Virus Corona

Ahli Asal China Sebut Pasien Virus Corona Masih Bisa Kembali Terinfeksi Setelah Dinyatakan Sembuh

Seorang pasien yang telah dinyatakan sembuh dari virus corona disebut memiliki kemungkinan untuk kembali terinfeksi.

Instagram.com/who/
novel Coronavirus (2019-nCoV) 

TRIBUNPALU.COM - Awal tahun 2020 ini, publik dunia dihebohkan dengan adanya wabah virus corona.

Virus yang juga disebut sebagai 2019-nCoV ini kabarnya pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir 2019 silam.

Hingga kini, jumlah kasus virus corona maupun angka kematian yang disebabkan oleh virus tersebut terus bertambah.

Dilansir laman CGTN, dilaporkan bahwa tercatat sudah ada lebih dari 31 ribu kasus infeksi virus corona yang terjadi hingga Jumat (7/2/2020) ini.

Wabah Corona Merebak, Seorang Dokter di Australia Mendapat Perlakuan Buruk karena Keturunan China

Virus Corona Menyebar, Ini Deretan Makanan Penangkal Sederhana yang Ada di Sekitar Kita

Angka kematian yang disebabkan oleh infeksi virus corona ini juga bertambah menjadi total 638 jiwa.

Di sisi lain, sejumlah pasien virus corona dinyatakan telah sembuh.

Setidaknya ada lebih dari 1.540 orang yang dinyatakan sembuh dari wabah ini.

Meski demikian, ahli menyebut pasien virus corona masih bisa kembali terinfeksi setelah dinyatakan sembuh

Seorang pasien yang telah dinyatakan sembuh dari virus corona disebut memiliki kemungkinan untuk kembali terinfeksi.

Hal itu dinyatakan oleh seorang ahli dari China yang bernama Zhan Qingyuan.

Ia mengatakan bahwa pasien yang telah sembuh dari virus corona masih memiliki kemungkinan untuk kambuh atau kembali terinfeksi.

"Para pasien yang telah sembuh (dari virus corona) memiliki kemungkinan untuk kambuh," ungkapnya, sebagaimana dikutip dari laman Daily Mail.

Dikatakan bahwa seseorang dapat melawan virus dengan membentuk antibodi.

Namun, Zhan Qingyuan menyebut bahwa pada sejumlah orang, antibodi tersebut tidak dapat bertahan lama.

"Antibodi akan terbentuk. Meski begitu, pada sejumlah orang, antibodi tidak bisa bertahan lama," sambungnya.

Tanpa antibodi yang cukup, seseorang dapat terinfeksi suatu virus lebih dari satu kali.

Meski begitu, hingga kini belum ditemukan kasus di mana seorang pasien yang telah sembuh kembali terinfeksi virus mematikan itu.

Bakar Jenazah Korban Virus Corona 24 Jam Non-stop, Petugas Kremasi di China Alami Kelelahan

5 Fakta Rekonstruksi Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan, Masih Ada Keraguan soal Tersangka?

Dr Li Wenliang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi virus corona
Dr Li Wenliang dinyatakan meninggal dunia akibat infeksi virus corona (bbc.com)

Dokter Li Wenliang Orang Pertama yang Memperingatkan Bahaya Virus Corona Meninggal Dunia

Dilihat dari Angka Kematian, Ketua IDI Sebut Virus Corona Tidak Lebih Ganas dari SARS dan Flu Burung

Virus Corona Wuhan, Ilmuwan Khawatirkan Hal Terburuk: Penularannya 10 Kali Lebih Besar daripada SARS

WHO menyatakan wabah virus corona sebagai kondisi darurat kesehatan global

World Health Organization atau WHO menyatakan wabah virus corona sebagai kondisi darurat kesehatan global.

Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers yang digelar, Kamis (30/1/2020).

"For all of these reasons, I am declaring a public health emergency of international concern over the global outbreak of novel coronavirus (Untuk berbagai alasan ini, saya menyatakan darurat kesehatan global atas wabah virus novel corona)," ungkap Tedros dikutip dari laman resmi WHO.

Mematahkan 10 Mitos tentang Virus Corona Menurut WHO, termasuk Soal Keampuhan Vaksin Pneumonia

WHO Nyatakan Wabah Virus Novel Corona Sebagai Darurat Kesehatan Global

Dirjen WHO berujar bahwa hal utama yang mendasari dikeluarkannya pernyataan tersebut bukanlah kasus virus corona yang terjadi di China.

Sebaliknya, pernyataan ini didasari atas apa yang terjadi di luar China.

Pasalnya, seperti yang diketahui, saat ini wabah virus corona sudah terjadi di sejumlah negara.

"Our greatest concern is the potential for the virus to spread to countries with weaker health systems, and which are ill-prepared to deal with it.

(Apa yang menjadi perhatian terbesar kami ialah potensi penyebaran virus (corona) ke negara-negara dengan sistem kesehatan yang lebih lemah, dan (negara-negara) yang tidak memiliki kesiapan untuk menghadapinya)," jelasnya.

Tedros menjelaskan bahwa kebanyakan kasus virus corona yang terjadi di luar China dialami oleh mereka yang memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan.

Tidak hanya itu, kasus virus corona juga dialami oleh mereka yang melakukan kontak dengan orang-orang yang memilki riwayat perjalanan ke Wuhan.

"We don’t know what sort of damage this virus could do if it were to spread in a country with a weaker health system.

(Kami tidak tahu bahaya seperti apa yang bisa terjadi akibat virus ini jika (wabahnya) menyebar sampai ke negara dengan sistem kesehatan yang lemah)," ungkap Tredos.

(TribunPalu.com/Clarissa Fauzany)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved