Local Experience
Wanita-wanita di Balik Gurihnya Lalampa Toboli Parigi Moutong, Sehari Buat 1.000 Adonan
Wani merupakan karyawan Raja Lalamba Toboli milik Ci Kim, wanita turunan Tionghoa kelahiran Toboli.
TRIBUNPALU.COM, PARIMO - Wani (42) dengan gesit menata Beras Ketan berisi ikan cacah di atas daun pisang kemudian menggulungnya.
Tak hanya itu, gulungan Beras Ketan yang telah terbalut daun pisang muda kemudian dibungkus lagi pakai daun pisang, kemudian ditusuk kayu lidi di bagian bawah dan atasnya.
Wani tak banyak bicara selama TribunPalu.com merekam aktivitasnya, Senin (19/2/2024).
Wanita berdaster itu hanya fokus pada adonan di tangannya.
Itu dilakukan Wani seharian, bersama dua rekannya yang lebih muda di atas meja persegi panjang di Desa Toboli, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Wani merupakan karyawati Raja Lalampa Toboli milik Ci Kim, wanita turunan Tionghoa kelahiran Toboli.
Di tempat itu, proses pembuatan Lalampa menggunakan dua dapur.
Lalampa adalah jajanan sejenis lemper berisi ikan suwir dan rempah yang terbungkus daun pisang.
Dapur pertama di bangunan belakang Raja Lalampa Toboli, sementara satu daputlr lagi di bagian belakang dapur pertama.
Baca juga: UPDATE Real Count KPU Pilpres 2024 di Luar Negeri 19 Februari 2024, Prabowo Gibran Unggul
Pengunjung harus melalui gang kecil untuk melihat dapur kedua itu.
Di dapur kedua itulah beras ketan dimasak sebelum digulung menjadi Lalampa.
Sebagian karyawati juga menggulung Beras Ketan di dapur kedua.
Sebagian lagi menyiapkan potongan daun pisang, lidi dan ikan Cakalang sebagai isian Lalampa.
"Ikan Cakalang digunakan untuk isian Lalampa. Sejak pertama berdiri, hanya pakai ikan itu," kata Wani sambil membalut adonan beras ketan di atas meja dengan daun pisang, Senin (19/2/2024).
Proses masak hingga menggulung adonan beras ketan dikerjakan perempuan.
Dalam sehari, Wani dan rekannya mampu membuat 1.000 Lalamba siap bakar
Lalampa yang telah terbungkus daun pisang kemudian dibawa ke bagian teras warung untuk dibakar.
Raja Lalampa Toboli bukanlah warung pertama di mawasan persinggahan sopir lintasprovinsi maupun kabupaten itu.
Baca juga: UPDATE Real Count KPU DPR RI Dapil Sulteng Senin 19 Februari 2024 Pukul 06.18 WIB
Menurut, karyawan bermama Ismet, kelahiran 1978, sejak kecil Raja Lalampa sudah ada.
Namun warung Lalampa pertama di daerah itu adalah milik seorang wanita bernama Haja Norma, perantau Bugis.
Hanya saja warung Haja Norma bergeser tak jauh dari tempat itu karena proyek pelebaran jalan.
Kuliner Khas Pelancong

Lalampa sudah dikenal sebagai jajanan khas bagi masyarakat Sulawesi Tengah.
Desa Toboli, di Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parigi Moutong, dikenal sebagai sarang utamanya.
Area pintu masuk Pegunungan Kebun Kopi itu terlihat berderet warung makan yang memang khusus menyediakan Lalampa.
Lokasi itu pun dikenal menjadi spot persinggahan pengendara lintas kabupaten bahkan provinsi.
Diketahui, jalan itu merupakan satu-satunya jalan Trans Sulawesi penghubung Kota Palu, Parigi, Poso, hingga Morowali.
Baca juga: Hari Raya Lalampa di Toboli Parigi Moutong, Jalan Trans Sulawesi Dipadati Warga
Bahkan masyarakat yang ingin ke Sulawesi Utara maupun Sulawesi Selatan pun melintasi jalur itu.
Para pelancong yang mampir di kawasan kuliner khas Parigi itu disuguhi Lalampa hangat dari pembakaran.
Lalampa dicicip dengan kopi maupun teh hangat menjadi santapan khas di tempat itu.
Pelancong memilih kawasan itu untuk beristirahat sembari mengisi perut dan membasahi dahaga.
Tak jarang, pelancong juga membungkus Lalampa itu dijadikan oleh-oleh untuk kerabat, kekasih, maupun keluarganya.
Diketahui, warga setempat juga merayakan Hari Lalampa setiap 8 Juni.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.