Gempa Bumi

BMKG Jelaskan Alasan 'Meralat' Data Gempa di Pandeglang dari Magnitudo 7,4 ke 6,9

Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menyebutkan, pembaruan informasi besaran kekuatan gempa bukan revisi, tetapi update.

Twitter/bmkg
Gempa Bumi Banten, Jumat (2/8/2019) 

TRIBUNPALU.COM - Gempa Banten terjadi pada Jumat (2/8/2019) pukul 19.03 WIB. Awalnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) merilis, kekuatan gempa Banten adalah magnitudo 7,4 dengan kedalaman 10 kilometer dengan pusat di 147 km arah barat daya Sumur, Banten.

BMKG juga menyebut gempa ini berpotensi tsunami. Namun, setelah dilakukan sejumlah pemutakhiran, ada perubahan sejumlah data mengenai gemba Banten.

Setelah direvisi, BMKG menyebut kekuatan gempa magnitudo 6,9 dengan kedalaman gempa 48 kilometer.

Selain itu, episenter gempa terletak pada koordinat 7,32 LS dan 104,75 BT, atau tepatnya, berlokasi di laut pada jarak 164 km arah barat daya Kota Pandeglang, Kabupaten Pandeglang.

Cerita Entin Saat Terjadi Gempa di Pandeglang, Evakuasi Sambil Gendong Bayi Saat Rumahnya Ambruk

Mengapa bisa ada revisi data setelah gempa terjadi?

Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menyebutkan, pembaruan informasi besaran kekuatan gempa bukan revisi, tetapi update.

Ia menyebutkan, informasi yang keluar awal usai gempa yang terjadi adalah info cepat BMKG kepada masyarakat.

“Sebelum 5 menit (usai gempa) kita harus mengeluarkan info. Saat itu, data belumlah terkumpul semua sebelum 5 menit itu,” ujar Daryono, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (3/8/2019).

Ia mengatakan, BMKG menganalisa terlebih dahulu gempa-gempa yang ada di sekitar pusat gempa yang terjadi.

Beredar Kabar Hoaks Gempa Besar Berkekuatan 9,0 M pascagempa Banten, Berikut Tanggapan BMKG

Setelah itu, dilanjutkan dengan analisa sensor gempa yang jauh dari pusat. “Kami punya 270 lebih sensor gempa.

Kalau di waktu tersebut belum semua sensor selesai digarap.

Itu baru yang dekat-dekat pusat gempa. Sehingga magnitudonya besar-besar dan dirata-rata. Rata-rata yang didapat jumlahnya besar.

Setelah lebih dari 9 menit, ada lebih 50 sensor yang dikerjakan. Baru kemudian keluarlah 6,9," papar Daryono.

BMKG, lanjut dia, menjalankan SOP yang ada dan berupaya memberikan yang terbaik kepada masyarakat.

Akan tetapi ia mengatakan, hal ini kerap kali menjadikan BMKG mendapatkan beragam komentar.

“Kami telanjur mengeluarkan info cepat. Tapi kemudian info itu kami update. Kami itu sebetulnya ingin melakukan SOP supaya masyarakat bisa segera mendapatkan info. Tapi, dampaknya kita kerap di-bully,” kata Daryono.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Ada Perubahan Informasi Kekuatan Gempa seperti pada Gempa Banten? Ini Penjelasan BMKG", 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved