Sulteng Hari Ini

Penerapan P/CVE dan WPS Diyakini Mampu Wujudkan Sulteng yang Damai dan Berkeadilan Gender

Fahruddin D Yambas mengatakan Sulteng sebagai daerah bekas konflik mesti mengadopsi dengan utuh kedua konsep ini untuk membentuk ketahanan komunitas.

Penulis: Zulfadli | Editor: Regina Goldie
Handover
Kegiatan ini berlangsung di hotel Parama Su, Jl Domba, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Zulfali

TRIBUNPALU.COM, PALU - Penerapan konsep P/CVE dan WPS dalam pembangunan Sulteng diyakini dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, damai dan berkeadilan gender.

Hal ini dikemukakan olen Asisten Pemerintahan dan Kesra Fahruddin D Yambas saat membuka workshop peningkatan kapasitas pemerintah daerah untuk memahami keterkaitan antara P/CVE dan WPS.

Kegiatan ini berlangsung di hotel Parama Su, Jl Domba, Kelurahan Talise, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Adapun P/CVE adalah singkatan dari Preventing/Countering Violent Extremism atau diterjemahkan menjadi Pencegahan/Penanggulangan Ekstremisme Kekerasan.

Baca juga: 
Gelar Bimtek Penerapan HAM, Kasatpol PP : Tetap Humanis dan Mentaati Kode Etik Pamong Praja

Sedangkan WPS adalah singkatan dari Women, Peace and Security atau diterjemahkan menjadi Perempuan, Perdamaian dan Keamanan.

Fahruddin D Yambas mengatakan Sulteng sebagai daerah bekas konflik mesti mengadopsi dengan utuh kedua konsep ini untuk membentuk ketahanan komunitas yang solid.

"Dua agenda yang sangat relevan dalam konteks pembangunan keamanan dan perdamaian terutama di wilayah yang pernah atau sedang mengalami konflik," ungkap Fahruddin D Yambas.

Fahruddin D Yambas juga menilai peran perempuan akan sangat sentral ke depannya sebagai agen pemelihara kedamaian dan pencegah kekerasan di daerah.

Baca juga: 
Pasca Berakhirnya Tahapan Pendaftaran, KPU Sulteng Kantongi 3 Nama Paslon

Sehingga pemahaman dan keterampilan perangkat daerah mesti dikembangkan  lewat workshop ini supaya tidak keliru dalam perumusan kebijakan program pembangunan berbasis P/CVE dan WPS.

"Semoga peserta workshop dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam serta keterampilan yang aplikatif dalam merumuskan kebijakan dan program yang dapat mencegah radikalisasi dan kekerasan, sekaligus memperkuat peran perempuan dalam menjaga perdamaian dan keamanan di daerah kita," ujar Fahruddin D Yambas.

Workshop yang diselenggarakan organisasi perkumpulan Lingkar Belajar Untuk (Libu) Perempuan yang diikuti lebih kurang 20 peserta. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved