Virus Corona Merebak, China Kekurangan Masker dan Baju Pelindung Antivirus
Merebaknya virus corona di China menyebabkan kekurangan masker dan pakaian pelindung antivirus. Hal ini telah diumumkan oleh pemerintah setempat.
TRIBUNPALU.COM - Virus corona yang dikenal dengan nama 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) merebak begitu cepat di berbagai wilayah di China pada awal tahun 2020 ini.
Akibatnya, Pemerintah China menyatakan negaranya kekurangan masker dan pakaian pelindung antivirus.
Dikutip TribunPalu.com dari laman This is Insider, sejak wabah virus corona merebak pada awal Januari 2020, pemerintah dan departemen kesehatan publik setempat menyarankan agar para warga mengenakan peralatan protektif.
Salah satu contohnya adalah dengan memakai masker.
Ini merupakan langkah preventif untuk melindungi para warga dari wabah virus yang merebak begitu cepat.
Namun, Wakil Menteri Industri dan Teknologi Informasi China, Wang Jiangping, menyebutkan adanya kekurangan masker dan baju pelindung antivirus ini dalam sebuah konferensi pers, dilaporkan oleh The New York Times.
Wang mengatakan, Provinsi Hubei membutuhkan 100.000 baju pelindung per hari untuk para warganya.
Namun, perusahaan manufaktur hanya bisa menyuplai 30.000 baju tiap harinya.
Perlu diketahui, Provinsi Hubei teridentifikasi sebagai area dengan konsentrasi tinggi kasus virus corona.
Beberapa pekan setelah wabah virus corona merebak, didapati bahwa virus tersebut dapat menular antar-manusia melalui air liur (saliva) atau ingus.
Pernyataan ini keluar setelah seorang dokter mengatakan kepada media South China Morning Post (SCMP), para tenaga medis tidak memiliki perlengkapan pelindung yang cukup.
Inilah yang menyebabkan mereka sangat berpotensi tertular virus corona saat merawat para pasien.

• Diduga Bocor dari Laboratorium, Virus Corona Wuhan Dikhawatirkan dapat Menular Lewat Mata
• Hadapi Wabah Virus Corona, Ini Saran WHO dan Komite Darurat untuk Semua Negara di Dunia
Peralatan pelindung antivirus ini hanyalah satu dari sumber daya di China yang semakin sulit didapat saat virus corona merebak.
Seorang reporter SCMP, Mimi Lau, melaporkan rumah sakit-rumah sakit telah menyimpan peralatan tes untuk pasien yang menunjukkan gejala paling burunk.
Hal ini membuat diagnosis berjalan lebih lambat.