Local Experience

Wanita-wanita di Balik Gurihnya Lalampa Toboli Parigi Moutong, Sehari Buat 1.000 Adonan

Wani merupakan karyawan Raja Lalamba Toboli milik Ci Kim, wanita turunan Tionghoa kelahiran Toboli.

Editor: mahyuddin
TRIBUNPALU.COM
Wani (42) dengan gesit menata Beras Ketan berisi ikan cacah di atas daun pisang kemudian menggulungnya. Tak hanya itu, gulungan Beras Ketan yang telah terbalut daun pisang muda kemudian dibungkus lagi pakai daun pisang, kemudian ditusuk kayu lidi di bagian bawah dan atasnya.  

Dalam sehari, Wani dan rekannya mampu membuat 1.000 Lalamba siap bakar

Lalampa yang telah terbungkus daun pisang kemudian dibawa ke bagian teras warung untuk dibakar.

Raja Lalampa Toboli bukanlah warung pertama di mawasan persinggahan sopir lintasprovinsi maupun kabupaten itu.

Baca juga: UPDATE Real Count KPU DPR RI Dapil Sulteng Senin 19 Februari 2024 Pukul 06.18 WIB

Menurut, karyawan bermama Ismet, kelahiran 1978, sejak kecil Raja Lalampa sudah ada.

Namun warung Lalampa pertama di daerah itu adalah milik seorang wanita bernama Haja Norma, perantau Bugis.

Hanya saja warung Haja Norma bergeser tak jauh dari tempat itu karena proyek pelebaran jalan.

Kuliner Khas Pelancong

Lalampa sudah dikenal sebagai jajanan khas bagi masyarakat Sulawesi Tengah
Lalampa sudah dikenal sebagai jajanan khas bagi masyarakat Sulawesi Tengah. Desa Toboli, di Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, dikenal sebagai sarang utamanya. 

Lalampa sudah dikenal sebagai jajanan khas bagi masyarakat Sulawesi Tengah

Desa Toboli, di Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, dikenal sebagai sarang utamanya. 

Area pintu masuk Pegunungan Kebun Kopi itu terlihat berderet warung makan yang memang khusus menyediakan Lalampa

Lokasi itu pun dikenal menjadi spot persinggahan pengendara lintas kabupaten bahkan provinsi. 

Diketahui, jalan itu  merupakan satu-satunya jalan Trans Sulawesi penghubung Kota Palu, Parigi, Poso, hingga Morowali. 

Baca juga: Hari Raya Lalampa di Toboli Parigi Moutong, Jalan Trans Sulawesi Dipadati Warga

Bahkan masyarakat yang ingin ke Sulawesi Utara maupun Sulawesi Selatan pun melintasi jalur itu. 

Para pelancong yang mampir di kawasan kuliner khas Parigi itu disuguhi Lalampa hangat dari pembakaran. 

Lalampa dicicip dengan kopi maupun teh hangat menjadi santapan khas di tempat itu.

Pelancong memilih kawasan itu untuk beristirahat sembari mengisi perut dan membasahi dahaga.

Tak jarang, pelancong juga membungkus Lalampa itu dijadikan oleh-oleh untuk kerabat, kekasih, maupun keluarganya.

Diketahui, warga setempat juga merayakan Hari Lalampa setiap 8 Juni.(*)

 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved