Kabar Tokoh
Kemendikbud Tegaskan Nadiem Makarim Tak Memiliki Akun Media Sosial di Platform Apapun
"Mendikbud Nadiem Makarim tidak memiliki akun media sosial, ya. Kalau ada akun atas nama Mendikbud Nadiem Makarim, berarti itu akun palsu."
TRIBUNPALU.COM - Menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI membuat sosok Nadiem Makarim kian menjadi sorotan publik.
Tiap aksinya sebagai sosok abdi negara di bidang pendidikan pun dianggap kian menarik untuk diikuti masyarakat umum
Tak ayal, banyak masyarakat dewasa ini yang penasaran dengan aksi Nadiem kemudian mencoba untuk mengikuti unggahan akun media sosial milik sang menteri.
Satu di antara platform yang begitu diminati masyarakat untuk 'kepo' tentang kehidupan Nadiem ini berlokasi di Facebook.
Sayangnya, banyak kemudian bermunculan akun-akun bodong yang viral karena mengatasnamakan dirinya sebgai Nadiem Makarim.
• Muhaimin Iskandar Nilai Kehadiran Nadiem Makarim di Mendikbud Akan Menjadi Tantangan Baru Bagi DPR
• Pasha Ungu Deklarasi Maju Pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah 2020, Usung Brand Nama SPS
Lantas, manakah akun Facebook milik Nadiem Makarim yang asli?
Usut punya usut, ternyata pria lulusan Harvard University ini justru tak memiliki akun media sosial di Facebook pada Rabu (30/9/2019).
Tak hanya Facebook saja, ternyata Nadiem sama sekali tak memiliki akun media sosial!
Hal ini disampaikan melalui unggahan facebook akun ofisial Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
"Mendikbud Nadiem Makarim tidak memiliki akun media sosial, ya. Kalau ada akun atas nama Mendikbud Nadiem Makarim, berarti itu akun palsu." tulis akun milik Kemendikbud tersebut.
Wah, bila anda memang penasaran dengan aksi Nadiem Makarim di kementrian, sebaiknya anda mengikuti akun media sosial milik Mendikbud saja ya!
Nadiem Makarim jadi sosok yang disoroti Muhainmin Iskandar
Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar mengatakan, kehadiran menteri-menteri muda sebagai mitra Komisi X DPR akan menjadi tantangan tersendiri.
Kehadiran orang-orang muda kreatif seperti Nadiem Makarim yang menakhodai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Whisnutama sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menuntut kecepatan dan ketepatan anggota Komisi X dalam mengimbangi langkah mereka.
"Komisi X akan hadapi tantangan baru salah satunya menteri usia 35 tahun. Menantang, menarik, berani,” ujar Muhaimin dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (30/10/2019).
“Saya tidak tahu kenapa Pak Nadiem (Makarim), mungkin karena kreativitasnya, tetapi bagaimanapun pandangannya tergantung Komisi X," tambahnya.
Begitupun dengan Wishnutama. Ia dinilai orang yang menarik, menantang, berani, dan penuh tantangan.
• Komisi III DPR RI Setujui Idham Azis Jadi Kapolri, Tagar #SelamatCalonKapolri Trending di Twitter
• Pasha Ungu Deklarasi Maju Pemilihan Gubernur Sulawesi Tengah 2020, Usung Brand Nama SPS
Kini, orang-orang kreatif menjadi menteri. Sementara itu, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda menyatakan, pendidikan Indonesia harus mengedepankan adab.
Segala inovasi dan kreativitas dari peserta didik harus bermuara pada terbentuknya mental yang mengedepankan norma sehingga mampu memberikan kemanfaatan kepada sesama.
“Berbagai inovasi dan kreativitas yang diajarkan kepada peserta didik tidak boleh meninggalkan adab sebagai kerangka utama pendidikan di Indonesia. Penekanan terhadap pentingnya adab ini akan menjaga pendidikan Indonesia tidak terjatuh dalam komodifikasi yang serba material,” tuturnya.
Huda mengatakan, pendidikan berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan.
Pertama, pendidikan harus menumbuhkan ekosistem yang bisa mendorong peserta didik bisa berpikir cerdas.
“Agar bisa cerdas anak-anak kita harus mempunyai kecukupan gizi yang baik, sehingga persoalan biaya pendidikan tidak lagi bicara pada persoalan dasar tentang SPP gratis tapi bagaimana biaya pendidikan tersebut bisa mencakup penyediaan gizi yang baik bagi peserta didik,” katanya.
Kedua, stakeholder pendidikan harus melakukan proses belajar-mengajar dengan dasar cinta.
Dasar kecintaan terhadap ilmu ini akan melahirkan semangat baik dari regulator, pengajar, maupun peserta ajar.
“Saat ini banyak anak-anak kita yang tidak semangat dalam belajar baik karena pengaruh gadget yang saat ini begitu luar biasa maupun karena persoalan lain seperti masalah dalam keluarga,” katanya.
Politisi PKB ini juga menegaskan arti penting seorang guru. Kehadiran guru sebagai seorang pendidik menjadi syarat penting lahirnya pendidikan berkualitas di tanah air.
Karena itu negara harus hadir untuk menjamin kesejahteraan para guru sehingga mereka optimal dalam mendidik murid-murid mereka.
“Mohon ma’af berkembangnya radikalisme di tanah air menurut saya karena banyak orang saat ini mencari ilmu tidak melalui guru, namun sekedar membaca sepenggal informasi dari google,” katanya.
Pendidikan di Indonesia juga harus mengedepankan proses daripada sekedar hasil instan.
Karena itu tahapan dan jenjang pendidikan harus diatur dengan jelas, sehingga peserta didik saat lulus benar-benar merupakan manusia utuh dengan yang matang baik secara intelegensi maupun emosi.
“Pendidikan berkualitas itu membutuhkan waktu panjang sehingga kualitas lulusan tidak hanya cerdas secara intelegensi tapi juga cerdas secara emosional,” ujarnya.
(tribunpalu.com)