Idulfitri 2024

10 Tradisi Sambut Lebaran di Indonesia, Kota Palu Sulteng Juga Ada

Tradisi Sambut Lebaran biasanya merupakan percampuran dari kebudayaan setempat dengan kebudayaan Islam.

Editor: mahyuddin
handover
Berbagai cara umat Muslim di penjuru dunia menyambut Lebaran atau Idul Fitri setiap tahun. Bahkan, beberapa daerah di Indonesia mememiliki Tradisi Sambut Lebaran. 

TRIBUNPALU.COM - Berbagai cara umat Muslim di penjuru dunia menyambut Lebaran atau Idul Fitri setiap tahun.

Bahkan, beberapa daerah di Indonesia mememiliki Tradisi Sambut Lebaran.

Tradisi Sambut Lebaran biasanya merupakan percampuran dari kebudayaan setempat dengan kebudayaan Islam.

Berikut 7 Tradisi Sambut Lebaran di beberapa daerah di Indonesia:

1. Tradisi Lampu Colok dan Baraan

Tradisi Lampu Colok Bengkalis
Masyarakat di Bengkalis, Provinsi Riau menggelar Tradisi Lampu Colok dan Baraan dalam momen Idul Fitri.

Masyarakat di Bengkalis, Provinsi Riau menggelar Tradisi Lampu Colok dan Baraan dalam momen Idul Fitri.

Tradisi Lampu colok biasanya dimulai malam 27 Ramadhan.

Sementara Tradisi Baraan adalah kegiatan kunjung mengunjungi jirang tetangga secara beramai-ramai pada saat memasuki bulan Syawal.

Saat melakukan tradisi Baraan, semua rumah di suatu dusun pasti akan mendapatkan giliran untuk dikunjungi.

Selain itu, tuan rumah akan menghidangkan berbagai macam hidangan seperti kue mueh, ketupat, opor ayam, dan banyak lagi.

Tradisi ini sangat sarat dengan makna Islam, karena di setiap berkunjung di sebuah rumah selain melakukan kegiatan makan bersama juga dilakukan pembacaan doa.

2. Tari Topeng Muaro Jambi

Tradisi Tari Topeng Muaro Jambi
Tradisi Tari Topeng Muaro Jambi adalah sebuah hiburan yang digelar pada setiap momen lebaran di Desa Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Tradisi Tari Topeng Muaro Jambi adalah sebuah hiburan yang digelar pada setiap momen lebaran di Desa Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Tari Topeng Muaro Jambi menggunakan media topeng yang terbuat dari labu tua berkulit keras yang dihias menggunakan cat berbagai warna dan diletakkan pula ijuk di atas topeng agar menyerupai rambut.

Pemuda Desa Muara Jambi akan membawa tarian topeng tersebut dengan mengelilingi sembilan RT.

Selain merupakan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan selama ratusan tahun, penggunaan topeng labu juga merupakan simbol perjuangan yang digunakan masyarakat Jambi ketika berhadapan dengan penjajah.

3. Grebeg Syawal

Tradisi Grebeg
Tradisi Grebeg Syawal adalah sebuah ritual di lingkup Keraton Yogyakarta ketika memperingati Lebaran tepat pada 1 Syawal.

Tradisi Grebeg Syawal adalah sebuah ritual di lingkup Keraton Yogyakarta ketika memperingati Lebaran tepat pada 1 Syawal.

Pada perayaan Grebeg Syawal akan diadakan arakan Gunungan Lanang yang diawali dengan keluarnya gunungan untuk dibawa ke Masjid Gede Keraton Ngayogyakarta untuk didoakan.

Gunungan Lanang terbuat dari sayur-mayur dan hasil bumi lainnya dengan dikawal oleh prajurit keraton.

Nantinya, Gunungan Lanang akan diambil secara berebutan oleh masyarakat.

Sejumlah masyarakat percaya jika gunungan tersebut membawa berkah dan ketenteraman.

4. Makan Nasi Jaha

Suasana Pemecahan Rekor MURI 7.000 Bambu Inuyu, Jumat (21/10/2022).
Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara melakukan Tradisi Binarundak atau memasak nasi jaha bersama-sama.

Masyarakat Motoboi Besar di Sulawesi Utara melakukan Tradisi Binarundak atau memasak nasi jaha bersama-sama.

Tradisi Binarundak berlangsung selama tiga hari setelah Idul Fitri dan terinspirasi dari tradisi Lebaran Ketupat di Minahasa dan Gorontalo.

Nasi jaha adalah makanan khas Sulawesi Utara yang terbuat dari beras ketan, santan, dan jahe untuk kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang telah dilapisi daun pisang.

Batang bambu yang terlah terisi adonan kemudian dibakar dengan serabut kelapa, setelah dimasak matang kemudian disantap beramai-ramai oleh perantau dan masyarakat setempat.

Selain makan bersama, acara tersebut juga menjadi sarana silaturahmi dan sebagai ucapan syukur kepada Tuhan.

5. Tradisi Ngejot

Tradisi Ngejot
Tradisi Ngejot sebenarnya digunakan umat Hindu ketika merayakan hari raya Galungan, dan Kuningan.

Tradisi Ngejot sebenarnya digunakan umat Hindu ketika merayakan hari raya Galungan, dan Kuningan.

Tradisi ini adalah sebuah bentuk terima kasih mereka kepada tetangga dengan memberikan makanan khas perayaan.

Umat Muslim di Pulau Dewata juga menggelar Tradisi Ngejot.

Hidangan yang disajikan tentu saja berbeda, ketika umat Hindu merayakan Ngejot mereka akan memberikan nasi campur, urap dan hidangan khas Babi.

Namun, bagi umat muslim mereka akan saling memberikan opor ayam.

Tradisi tersebut sudah dilakukan sejak masa keajaan-kerajaan di Bali dan dapat ditemui di sebagian besar daerah di Bali.

Umat Hindu juga akan memberikan balasan dengan melakukan "ngejot" kepada umat Islam pada saat Nyepi atau Galungan.

6. Perang Topat

Tradisi Perang Topat
Tradisi Perang Topat atau perang ketupat dilakukan waktu Lebaran di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tradisi Perang Topat atau perang ketupat dilakukan waktu Lebaran di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Tradisi ini memiliki ciri khas dengan saling melemparkan ketupat kepada satu sama lain.

Ketupat disimbolkan sebagai alat kerukunan antar umat Hindu dan Islam yang tinggal di Lombok.

Perang Topat dilakukan setelah berdoa dan berziarah di Makam Loang Balog Kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di Kawasan Pantai Bintaro.

7. Festival Meriam Karbit

Festival Meriam Karbit di Kalbar 2024
Festival Meriam Karbit diadakan masyarakat di tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat.

Festival Meriam Karbit diadakan  masyarakat di tepian Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat.

Perayaan Festival Meriam Karbit biasanya digelar 3 hari yakni sebelum, saat, dan sesudah Lebaran.

Festival Meriam Karbit merupakan sebuah ajang perlombaan meriam yang dinilai berdasarkan bunyi paling kompak yang dihasilkan dari meriam peserta.

Untuk membuat Meriam Karbit yang terbuat dari pohon kelapa atau kayu durian pembuatnya harus merogoh kocek sebesar Rp 15-30 juta.

Konon, meriam ini dikenal untuk mengusir kuntilanak karena mengeluarkan suara yang bising.

8. Lebaran Mandura

Ratusan warga Kampung Baru, Kelurahan Baru, Kecamatan Palu Barat Kota Palu beradu tangkas merebutkan mandura sebagai peringatan Lebaran Mandura 2023, Jumat (28/4/2023).
Ratusan warga Kampung Baru, Kelurahan Baru, Kecamatan Palu Barat Kota Palu beradu tangkas merebutkan mandura sebagai peringatan Lebaran Mandura 2023, Jumat (28/4/2023).

Warga Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah, merayakan Lebaran Mandura, setiap momen Idul Fitri.

Lebaran Mandura biasanya berlangsung pada 7 Syawal.

Tradisi tersebut diawali dengan pawai obor dari Masjid Jami kemudian menyisir jalan raya di kelurahan tersebut.

Dalam pawai itu juga empat pria mengarak makanan khas Palu bernama mandura.

Setelah diarak makanan tersebut kemudian diperebutkan.

Mandura merupakan makanan khas Palu, biasa disajikan saat hari raya Idul Fitri.

Mandura terbuat dari bahan dasar ketan, baik ketan putih maupun ketan hitam.

Ketan tersebut kemudian dibentuk bulat pipih kemudian disusun dari pulut hitam, merah dan pulut putih hingga sampai empat susun.

Setelah itu mandura dibungkus dengan daun pisang dan diikat dengan daun kelapa dililitkan.(*)

Tradisi Nganggung

Tradisi Nanggung
Tradisi Nanggung digelar warga Pulau Bangka, Kelurahan Tua Tunu, Gerunggang, Kota Pangkalpinang.

Tradisi Nanggung digelar warga Pulau Bangka, Kelurahan Tua Tunu, Gerunggang, Kota Pangkalpinang.

Tradisi ini biasanya melibatkan laki-laki, baik muda, maupun lanjut usia berbondong ke masjid Raya Tua Tunu membawa dulang yang sekilas mirip tudung saji usai Salat Id.

Dulang-dulang itu disusun rapi memanjang yang selanjutnya mereka duduk saling berhadap satu sama lain diantara dulang tersebut.

Sejumlah masyarakat Tua Tunu itu melaksanakan Tradisi Nganggung yang telah dilaksanakan secara turun temurun usai shalat ied.

Kata Nganggung  berasal dari kata anggung yang artinya angkat.

Orang-orang yang mengikuti acara Nganggung biasanya mengangkat dulang ke atas bahu kanan mereka.

Kemudian berjalan beriringan memasuki masjid.

Di atas dulang diaturlah piring-piring yang berisikan makanan seperti ketupat, lepet lengkap dengan lauk pauknya serta kue - kue atau buah-buahan.

Lalu dulang tersebut ditutup dengan tudung saji.

Dalam menyelenggarakan tradisi ini biasanya satu rumah menyiapkan makanan yang dihidangkan dalam acara Nganggung.

Kemudian makanan tersebut dimasukkan ke dalam dulang dan di bawa ke masjid terdekat.

Selain makan bersama, sebelum Nganggung masyarakat akan berdoa dan mendengarkan tausiyah dari pemuka agama.

10. Tradisi Pukul Sapu

Tradisi Pukul Sapu
Tradisi ini berasal dari desa Morela dan desa Mamala, Kabupaten Maluku Tengah. Tradisi Pukul Sapu dilaksanakan seacar rutin setiap 7 hari pasca lebaran.

Tradisi ini berasal dari desa Morela dan desa Mamala, Kabupaten Maluku Tengah.

Tradisi Pukul Sapu dilaksanakan seacar rutin setiap 7 hari pasca lebaran.

Seperti namanya, pada tradisi ini para pemuda saling berhadapan dengan menggunakan lidi dari pohon enau.

Dalam kurun waktu 30 menit, para pemuda yang terlibat akan saling menyerang.

Seusai pertarungan, setiap pemuda mendapatkan pengobatan secara khusus dari desanya.

Pemuda dari desa Morela akan memperoleh getah jarak sebagai obat penyembuh luka.

Sementara pemuda dari desa Mamala menerima obat luka yang terbuat dari minyak kepala yang dicampur dengan pala dan cengkeh.

Tradisi yang telah dilestarikan sejak abad ke-17 ini memang membahayakan para anggotanya.

Namun tradisi Pukul Sapu dianggap mampu menjalin ikatan silahturahmi antara kedua desa dengan baik.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved