Sosok Ali Kalora yang Jadi Target Kapolri, Bikin Teror di Kebun dan Tak Segan Mutilasi Korbannya
Nama Ali Kalora belakangan jadi pemberitaan, berikut sepak terjangnya sebagai pimpinan kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur (MIT),siapakah dia?
Nama “Kalora” diambil dari nama tanah kelahiran Ali, yakni di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah.
Ali Kalora dipakai di media untuk memudahkan penyebutannya.
Ali diangkat menjadi petinggi setelah Santoso alias Abu Wardah tewas saat disergap aparat keamanan tewas pada 2016.
Berdasarkan laporan BBC, Ali Kalora adalah 'petinggi' yang tersisa dari kelompok militan Islam yang berbasis di Poso, Sulawesi Tengah, semenjak Santoso alias Abu Wardah tewas dalam penyergapan aparat keamanan pada 2016 lalu.
Ali Kalora ditunjuk sebagai pemimpin kelompok menyusul diringkusnya pentolan kelompok Muhajidin Indonesia Timur (MIT) Basri alias Bagong.
Berdasarkan keterangan polisi, sejak dua tahun lalu kelompok Ali Kalora mengalami penyusutan jumlah anggota.
Sebab sebagian besar anggota mereka tewas dalam baku tembak dengan gabungan TNI-polisi ketika operasi Tinombala.
Ali Kalora tidak memiliki pengaruh sekuat Santoso, yang bisa merekrut puluhan orang.
Namun, ia dikenal sadis dan tak segan-segan membunuh warga sipil yang melawannya.
Pengamat teroris juga menyebut Ali Kalora bukan figur kombatan, ia tidak memiliki keahlian apa-apa, serta kemampuan gerilyanya sangat terbatas sebab belum pernah ke medan konflik.
Tapi, Ali Kalora memiliki keahlian propaganda.
Ia lihai menyamar sebagai warga lokal demi menghindar dari kejaran aparat TNI-polisi.
Dari keterangan polisi lagi, kelompok Ali Kalora ini memiliki teritori di sekitar pegunungan di wilayah Kabupaten Poso, hingga Kabupaten Parigi Mouton.
Ali Kalora bergabung dalam kelompok Santoso pada 2011 lalu.
Ia dikabarkan mengajak istrinya, Tini Susanti Kaduku alias Umi Fadel, dalam pelarian di hutan Poso.