Cina Siap Teken SEANWFZ Tanpa Syarat, Langkah Strategis Menuju Asia Tenggara Bebas Nuklir

Perjanjian SEANWFZ bertujuan menciptakan kawasan Asia Tenggara yang bebas dari senjata nuklir.

Editor: Regina Goldie
asean.org
ASEAN BEBAS NUKLIR - Menlu Malaysia menyatakan Cina siap teken protokol Kawasan Bebas Senjata Nuklir SEANWFZ tanpa syarat. 

TRIBUNPALU.COM - Menlu Malaysia menyatakan Cina siap teken protokol Kawasan Bebas Senjata Nuklir SEANWFZ tanpa syarat.

Perjanjian SEANWFZ bertujuan menciptakan kawasan Asia Tenggara yang bebas dari senjata nuklir.

Pernyataan itu diungkapkan di sela-sela Konferensi Tingkat Tinggi Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) digelar di Kuala Lumpur.

Mohamad Hasan menyebut keputusan Tiongkok sebagai langkah monumental dalam memperkuat status Asia Tenggara sebagai kawasan damai dan bebas senjata nuklir.

“Tiongkok secara resmi menyampaikan komitmennya untuk menandatangani Protokol SEANWFZ tanpa pengecualian. Ini merupakan pencapaian besar bagi ASEAN dan simbol kepercayaan serta stabilitas regional. Kami berharap dokumen final akan diterima dan ditandatangani setelah proses administratif diselesaikan,” ungkap Mohamad Hasan dalam konferensi pers, mengutip laporan Bernama.

Baca juga:
Wali Kota Hadianto Rasyid Ulang Tahun ke-50: Tetap Bekerja dan Berusaha untuk Kota Palu

SEANWFZ: Pilar Non-Proliferasi ASEAN yang Lama Terbengkalai

Perjanjian SEANWFZ, atau yang dikenal juga sebagai Treaty of Bangkok, ditandatangani oleh sepuluh negara anggota ASEAN pada 15 Desember 1995, dan mulai berlaku pada 27 Maret 1997.

Perjanjian ini bertujuan menciptakan kawasan Asia Tenggara yang bebas dari senjata nuklir tidak hanya dalam penggunaannya, tetapi juga dalam penyimpanan, pengangkutan, maupun pengembangannya.

Namun hingga kini, lima negara pemilik senjata nuklir yang diakui dalam Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) yakni Tiongkok, Rusia, AS, Inggris, dan Prancis belum seluruhnya menandatangani protokol tambahan yang mewajibkan mereka untuk menghormati dan mematuhi status kawasan bebas nuklir ASEAN.

Ketidakterlibatan mereka selama bertahun-tahun menjadi celah besar dalam efektivitas perjanjian tersebut.

Dengan komitmen terbaru dari Tiongkok dan Rusia, ASEAN kini berada di ambang lompatan besar dalam mewujudkan kawasan non-nuklir yang sejati.

Baca juga: DPR Desak Pemerintah Perkuat Negosiasi Dagang dan Mitigasi Dampak Tarif Impor AS 32 Persen

Langkah Tiongkok: Isyarat Geopolitik atau Komitmen Perdamaian?

Keputusan Tiongkok menandatangani protokol ini tidak hanya mencerminkan sikap diplomatik yang kooperatif, tetapi juga menandai pergeseran strategis dalam pendekatan Beijing terhadap Asia Tenggara.

Selama hampir tiga dekade sejak SEANWFZ diresmikan pada 1995, negara-negara pemilik senjata nuklir (NWS)—terutama Tiongkok, Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan Prancis—tidak serta merta menandatangani protokol tersebut karena kekhawatiran terhadap ketentuan yang dapat membatasi mobilitas atau pengaruh strategis mereka di kawasan.

Namun, dengan intensifikasi hubungan dagang, ketegangan di Laut Cina Selatan, dan dinamika kompetisi strategis antara Tiongkok dan Amerika Serikat, penandatanganan SEANWFZ oleh Beijing dinilai sebagai strategi “soft power” untuk memperkuat posisinya sebagai mitra utama ASEAN, sekaligus memulihkan kepercayaan negara-negara tetangga.

“ASEAN adalah mitra dagang terbesar kedua bagi Tiongkok. Komitmen ini menunjukkan keseriusan Tiongkok dalam menjaga perdamaian kawasan, sambil memperkuat pengaruhnya secara diplomatik melalui pendekatan yang lebih kooperatif,” tambah Mohamad Hasan.

Baca juga: Pengamanan Sidang Pleidoi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, 1.087 Personel Dikerahkan

Dialog Dua Negara: Tiongkok-Malaysia Bahas Laut Cina Selatan dan UNCLOS

Dalam pertemuan empat mata dengan Menteri Luar Negeri Tiongkok, Wang Yi, Mohamad Hasan juga mengungkapkan bahwa diskusi tak hanya membahas SEANWFZ, tetapi juga menyentuh isu-isu rutin strategis lainnya, termasuk stabilitas Laut Cina Selatan.

Kedua negara menekankan pentingnya menjaga kebebasan navigasi dan jalur penerbangan di kawasan maritim tersebut, serta bersepakat untuk terus merujuk pada kerangka hukum internasional, termasuk Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) 1982.

“Pembahasan kami juga menyentuh pentingnya semua pihak di kawasan menghormati ketentuan UNCLOS. Ini menjadi fondasi utama dalam mencegah konflik dan memastikan arus perdagangan yang aman di Laut Cina Selatan,” ujar Menlu Malaysia.

Baca juga: Pengamanan Sidang Pleidoi Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, 1.087 Personel Dikerahkan

Amerika Masih Menimbang

Sementara itu, Amerika Serikat, yang diwakili oleh Sekretaris Negara Marco Rubio dalam KTT ASEAN tahun ini, belum memberikan keputusan final. Mohamad Hasan menyatakan bahwa Washington masih dalam proses evaluasi terhadap dokumen protokol, dan belum memberi kepastian waktu terkait keikutsertaannya.

“Kami berharap semua negara adidaya, termasuk Amerika Serikat, dapat menunjukkan komitmen serupa untuk menjaga kawasan Asia Tenggara sebagai zona damai. Dialog akan terus berlanjut minggu depan dalam pertemuan tingkat menteri,” jelasnya dalam pertemuan dengan diaspora Malaysia di Roma, awal bulan ini.

Baca juga: BREAKINGNEWS: Sopir Diduga Ngantuk, Truk Tabrak Mobil Tronton di Nambo Banggai

Implikasi Regional: Diplomasi, Keamanan, dan Kepemimpinan ASEAN

Penandatanganan SEANWFZ oleh negara-negara besar membawa konsekuensi strategis yang luas.

Pertama, ini akan memperkuat posisi ASEAN sebagai arsitek perdamaian regional yang mampu mempengaruhi kebijakan global. Kedua, hal ini memberikan preseden bagi kawasan-kawasan lain yang berupaya mendeklarasikan diri sebagai zona bebas senjata nuklir, seperti Timur Tengah dan Semenanjung Korea.

Selain itu, dengan semakin banyaknya negara adidaya yang menandatangani protokol ini, maka akan mempersempit ruang manuver militer nuklir di kawasan, dan memberi tekanan moral serta hukum terhadap kekuatan yang enggan terlibat.

Momentum untuk Komitmen Global

Komitmen Tiongkok untuk menandatangani SEANWFZ bukan hanya sekadar gestur diplomatik, melainkan momen penentu yang berpotensi mengubah arsitektur keamanan kawasan.

Dengan dukungan penuh dari Rusia, dan harapan keterlibatan Amerika Serikat di masa mendatang, Asia Tenggara tengah bergerak menuju masa depan yang lebih aman, stabil, dan terbebas dari ancaman nuklir. (*)

Sumber: Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved