Dampak Pilpres AS pada Ekonomi Indonesia dan Pasar Keuangan

Hasil Pilpres AS menjadi perhatian dunia, utamanya dalam hal perekonomian.

Editor: mahyuddin
HANDOVER
Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) berlangsung besok, Selasa, 5 November 2024. Pemilihan presiden atau Pilpres AS itu diikuti dua kandidat yakni calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump. 

TRIBUNPALU.COM - Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) berlangsung besok, Selasa, 5 November 2024.

Pemilihan presiden atau Pilpres AS itu diikuti dua kandidat yakni calon presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris dan calon presiden dari Partai Republik Donald Trump.

Hasil Pilpres AS menjadi perhatian dunia, utamanya dalam hal perekonomian.

Indonesia termasuk negara yang terdampak pada Pilpres AS.

Tercatat hari ini, nilai tukar rupiah tergelincir 49 poin atau 0,31 persen menjadi Rp15.781 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.732 per dolar AS.

Rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran Rp15.700 per dolar AS hingga Rp15.850 per dolar AS pada perdagangan hari ini.

Baca juga: Harga HP Realme Terbaru November:Realme 13+ 5G, Realme 13 5G, Realme GT 6,Realme C53 NFC, Realme C67

Kemenangan Donald Trump atau Kamala Harris juga diprediksi memiliki dampak yang berbeda terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ).

Analis Keuangan Octa Broker, Kar Yong Ang membeberkan perbedaan visi ekonomi para kandidat dan kemungkinan skenario untuk reaksi pasar pasca-pemilu, yang menyediakan wawasan penting bagi trader untuk menavigasi lanskap keuangan yang tidak menentu ke depannya.

Tak heran jika investor dan trader bersiap menghadapi potensi dampaknya pada pasar keuangan sejak seminggu menuju Pilpres AS

"Meskipun kedua kandidat menyatakan ingin mencapai tujuan yang sama khususnya menciptakan lapangan kerja dan peningkatan basis manufaktur AS, namun pendekatan mereka terhadap kebijakan ekonomi sangatlah berbeda," tutur Kar Yong Ang.

Misalnya, Harris mengatakan bahwa pakta perdagangan harus mencakup ketentuan yang melindungi pekerja Amerika dan lingkungan.

Ia bukan penggemar tarif baru, tetapi menyarankan bahwa Amerika Serikat harus mengurangi ketergantungan pada perdagangan dengan Tiongkok.

Trump condong ke arah proteksionisme.

Ia secara tegas berjanji untuk 'menghentikan alih daya produksi dan mengubah Amerika Serikat menjadi negara adikuasa manufaktur'.

Ia telah menguraikan rencana untuk tarif luas sebesar 10 persen hingga 20 persen untuk hampir semua impor.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved