Menurut Leonid Zotov, peneliti rotasi Bumi yang dikutip oleh Time and Date, belum ada penjelasan tunggal yang pasti untuk fenomena ini.
Namun, dikutip dari Fort Woth Star-Telegram, ada beberapa faktor yang diyakini berpengaruh:
Tarikan gravitasi Bulan, terutama saat posisi Bulan berada jauh dari ekuator Bumi
Gerakan inti Bumi, yang dapat memengaruhi distribusi massa dan kecepatan rotasi
Interaksi atmosfer dan lautan, yang dapat memberikan efek dorong atau hambat terhadap kecepatan rotasi
Perubahan iklim global juga berpotensi memberi dampak kecil namun signifikan terhadap rotasi planet
Fakta bahwa Bulan berada pada jarak maksimumnya dari ekuator Bumi hari ini, turut diyakini mempercepat rotasi planet, meskipun hanya dalam skala milidetik.
Bagi kehidupan sehari-hari, perubahan ini memang nyaris tidak berpengaruh langsung.
Namun, bagi sistem navigasi satelit, jaringan komunikasi global, dan sistem penanggalan internasional, setiap milidetik sangat penting.
Apakah Hari Terpendek Hanya Terjadi pada Tahun 2025?
Tidak, hari terpendek bukan hanya terjadi pada tahun 2025.
Baca juga: Pemanfaatan Elevated Road Jadi Fokus Strategi Pembangunan Kota Palu
Fenomena hari yang lebih pendek dari 24 jam sudah mulai terdeteksi sejak tahun 2020, dan telah berulang setiap tahunnya sejak saat itu.
Ini menandakan bahwa tren percepatan rotasi Bumi telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, bukan hanya di 2025.
Tahun 2025 adalah tahun pertama di mana tercatat ada tiga hari dalam satu tahun (365 hari) yang lebih pendek dari 24 jam.
Baca juga: Pemkab Sigi Serahkan Aset untuk Pembangunan Kodam XXIII/Palaka Wira
Ini menjadikannya tahun dengan jumlah hari terpendek terbanyak sejak pengukuran presisi dimulai.
Tiga tanggal tersebut di antaranya:
9 Juli 2025: -1,23 milidetik
22 Juli 2025: -1,36 milidetik
5 Agustus 2025: -1,25 milidetik.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com