Penjelasan Pihak Keluarga Pascapembunuhan Dua Petani di Parigi Moutong
Kasus pembunuhan dua petani, ayah dan anak di Desa Tana Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, masih menyisakan tanda tanya.
TRIBUNPALU.COM, PARIGI MOUTONG - Kasus pembunuhan dua petani, ayah dan anak di sebuah perkebunan Dusun Tokasa, Desa Tana Lanto, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, masih menyisakan tanda tanya.
Pasalnya, hingga saat ini, pelaku yang menewaskan Tamar (50) dan Patte (27) belum diketahui.
Aparat kepolisian masih terus mendalami kasus pembunuhan sadis tersebut.
Akibatnya, warga setempat enggan berkebun karena takut menjadi korban selanjutnya.
Apakah kejadian ini ulah kelompok sipil bersenjata pimpinan Ali Kalora, atau hanyalah kasus kriminal biasa?
• Polda Sulteng Dalami Keterlibatan Mujahidin Indonesia Timur dalam Pembunuhan Petani di Parimo
• Korban Pembunuhan di Desa Tana Lanto, Parimo Sebelumnya Pernah Diburu oleh Ali Kalora cs


Meskipun masih menjadi misteri, warga serta keluarga sangat yakin pembunuhan yang baru diketahui pada Selasa (25/6/2019) pagi itu merupakan ulah kelompok DPO Poso itu.
Pasalnya, berdasarkan keterangan keluarga korban, H Ahmad, korban beberapa kali bertemu dengan kolompok yang tengah diburu oleh aparat itu.
Menurut Ahmad, berdasarkan cerita korban beberapa waktu silam, awalnya ia bertemu kelompok yang dipimpin oleh Daeng Koro sebelum tewas tertembak di Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Parigi Moutong, 2015 silam.
Namun pada pertemuan itu, korban hanya diperingatkan oleh kolompok itu agar tidak melapor ke aparat.
Kata Ahmad, korban tidak melapor, hanya saja ia bercerita ke keluarga dan sebagian warga yang dianggap dekat.
"Kata dia (korban) jangan dilapor, tapi saya lapor kalau ada kelainan di atas, karena saya takut," katanya Kamis (27/6/2019).
Saat itulah pengamanan dan pencarian lebih intens dilakukan di wilayah itu.
• Pascapembunuhan di Parimo, Petani Desa Tana Lanto Tak Lagi Menginap di Kebun
• Minta Jaminan Keamanan, Keluarga Korban Pembunuhan di Parimo Yakin Pelaku Mujahidin Indonesia Timur
Namun naasnya, korban kembali bertemu dengan kelompok itu lagi yang dipimpin Ali Kalora dan bersenjata lengkap.
Saat itulah korban, Tamar dan anaknya dikejar, tetapi berhasil lolos.
"Setelah dikejar itu dia cerita, kemudian dikasih lihat foto-foto teroris, ditunjuk satu-satu yang pernah ketemu," ungkapnya.