Idul Adha 2025

Teks Khutbah Iduladha 2025: Teladani Pengorbanan Nabi Ibrahim

Pengorbanan pertama, ketika Nabi Ibrahim a.s. meninggalkan Siti Hajar dan Ismail kecil di tengah gurun tandus, gersang, tidak ada air.

|
Editor: Fadhila Amalia
Kompas.com
ILUSTRASI - Tahun ini, Hari raya Idul Adha 2025 jatuh pada hari Jumat, 6 Juni 2025. Saat Sholat Ied, terdapat Khutbah khusus yang akan disampaikan oleh penceramah. 

Dalam perspektif teologis, Siti Hajar sangat meyakini kebesaran Allah Swt yang menyiapkan keseimbangan lingkungan, sehingga ia berlari-lari kecil dari bukit Safa ke bukit Marwah, bolak balik sebanyak tujuh kali, sampai Allah jawab dengan dihadirkannya sumber mata air, yang dikenal dengan zamzam.

Air zamzam terbukti peranannya sampai hari ini sebagai sumber kehidupan di Tanah Suci Makkah dan Madinah, bahkan keberkahannya dinikmati oleh seluruh umat muslim di dunia.

Baca juga: Dorong Parigi Moutong Jadi Lumbung Durian Dunia, Anwar Hafid: Sedangkan Saya Saja Tanam Durian

Sedangkan dalam perspektif ekologi, usaha Siti Hajar untuk menemukan sumber mata air, harus menjadi pelajaran bagi kita. Betapa penting posisi air dalam kehidupan, sehingga harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.

Dalam suasana Iduladha, penggunaan air harus tetap proporsional, tidak boleh boros apalagi semaunya, demi menjaga kelestarian alam dan keberlangsungan kehidupan.

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat, jemaah salat Iduladha rahimakumullah,

Selain kisah heroik Siti Hajar tersebut, momen Iduladha ini juga mengingatkan kita tentang kisah fenomenal Nabi Ismail a.s. yang siap memenuhi mimpi ayahnya, Nabi Ibrahim a.s. untuk menyembelih beliau sesuai perintah Allah Swt. Ketabahan dan kesabaran sikap Ismail ini adalah buah dari ketegaran dan keikhlasan Siti Hajar pada saat ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim a.s. Pengorbanan Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. dijelaskan dalam AlQur’an surah Ash-Shaffat, Allah Swt berfirman:

“Maka ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya. Ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk
orang yang sabar.” Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah). Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesuungguhnya, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar. Kami mengabadikan untuknya (pujian) pada orang-orang yang datang kemudian, ”Salam sejahtera atas Ibrahim.” Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ash-Shaffât/37: 102-110).

M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa usia Nabi Ismail a.s. pada saat itu sekitar 13 tahun. Tetapi kematangan sikap yang ditampilkan menunjukkan keberhasilan Nabi Ibrahim a.s. dan Siti Hajar dalam mendidik anaknya tentang tauhid, akhlak, kesabaran, dan keikhlasan.

Kesediaan Nabi Ibrahim a.s. untuk menyembelih putra kesayangannya adalah bukti ketaatannya kepada Allah Swt. Nabi Ibrahim a.s. mengesampingkan sifat egois, rakus, serakah, atau kepentingan diri sendiri.

Inilah yang patut diteladani oleh umat muslim di momen Iduladha. Jangan sampai keserakahan, sifat egois, rakus, dan kepentingan pribadi mengalahkan kemaslahatan umum, sehingga mengganggu kestabilan alam dan keseimbangan kehidupan.

Secara teologis, pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim a.s. mengajarkan kita bahwa kesalehan spiritual dapat berdampak positif pada kebaikan sosial dan kesejahteraan kehidupan. Itulah yang dijelaskan dalam surah Ash-Shaffat ayat 9 di atas, “sejahtera bagi Ibrahim).

Sedangkan perspektif ekologi, pengorbanan Nabi Ibrahim mengajarkan kita agar lebih peduli dengan lingkungan, karena syariat berkurban dapat mencegah populasi hewan ternak yang berlebihan. Dengan ibadah kurban, populasi hewan ternak menjadi seimbang, tidak memicu erosi tanah dan pencemaran air.

Baca juga: Gubernur Anwar Hafid Tantang Parigi Moutong Jadi Lumbung Durian Dunia

Apalagi Islam mengajarkan untuk memilih hewan ternak yang sehat dan terbaik, kemudian dipotong dengan syariat Islam, secara manusiawi, dan ramah lingkungan.

Ma’âsyiral muslimin wal muslimat, jemaah salat Iduladha rahimakumullah,

Agar Iduladha semakin berkah dan khidmat, semua panitia kurban diharapkan memperhatikan aspek ekoteologi. Pastikan hewan ternak yang akan disembelih sehat dan terbaik, menggunakan pisau yang tajam, kemudian memperhatikan aspek lingkungan.

Sumber: Tribunnews.com
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved