Iran Kecam Trump Soal Sikap Berubah-ubah Atas Sanksi Ekonomi

Iran bahkan menuding Trump sedang menjalankan "permainan politik" yang dinilai tidak bertujuan untuk menyelesaikan konflik antara kedua negara.

Editor: Regina Goldie
Facebook The White House
DONALD TRUMP NGAMUK - Foto ini diambil pada Senin (21/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah menandatangani perintah ekonomi independen pada 3 April 2025. Trump ngamuk setelah disebut plin plan oleh Iran dan tak mau lagi bernegosiasi dengan Teheran. 

TRIBUNPALU.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menunjukkan kemarahannya setelah Iran menuduhnya tidak konsisten terkait kebijakan sanksi terhadap Teheran.

Iran mengecam sikap berubah-ubah Trump dalam menentukan apakah sanksi ekonomi terhadap Teheran akan dicabut atau tetap diberlakukan.

Iran bahkan menuding Trump sedang menjalankan "permainan politik" yang dinilai tidak bertujuan untuk menyelesaikan konflik antara kedua negara.

"(Pernyataan Trump) ini seharusnya lebih dilihat dalam konteks permainan psikologis dan media daripada sebagai ekspresi serius yang mendukung dialog atau penyelesaian masalah," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, Senin (30/6/2025), dikutip dari Reuters.

Menanggapi pernyataan Iran, Trump mengatakan bahwa dirinya tidak akan mengadakan diskusi dengan para pemimpin di Teheran.

Terkesan seperti "ngambek", Trump bahkan tidak akan menawarkan apa pun kepada Iran.

"Saya tidak menawarkan APA PUN kepada Iran, tidak seperti Obama, yang membayar mereka Miliaran dolar dengan 'jalan menuju senjata nuklir JCPOA' yang bodoh (yang sekarang sudah kedaluwarsa!), saya juga tidak berbicara kepada mereka karena kita benar-benar MENGHANCURKAN Fasilitas Nuklir mereka." tulis Trump melalui Truth Social, dikutip dari The Times of Israel.

Trump pada Jumat (27/6/2025) sempat menepis laporan media yang mengatakan pemerintahannya telah membahas kemungkinan membantu Iran mengakses sebanyak $30 miliar untuk membangun program nuklir penghasil energi sipil.

Sementara itu, Prancis, Jerman dan Inggris mengutuk "ancaman" terhadap kepala pengawas nuklir PBB setelah Iran menolak permintaannya untuk mengunjungi fasilitas nuklir yang dibom oleh Israel dan Amerika Serikat.

Teheran menuduh Rafael Grossi, kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), melakukan "pengkhianatan terhadap tugasnya".

Tuduhan itu muncul karena Grossi dianggap tidak mengutuk serangan Israel dan AS terhadap situs nuklir Iran.

Bahkan anggota parlemen Iran minggu ini memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan badan tersebut.

"Prancis, Jerman, dan Inggris mengutuk ancaman terhadap direktur jenderal IAEA Rafael Grossi dan menegaskan kembali dukungan penuh kami kepada badan tersebut," kata menteri luar negeri Jean-Noel Barrot, Johann Wadephul, dan David Lammy dalam pernyataan bersama.

"Kami menghimbau otoritas Iran untuk menahan diri dari langkah apa pun untuk menghentikan kerja sama dengan IAEA," imbuh mereka.

Pada hari Jumat, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan di X bahwa desakan Grossi untuk mengunjungi lokasi yang dibom adalah "tidak ada artinya dan bahkan mungkin bermaksud jahat".

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved