Dibalik Dukungan China untuk Iran, Strategi Tersembunyi Beijing?
Dalam pertemuan tersebut, Nasirzadeh berulang kali mengucapkan terima kasih ke China lantaran telah menghargai kedaulatan Iran.
Namun selama konflik berkecamuk, pejabat China tidak menyalahkan Iran.
Justru Beijing mengkritik keras serangan udara AS terhadap tiga fasilitas nuklir Iran, menyebutnya sebagai “pukulan terhadap rezim nonproliferasi nuklir internasional.
“Tindakan sepihak dan intervensi kekuatan luar hanya memperparah ketegangan dan membahayakan stabilitas regional,” ujar Kemenlu Tiongkok.
Perlu diketahui, dalam beberapa tahun terakhir, terutama pasca-penarikan Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir JCPOA pada 2018, Teheran dan Beijing semakin menyatukan visi sebagai kekuatan tandingan terhadap dominasi geopolitik AS dan sekutunya.
Iran dan China menandatangani kesepakatan kerja sama strategis selama 25 tahun senilai 400 miliar dolar AS.
Perjanjian ini mencakup berbagai bidang, mulai dari energi, infrastruktur, transportasi, hingga keamanan.
Dalam kerangka tersebut, China berkomitmen untuk melakukan investasi besar-besaran di Iran sebagai imbal balik atas pasokan minyak jangka panjang dengan harga diskon.
Kesepakatan ini dianggap sebagai titik balik dalam hubungan bilateral, menandai masuknya Iran secara resmi ke dalam orbit ekonomi dan diplomatik China.
Bahkan berkat kesepakatan itu, China secara konsisten menjadi pembeli energi terbesar dari Iran, meskipun sejak 2022 Beijing tidak mencantumkan impor minyak dari Iran dalam laporan bea cukainya secara resmi.
Namun menurut banyak analis, minyak Iran tetap mengalir ke kilang-kilang China melalui jalur tidak langsung, seperti melalui perusahaan pihak ketiga atau pencampuran dengan pasokan negara lain.
Hal ini menjadi sumber devisa utama bagi Iran di tengah sanksi ekonomi berat dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Sementara China juga diuntungkan karena mendapat akses energi dengan harga lebih kompetitif.
Meski belum secara eksplisit mengumumkan aliansi militer, kerja sama militer antara Iran dan China terus berkembang.
Beberapa latihan militer gabungan, khususnya angkatan laut, telah digelar di Teluk Persia bersama Rusia.
Selain itu, terdapat laporan bahwa China memasok komponen dan bahan kimia strategis untuk kebutuhan militer Iran, termasuk untuk produksi bahan bakar rudal. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Sulteng Jadi Rebutan Investor, Anwar Hafid Tawarkan Peluang ke Konsorsium Tiongkok |
![]() |
---|
Potensi Sektor Kelautan dan Perikanan Sulteng Jadi Daya Tarik Konsorsium Tiongkok |
![]() |
---|
Konflik Israel-Iran Bisa Melebar ke Lebanon dan Suriah |
![]() |
---|
Netanyahu Ajukan Syarat Baru, Peluang Gencatan Senjata Israel-Hamas Kian Menipis |
![]() |
---|
Iran Kecam Trump Soal Sikap Berubah-ubah Atas Sanksi Ekonomi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.