Virus Corona

Kisah Pengantin yang Tak Mau Makanan Kateringnya Sia-sia, Disumbangkan ke 2 Rumah Sakit

Kisah pengantin yang gelar pernikahan tanpa tamu undangan. Terlanjur pesan dan daripada mubazir, mereka sumbangkan makanan kateringnya ke tenaga medis

Editor: Imam Saputro
The Galloping Gourmet Food Company / SWNS
Fiona dan Adam Gordon dan pihak katering lakukan aksi menyumbangkan makanan pesta resepsi, Sabtu (21/3/2020) - Kisah pengantin yang gelar pernikahan tanpa tamu undangan. Terlanjur pesan dan daripada mubazir, mereka sumbangkan makanan kateringnya ke tenaga medis 

TRIBUNPALU.COM - Wabah Covid-19 atau virus corona memang menjadi momok tersendiri bagi para calon pengantin yang telah merencanakan pernikahannya jauh-jauh hari.

Imbauan 'social distancing' membuat calon pengantin harus memutar otak untuk tetap melaksanakan pernikahannya.

Alhasil, banyak di antara mereka memilih tetap melangsungkan pernikahan tanpa menggelar pesta resepsi.

Seperti halnya, Fiona dan Adam Gordon, pasangan pengantin yang tetap melangsungkan pernikahannya di tengah pandemi virus corona.

Pernikahan mereka berlangsung dengan sangat sederhana pada Sabtu (21/3/2020) lalu.

Akad pernikahan itu hanya dihadiri oleh pendeta, calon mempelai, dan dua orang saksi.

Fiona dan Adam mengadakan upacara pernikahan sederhana, Sabtu (21/3/2020).
Fiona dan Adam mengadakan upacara pernikahan sederhana, Sabtu (21/3/2020). (Fiona Gordon / SWNS)

Dikutip TribunPalu.com dari Metro.co.uk, pernikahan tersebut diadakan tanpa undangan karena imbauan pemerintah Inggris yang melarang pertemuan dengan melibatkan banyak orang ataupun berkerumun.

Keputusan pernikahan tanpa tamu ini diambil Fiona dan Adam demi ikut mencegah penyebaran virus corona yang makin meluas.

Padahal rencana pernikahan pasangan asal East Yorks ini telah dilakukan lebih dari setahun yang lalu.

Karena tak ada tamu undangan yang hadir, makanan katering yang sudah terlanjur dipesan pun tak tersentuh.

Kisah Dokter Asal Inggris Berjuang Hadapi Corona, Bisa Sembuh setelah Konsumsi 3 Bahan Sederhana Ini

Tidak menyia-nyiakannya begitu saja, Fiona dan Adam memilih menyumbangkan makanan katering itu untuk pihak yang lebih membutuhkan.

Setidaknya ada 400 porsi makanan didonasikan kepada para tenaga medis di dua rumah sakit sekitar tempat tinggal mereka.

"Ada daging panggang, canape dan babi guling untuk makan malam. Ada banyak sekali makanan yang akan mubazir. Lalu saat Tony Norrie dari jasa katering menghubungi kami untuk menyumbangkan saja makanannya, kami tak berpikir dua kali lagi," kata Fiona.

Sebab pasangan ini telah membayar 250 euro untuk daging sapi mereka sendiri, tetapi 2.500 euro atau sekitar 43 juta rupiah telah mereka bayarkan untuk jasa katering itu meski dalam pembayaran kredit.

Kisah Dokter yang Terbaring di Kasur Rumah Sakit Pasien Virus Corona yang Sepi, Potretnya Jadi Viral

Sumbangan makanan pun diterima para tenaga medis dengan suka cita.

Sampai-sampai membuat Galloping Gourmet, jasa katering yang dipesan Fiona dan Adam, serta para relawan pengantar makanan terharu.

"Semuanya senang, bahkan kepala rumah sakit keluar dan berterima kasih, jadi kami berhasil membuat semua orang bahagia dan memang itu yang ingin kami lakukan," ujar Paul Matson, pendiri Hull4Heroes.

"Ketika kami mulai dan kami melihat antrian terbentuk, saya pikir kami semua agak menderita. Itu cara yang sangat bagus bagi kami untuk melakukan sesuatu. Beberapa bahkan meneteskan air mata di mata kita hanya berkata, 'Lihat, ini benar-benar luar biasa, terima kasih banyak'," lanjutnya.

Tony Norrie, Paul Matson (pendiri Hull4Heroes), sukarelawan Mike 'Spud' Bragg, Linda Wakes dan David Smithson saat membagikan makanan.
Tony Norrie, Paul Matson (pendiri Hull4Heroes), sukarelawan Mike 'Spud' Bragg, Linda Wakes dan David Smithson saat membagikan makanan. (The Galloping Gourmet Food Company / SWNS)

Kebahagiaan juga menyelimuti Fiona dan Adam.

Meskipun batal menyediakan makanan lezat kepada para tamu undangan, mereka sudah cukup puas bisa membantu tenaga medis yang merupakan garda depan perlawanan terhadap virus corona.

"Reaksi yang kami dapat dari tindakan ini benar-benar menakjubkan, tapi tentu saja pahlawan sebenarnya di sini adalah para relawan," tutur Fiona.

Kisah Penimbun 17 Ribu Botol Hand Sanitizer, Tak Bisa Menjualnya, Akhirnya Disumbangkan

Meski gagal menggelar pernikahan idamannya, Fiona mengaku bisa mengambil hikmah dari rencananya yang berantakan.

"Fakta bahwa kami berhasil membantu karena ini adalah hikmah," lanjutnya.

Bahwa yang terpenting baginya adalah pemberkatan pernikahan berlangsung dengan lancar.

"Hal utama bagi saya dan Adam adalah bahwa kami menikah dan kami bersama. Kami benar-benar ingin menikah pada 21 Maret karena aku kehilangan ibuku enam tahun yang lalu dan itu adalah hari ulang tahunnya," pungkas Fiona.

Kisah Penimbun 17 Ribu Botol Hand Sanitizer, Tak Bisa Menjualnya, Akhirnya Disumbangkan

Mewabahnya virus corona di berbagai belahan dunia membuat publik mawas diri untuk menjaga kebersihan.

Penyempitan mobilitas tak ayal membuat masyarakat harus membeli kebutuhan pokok untuk persediaan.

Namun, yang terjadi malah panic buying alias membeli terlalu banyak karena ketakutan tak mendapatkan barang kebutuhan lagi.

Bukan hanya itu, panic buying ini juga dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk ditimbun kemudian dijual kembali dengan harga selangit.

Misalnya, hand sanitizer dan masker yang kini menjadi barang langka karena diburu banyak orang.

Padahal ada ancaman pidana bagi orang-orang yang kedapatan menimbun barang langka tersebut.

Viral Foto Pegawai Disuruh Pakai Kostum Hand Sanitizer, Perusahaan Minyak di Arab Dikecam Warganet

Salah satu kisah apes datang dari oknum penimbun hand sanitizer di Amerika Serikat.

Dua kakak beradik bernama Matt Colvin dan Noah Colvin ini menjadi viral setelah ketahuan menimbun 17.700 botol hand sanitizer demi memperoleh keuntungan yang besar.

Diceritakan dalam artikel Ney York Times dengan judul 'He has 17.700 Bottles of Hand Sanitizer an Nowhere to Sell Them', Matt dan Noah kebingungan kemana harus menjual puluhan ribu botol hand sanitizer tersebut.

Mulanya, Matt Colvin bercerita jika sang kakak berkendara mengelilingi Tennessee dan Kentucky untuk membeli hand sanitizer dan tisu antibakteri di berbagai toko.

Sementara, Matt berada di rumahnya untuk mengunggah produk timbunanannya di e-commerce kenamaan, Amazon.

Tak cukup menimbun, Matt dan Noah memasang harga selangit, yakni sekitar 8 hingga 70 dollar Amerika Serikat atau setara dengan Rp120 ribu hingga Rp1 juta.

Jelas harga tersebut tidak wajar jika dibandingkan dengan harga eceran tertinggi yang disarankan.

Normalnya, sebotol hand sanitizer dengan ukuran 50 ml hanya berkisah Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.

Viral Pria Beri Jatah Hand Sanitizer kepada Tamu Undangan Resepsi setelah Salaman dengan Pengantin

Keculasan Matt dan Noah ini akhirnya terendus juga oleh Amazon.

Belum ludes barang dagangannya, e-commerce ini berhasil melacak adanya modus memanfaatkan wabah corona untuk penggelembungan harga produk.

Amazon pun bertindak tegas dengan memberikan suspend dan melarang lapak Matt dan Noah untuk berjualan lagi.

Akibatnya, stok hand sanitizer dan tisu antibakteri yang belum laku terjual tertumpuk di gudang rumahnya.

"Kalau aku bisa dapat untuk sedikit dari jualan, itu tidak apa-apa. Tapi aku tidak ingin berada pada situasi di mana aku berada di halaman utama berita sebagai pria yang menimbun 20 ribuan botol hand sanitizer yang aku jual 20 kali lipat," kata Matt seperti dikutip dari New York Times.

Proses pengangkutan barang timbunan dari gudang Matt Colvin
Proses pengangkutan barang timbunan dari gudang Matt Colvin (New York Times)

Mengaku menyesal, kini Matt Colvin berniat untuk mendonasikan hand sanitizer yang telah ditimbunnya kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.

Matt memperbarui informasi di market place-nya dengan mengumumkan bahwa produk-produk itu akan disumbangkan.

"Hand sanitizer yang muncul di artikel NYT (New York Times) akan disumbangkan ke gereja lokal," kata Matt.

Pada Minggu (15/3/2020), staf dari Kejaksaan Umum setempat, terlihat mengangkut belasan kotak dari gudang penyimpanan hand sanitizer milik Matt dan Noah.

Proses pengangkutan barang timbunan Matt dan Noah Colvin
Proses pengangkutan barang timbunan Matt dan Noah Colvin (New York Times)

Dalam 2 Hari, 12 Kasus Penimbunan Masker dan Hand Sanitizer Terungkap, 25 Orang Jadi Tersangka

Mereka juga mendapat peringatan untuk tak lagi menimbun produk-produk medis di tengah bencana pandemi virus corona saat ini.

Jaksa Umum General Herbert H. Slatery III mengatakan akan menindak tegas untuk menghentikan upaya penimbunan itu.

"Kami tidak akan menoleransi penggelembungan harga pada saat genting seperti ini, dan kami akan mengambil tindakan tegas untuk menghentikannya," tutur Herbert seperti dilansir New York Post.

Di Amerika Serikat, menaikkan harga barang yang produksinya terbatas saat keadaan darurat merupakan tindakan ilegal.

Jika ada yang mengetahui atau melihat praktik penimbunan barang, mereka bisa melaporkannya ke polisi untuk dipidanakan.

(TribunPalu.com/Isti Prasetya)

 
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved