Palu bisa dikatakan 90 persen sudah ada di lapas, ini nanti akan kita diskusikan bersama dan kami bersama pekot, polres dan kejari telah mendorong RS Anutapura agar melayani pasien rehabilitasi," papar AKBP Baharudin.

Dia menambahkan, saat ini pihaknya juga telah melakukan pendekatan dan sosialisasi melalui media sosial.

"Kita edukasi mereka melalui media sosial, karena anak-anak kita ini kalau disampaikan langsung mereka bosan jadi pendekatannya harus melalui media sosial," jelas AKBP Baharudin.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved