Sigi Hari Ini

Petani Sibedi Sigi Gunakan Smart Farming Surya, Cabai Panen Stabil Sepanjang Tahun

Petani di Desa Sibedi, Kecamatan Marawola, kini resmi mengadopsi sistem fertigasi otomatis berbasis tenaga surya yang digagas oleh tim dosen

Penulis: Citizen Reporter | Editor: Lisna Ali
handover
Petani di Desa Sibedi, Kecamatan Marawola, kini resmi mengadopsi sistem fertigasi otomatis berbasis tenaga surya yang digagas oleh tim dosen lintas disiplin Universitas Tadulako (Untad) 

TRIBUNPALU.COM - Pertanian di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah memasuki era baru. 

Petani di Desa Sibedi, Kecamatan Marawola, kini resmi mengadopsi sistem fertigasi otomatis berbasis tenaga surya yang digagas oleh tim dosen lintas disiplin Universitas Tadulako (Untad) yakni Erwin Ardias Saputra, FIzar Syafa’at dari fakultas Teknik  dan Nela Sharon dari prodi farmasi FMIPA dari perguruan tinggi Universitas Tadulako.

Inovasi ini hadir sebagai solusi atas kendala utama yang dihadapi petani cabai di Desa Sibedi.

Desa Sibedi, yang berpenduduk 1.719 jiwa dan mayoritas bekerja sebagai petani, memiliki potensi besar di sektor pertanian, terutama komoditas cabai, tomat, dan jagung.

Berdasarkan data produksi pertanian Sulawesi Tengah tahun 2023, produksi cabai rawit mencapai 20.450 ton, menjadikan cabai sebagai komoditas unggulan daerah. 

Nmun, lahan di Sibedi selama ini menghadapi kendala drainase buruk dan keterbatasan air saat musim kemarau.

Berdasarkan permasalahan tersebut, tim dosen lintas disiplin berkolaborasi dengan masyarakat Desa Sibedi untuk menerapkan teknologi fertigasi otomatis berbasis tenaga surya.

Program ini merupakan bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang sekaligus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya bidang ketahanan pangan, inovasi teknologi, dan pengelolaan sumber daya air.

Baca juga: Persami KKRI Ditutup, Pangdam XXIII/Palaka Wira Apresiasi Semangat Generasi Muda

Solusi Mandiri Energi dan Air

Ketua Tim Pengabdian Masyarakat (PKM), Erwin Ardias Saputra, dosen Teknik Elektro Untad, menjelaskan bahwa sistem ini memanfaatkan panel surya 300 watt.

Panel tersebut menggerakkan pompa submersible untuk mengalirkan air dan pupuk cair secara terukur melalui irigasi tetes (drip irrigation).

"Melalui sistem fertigasi ini, air dan nutrisi diberikan sesuai kebutuhan tanaman. Hasilnya, teknologi ini mampu menghemat air hingga 50 persen dan pupuk mencapai 40 persen," ujar Erwin.

Lebih lanjut, penggunaan tenaga surya membuat sistem ini mandiri energi, sehingga efektif memangkas biaya operasional petani hingga 70 persen karena tidak memerlukan bahan bakar atau jaringan listrik PLN.

Baca juga: Wabup Sebut Musik Senja dan Festival Kaledo Semangat Kebangkitan Pariwisata Donggala

Dampak Kesejahteraan dan Pendidikan

Program ini tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga pemberdayaan.

Petani terlibat aktif mulai dari perencanaan hingga pengoperasian sistem.

Lahan percontohan di Desa Sibedi kini berfungsi sebagai pusat edukasi pertanian modern.

Menurut hasil penelitian di desa sekitar Sibedi, seperti Desa Beka, tanah di wilayah ini cenderung liat dan kurang poros sehingga cepat kehilangan air.

Kondisi ini membuat metode fertigasi sangat cocok diterapkan karena bisa mengatur penyaluran air dan nutrisi secara efisien.

Selain itu, sistem tenaga surya terbukti mampu menghemat biaya operasional petani hingga 70 persen karena tidak membutuhkan bahan bakar atau listrik dari luar.

petani sibedi

Anggota tim dosen Farmasi yang turut mendampingi kegiatan menyatakan, inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan.

"Petani tidak hanya lebih hemat, tapi juga bisa menjaga kualitas panen. Hasilnya lebih seragam dan mudah dipasarkan," ungkapnya.

Baca juga: Pekan ke-8 Championship, Deltras FC Curi Poin di Markas Persipal Palu

Implementasi smart farming ini juga diharapkan menarik minat generasi muda Sigi untuk kembali bertani, mengubah citra pertanian tradisional menjadi profesi modern berbasis teknologi.

Smart farming memperlihatkan bahwa bertani kini bukan pekerjaan tradisional semata, tetapi bisa menjadi profesi modern yang mengandalkan inovasi dan teknologi.

Tim Untad berharap pemerintah daerah dan Dinas Pertanian Kabupaten Sigi dapat mendukung keberlanjutan program, sehingga teknologi pertanian cerdas ini dapat diperluas ke seluruh desa pertanian, mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di bidang ketahanan pangan dan pengelolaan sumber daya air.

“Harapan kami, sistem ini bisa diadopsi di seluruh desa pertanian di Sigi. Dengan teknologi yang tepat, petani tidak hanya mandiri energi tapi juga mandiri pangan,” tutup Erwin.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved