Mengenang 1 Tahun Bencana Alam Gempa Bumi, Tsunami, dan Likuefaksi di Wilayah Palu dan Sekitarnya

Satu tahun berlalu setelah bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi melanda wilayah Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 silam.

TRIBUNPALU.COM/Muhakir Tamrin
Umat lintas agama melakukan prosesi tabur bunga di area eks likuefaksi Petobo, Sabtu (28/9/2019) sore. 

TRIBUNPALU.COM - Satu tahun berlalu setelah bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi melanda wilayah Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 silam.

Masih terasa jelas di ingatan. Selama satu hari, wilayah Sulawesi Tengah diguncang 13 kali gempa bumi.

Berbagai wilayah terdampak bencana seperti Palu, Sigi, Parigi Moutong, dan Donggala mengalami kehancuran. Bahkan akses komunikasi di wilayah terdampak terputus.

Tak lama setelah gempa terjadi, tsunami menghantam bibir pantai kota Palu, Donggala, dan Mamuju.

Warga Petobo Lintas Agama Doa Bersama Peringati 1 Tahun Bencana Likuefaksi

Peringati 1 Tahun Pascabencana, Walikota Palu Sarankan Tempat Hiburan Tutup

Hampir Setahun Pascabencana Kota Palu, Pasha Ungu Kenang Masa Pilu, Akui Sempat Stres

Gempa pertama yang terjadi pada pukul 14.00 WIB, mengakibatkan satu orang meninggal dunia, 10 orang luka, dan puluhan rumah rusak di Singaraja, Kabupaten Donggala.

Kemudian berturut-turut gempa susulan terjadi.

Pada pukul 17.02 WIB, gempa dengan kekuatan 7,4 menerjang kembali. Adapun pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer di jalur sesar Palu Koro.

Saat itu, gempa membawa serta bencana tsunami ke perairan di Teluk Palu.

Sebelum terjadinya tsunami, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan status tsunami Siaga dan Waspada.

Namun, 30 menit setelah peringatan, BMKG mencabut statusnya pada pukul 17.37.

Akan tetapi, tsunami benar-benar terjadi pada pukul 17.22 dengan ketinggian enam meter.

Bencana ini terjadi akibat adanya longsoran sedimen dasar laut di kedalaman 200-300 meter.

Sedimen dari sungai-sungai yang bermuara di Teluk Palu belum terkonsolidasi kuat sehingga runtuh dan longsor saat gempa, dan memicu terjadinya tsunami.

Peringatan 1 Tahun Likuifaksi di Sulteng, Ziarah Makam, Doa Besama hingga Tabur Bunga

Hadiri Refleksi 1 Tahun Bencana di Balaroa Palu, Gubernur Sulteng, Longki Djanggola Meminta Maaf

Tim Basarnas Kota Palu mengevakuasi jenazah dari puing-puing di Pelabuhan Pentoloan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (15/10/2018).
Tim Basarnas Kota Palu mengevakuasi jenazah dari puing-puing di Pelabuhan Pentoloan Kota Palu, Sulawesi Tengah, Senin (15/10/2018). (Dok Humas SAR Palu)

Sementara itu, di bagian luar dari Teluk Palu, tsunami disebabkan oleh gempa lokal.

Adapun titik tertinggi tsunami tercatat 11,3 meter, terjadi di Desa Tondo, Palu Timur, Kota Palu. Sedangkan titik terendah tsunami tercatat 2,2 meter, terjadi di Desa Mapaga, Kabupaten Donggala.

Selain gempa dan tsunami, masyarakat juga dikejutkan dengan fenomena likuefaksi yang menerjang wilayah Petobo, Palu.

Saat itu, tanah di permukiman warga berubah menjadi lumpur layaknya cairan dan kehilangan kekuatannya.

Fenomena ini sendiri dapat terjadi jika terdapat material lepas berupa pasir dan lanau yang berada di bawah muka air tanah yang memungkinkan ruang pori antar butir terisi air.

Kenang 1 Tahun Pascabencana, Warga Doa Bersama di Sekitar Lokasi Likuefaksi Balaroa Palu

3 Tips Sederhana yang Bisa Dilakukan Orangtua untuk Kurangi Ketakutan Anak Saat Gempa Bumi

Tepat Setahun Bencana, Puluhan Siswa Sekolah Dasar di Balaroa Tabur Bunga di Area Eks Likuefaksi

Kemudian, tanah yang terlikuifaksi tidak dapat menahan berat apapun yang berada di atasnya, baik itu berupa lapisan batuan di atasnya maupun bangunan yang akhirnya mengakibatkan hilangnya daya dukung pada pondasi bangunan.

Akibatnya, wilayah seluas 180,6 hektar di Petobo dan 202,1 hektar di Jono Oge, Kabupaten Sigi mengalami kehancuran luar biasa.

Di wilayah Petobo sendiri, likuefaksi mengakibatkan 2.050 bangunan mengalami kerusakan.

Sementara di Jono Oge, sebanyak 366 bangunan mengalami kerusakan.

Bencana gempa, tsunami, serta likuefaksi yang terjadi dalam waktu satu hari ini menimbulkan banyak korban jiwa. Setidaknya tercatat ada 2.086 korban meninggal dunia, 671 orang hilang, dan 10.679 jiwa luka berat. Tercatat pula, sebanyak 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik.

Tak hanya itu, sebanyak 67.310 rumah dan 2.736 sekolah rusak. Serta terdapat 20 fasilitas kesehatan dan 12 titik jalan rusak berat.

Sumber: Kompas.com (Fitria Chusna Farisa, Resa Eka Ayu Sartika, Gloria Setyvani Putri)

Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Mengenang 1 Tahun Gempa Palu, Detik-detik Tanah Jadi Lumpur dan Telan Setiap Bangunan

Sumber: Tribun Manado
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved