Banggai Hari Ini

Warga Temukan Tabung Gas 3 Kg Kosong tapi Masih Tersegel di Banggai

Tabung gas bersubsidi ini didistribusikan oleh Agen Asri, yang beralamatkan dari Luwuk, Kabupaten Banggai.

|
Penulis: Asnawi Zikri | Editor: Regina Goldie
HANDOVER
Warga menemukan tabung gas LPG 3 kilogram kosong yang masih tersegel di sejumlah wilayah Kecamatan Nuhon, Bunta, dan Simpang Raya, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri

TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Warga menemukan tabung gas LPG 3 kilogram kosong yang masih tersegel di sejumlah wilayah Kecamatan Nuhon, Bunta, dan Simpang Raya, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Hal ini juga dibenarkan oleh sejumlah pangkalan, seperti pangkalan di Desa Hion, Kecamatan Bunta dan Desa Koninis, Kecamatan Simpang Raya.

Tabung gas bersubsidi ini didistribusikan oleh Agen Asri, yang beralamatkan dari Luwuk, Kabupaten Banggai.

"Setiap pekannya sekitar 50 tabung yang didistribusikan oleh agen Asri ke pangkalan," ungkap beberapa pemilik pangkalan.

Baca juga: Peternak Desa Siuna Banggai Terpaksa Jual Sapi karena Wabah PMK

Kemudian agen Asri setiap pekan saat pendistribusian 50 tabung tersebut ada tabung yang tersegel tetapi isinya kosong 

"Biasanya 4 sampai 6 tabung yang kosong per pangkalan," ungkapnya.

Kelangkaan LPG 3 KG

LPG 3 kg adalah jenis gas subsidi dari pemerintah yang diperuntukkan bagi masyarakat kurang mampu. Karena bersubsidi, harganya jauh lebih murah dibanding LPG non-subsidi, sehingga permintaannya sangat tinggi. Salah satu penyebab kelangkaan adalah meningkatnya konsumsi, terutama saat musim kemarau, hari raya, atau ketika banyak orang memasak dalam jumlah besar. Permintaan yang melonjak tidak selalu diimbangi dengan distribusi yang cukup cepat, sehingga stok di pangkalan atau pengecer bisa cepat habis.

Faktor lain adalah distribusi yang terganggu. Misalnya, keterlambatan pengiriman dari agen ke pangkalan karena masalah transportasi, cuaca buruk, atau gangguan pada infrastruktur distribusi. Selain itu, LPG 3 kg sering disalahgunakan oleh pelaku usaha menengah ke atas atau restoran yang seharusnya menggunakan LPG non-subsidi. Ketika mereka ikut menggunakan LPG 3 kg, stok menjadi semakin terbatas bagi masyarakat yang benar-benar berhak.

Ada juga kemungkinan terjadinya permainan harga oleh oknum tertentu, seperti penimbunan untuk dijual kembali dengan harga lebih tinggi ketika pasokan menipis. Kondisi ini membuat kelangkaan terasa semakin parah di masyarakat.

Terakhir, adanya kebijakan baru dari pemerintah, seperti pembatasan distribusi berdasarkan data penerima subsidi atau penggunaan sistem digitalisasi untuk pembelian, juga bisa membuat distribusi LPG 3 kg terganggu sementara selama masa transisi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved