Impor Minyak RI Capai 813 Ribu Barel Per Hari, Swasembada Energi Mendesak

Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah melonjak pada awal perdagangan di kawasan Asia.

|
Editor: Regina Goldie
Tribunnews.com/Taufik Ismail
HARGA MINYAK NAIK - Presiden Prabowo Subianto. Lonjakan harga minyak dunia dipastikan berdampak pada neraca perdagangan migas dan akan menambah beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 

TRIBUNPALU.COM - Presiden Prabowo Subianto didesak untuk segera mempercepat program kemandirian energi guna mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak.

Kenaikan harga minyak global belakangan ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan antara Iran dan Israel.

Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah melonjak pada awal perdagangan di kawasan Asia.

Harga minyak Brent naik 2,3 persen menjadi US$ 75,93 per barel, sementara minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat sebesar US$ 1,62 atau 2,2 persen ke angka US$ 74,60 per barel.

"Kondisi ini justru harus menjadi momentum bagi Indonesia untuk mempercepat agenda swasembada energi," ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara Indonesia (Aspebindo), Fathul Nugroho dikutip dari Kontan, Selasa (17/6/2025).

Adapun salah satu untuk mencapai swasembada energi, kata Fathur, dengan meningkatkan lifting minyak nasional. 

Menurutnya, saat ini Indonesia masih mengimpor sekitar 813.000 barel minyak per hari. 

Lonjakan harga minyak dunia dipastikan berdampak pada neraca perdagangan migas dan akan menambah beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dalam APBN 2025, asumsi harga Indonesian Crude Price (ICP) hanya sebesar US$ 82 per barel. Sementara harga pasar kini bergerak ke kisaran US$ 88–US$ 90 per barel.

"Setiap kenaikan US$ 1 pada ICP dapat menambah beban subsidi dan kompensasi hingga Rp 1,5 triliun per tahun," jelas Fathul.

Sementara itu, ekonom dan pakar kebijakan publik Achmad Nur Hidayat menilai, dampak kenaikan harga minyak bukan sekadar angka di pasar global. 

"Kenaikan ini akan meningkatkan biaya produksi hampir di semua sektor industri, termasuk transportasi, dan pada akhirnya menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa yang akan menekan daya beli masyarakat," jelasnya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved