5 Kerusakan Alam yang Disebabkan Manusia Sepanjang 2019: Paus Mati dengan 40 Kg Plastik di Filipina

Dampak destruktif aktivitas manusia terhadap alam terjadi selama 2019. Kebakaran hutan Amazon hingga paus mati dengan 40 kg sampah di perutnya.

Facebook.com/D' Bone Collector Museum Inc.
40 kg sampah plastik ditemukan dalam organ pencernaan paus yang mati terdampar di Filipina pada Maret 2019 lalu. 

TRIBUNPALU.COM - Setiap tahunnya, banyak headline surat kabar atau berita yang menyebutkan kasus pengrusakan alam oleh manusia.

Tak terkecuali tahun 2019.

Sejumlah kerusakan lanskap dan dampak destruktif dari aktivitas manusia terhadap alam terjadi sepanjang tahun 2019.

Berikut TribunPalu.com merangkum sejumlah kasus kerusakan alam yang disebabkan manusia pada 2019 dari laman This is Insider.

1. Paus terdampar di sebuah pantai di Filipina dengan hampir 40 kilogram sampah di perutnya.

Pada Maret 2019, seekor paus tewas terdampar di pantai di Filipina dengan kondisi mengenaskan.

Ditemukan sekitar 88 pon atau setara 39,9 kilogram sampah di dalam perutnya.

Termasuk 16 kantong beras, empat tas model pisang, dan beberapa kantong belanjaan.

Ditemukan pula bukti bahwa paus tersebut mengalami muntah darah sebelum akhirnya tewas akibat syok pada saluran pencernaan, kelaparan, dan dehidrasi berat.

Terdapat begitu banyak plastik dalam perutnya, sampai-sampai paus tersebut kesulitan makan dan tidak mendapat nutrisi yang dibutuhkan tubuhnya.

"Ini adalah plastik terbanyak yang pernah kami lihat dalam perut ikan paus," kata D'Bone Collector Museum, organisasi yang menemukan bangkai ikan paus tersebut, dalam unggahan di Facebook-nya.

"Menjijikkan. Harus ada tindakan tegas yang diambil oleh pemerintah untuk orang-orang yang memperlakukan sungai dan laut sebagai tempat pembuangan sampah," lanjut D'Bone Collector Museum.

Lagi, Seekor Paus Tewas karena jadi Korban Sampah Plastik

Bangkai Paus Ditemukan di Hutan Amazon, Para Ahli Turun Tangan Memecahkan Misteri

2. Ribuan titik kebakaran hutan Amazon akibat deforestasi.

Kebakaran di hutan hujan Amazon.
Kebakaran di hutan hujan Amazon. (Twitter/@WWE_NEWS_NBC)

Di Brazil, deforestasi adalah praktik yang umum dilakukan.

Untuk membuka lahan yang ditujukan pertanian, orang-orang Brazil menggunakan metode tebang dan bakar (slash and burn).

Yakni, dengan menebang seluruh vegetasi, membiarkannya kering, lalu membakarnya.

Deforestasi ini menyebabkan kasus kebakaran yang sulit dikendalikan di Amazon.

Presiden Brazil, Jair Bolsonaro, mengumumkan larangan terhadap metode slash and burn tahun ini untuk menghentikan persebaran titik api.

Namun, akhirnya dia malah mencabut larangan itu.

Dua hari setelah larangan ini dicabut, 4.000 titik api baru muncul.

Antara bulan Januari hingga Agustus 2019, jumlah titik api dilaporkan mencapai 72.000.

Ini adalah angka tertinggi sejak 2013, menurut laporan The Independent.

"Apa yang kita alami saat ini adalah krisis yang sebenarnya, yang dapat berubah menjadi tragedi, saat api menjadi semakin besar daripada yang ada saat ini jika tidak segera dihentikan," kata Tasso Azevedo, seorang anggota kelompok anti-deforestasi.

Masifnya Kebakaran Amazon hingga Pecahkan Rekor, Peta Ini Tunjukkan Parahnya Sebaran Titik Api

Kebakaran Masif Landa Hutan Hujan Amazon di Brazil, Asapnya Dapat Terlihat dari Luar Angkasa

3. Gambar mata di batupasir di Capitol Reef National Park di Utah, Amerika Serikat.

Gambar mata di batupasir di Capitol Reef National Park, Utah, AS.
Gambar mata di batupasir di Capitol Reef National Park, Utah, AS. (Facebook/Capitol Reef National Park)

Pada Juni 2019, para pekerja di Capitol Reef National Park di Utah, AS menemukan gambar mata pada bebatuan di sebuah area yang dikenal dengan nama Temple of the Moon.

Pihak taman nasional mengatakan, pahatan gambar mata sepanjang dua kaki dan selebar 17 inci itu sangat dalam.

Sampai-sampai pahatan gambar tidak bisa dihilangkan.

"Rasanya sangat mengganggu saat ada orang yang merasa mereka harus meninggalkan jejak atau tanda di sebuah lanskap alam," kata pengawas Capitol Reef National Park, Sue Fritzke kepada The Salt Lake Tribune.

"Itu sangat mengganggu saya," tambahnya.

Di Amerika Serikat, siapa pun yang merusak permukaan apa pun di sebuah taman nasional dianggap telah melakukan tindak kriminal federal.

4. Lembah Fjaðrárgljúfur di Islandia perlahan-lahan rusak setelah jadi setting Game of Thrones.

Lembah Fjaðrárgljúfur di Islandia.
Lembah Fjaðrárgljúfur di Islandia. (guidetoiceland.is)

Pada 2019, episode terakhir serial Game of Thrones tayang dan Lembah Fjaðrárgljúfur di Islandia menjadi settingnya.

Justin Bieber bahkan menjadikan lembah ini sebagai setting lokasi untuk salah satu video klip musiknya.

Hal inilah yang membuat Lembah Fjaðrárgljúfur menjadi destinasi wisata yang populer bagi turis.

Sayangnya, membludaknya turis merusak keindahan keajaiban alam ini.

Akhirnya, pihak pengelola pun menetapkan larangan kunjungan.

Meski sudah dilarang, masih ada orang-orang yang nekat menyelinap ke lembah ini pada malam hari, menurut AP.

Sehingga kerusakan alam di Lembah Fjaðrárgljúfur semakin parah.

Islandia Gelar Upacara Pemakaman Bagi Gletser Pertamanya yang Hilang Akibat Perubahan Iklim

Satelit NASA Tangkap Citra Perubahan Dramatis Gletser Greenland yang Mencair Akibat Krisis Iklim

5. Joshua Tree mengalami kerusakan parah selama shutdown atau penutupan pemerintahan di Amerika Serikat.

Awal tahun 2019 menjadi saksi terjadinya shutdown atau penutupan pemerintahan di Amerika Serikat terlama sepanjang sejarah.

Yakni, selama 35 hari.

Dalam kurun waktu shutdown, para ranger taman nasional di seluruh Amerika Serikat harus cuti wajib tanpa gaji.

Termasuk para ranger di Joshua Tree di California, Amerika Serikat.

Hal ini membuat banyak pengunjung masuk seenaknya ke taman nasional, membuat kerusakan di berbagai titik lanskap.

Ada tulisan graffiti, hingga sejumlah kerusakan pada pohon dan jalur setapak.

Karena tak ada petugas yang membersihkan taman nasional, banyak sampah yang ditinggalkan pengunjung menumpuk dan toilet banjir.

"Apa yang terjadi di taman nasional kami dalam 34 hari terakhir tidak bisa diperbaiki dalam waktu 200 hingga 300 tahun ke depan," kata Curt Sauer, seorang pengelola taman yang telah bekerja di sana selama tujuh tahun.

Para Ahli Sebut Semua Negara Baik Kaya Maupun Miskin Harus Bersiap Hadapi Perubahan Iklim

Hal-hal Seputar Kebakaran Semak di Australia, 3 Orang Tewas, Ratusan Koala Diperkirakan Mati

(TribunPalu.com/Rizki A.)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved