Virus Corona

Penjelasan Ahli soal Orang Muda dan Sehat bisa Meninggal Dunia karena Virus Corona Covid-19

Anak-anak muda juga dapat terserang virus Corona. Bahkan, tak sedikit orang muda yang meninggal akibat Covid-19.

Grafis Tribunnews.com/Ananda Bayu S
ILUSTRASI virus corona COVID-19. Anak-anak muda juga dapat terserang virus Corona. Bahkan, tak sedikit orang muda yang meninggal akibat Covid-19. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejak awal Januari 2020, virus corona baru telah merebak hingga ke ratusan negara di dunia.

Sehingga, WHO pun menetapkan virus yang menyebabkan penyakit Covid-19 ini sebagai pandemi global pada Maret 2020.

Berdasarkan data, secara umum virus corona baru Covid-19 menyerang orang tua atau lanjut usia yang memiliki riwayat penyakit tertentu.

Namun faktanya, anak-anak muda juga dapat terserang virus Corona.

Bahkan, tak sedikit orang muda yang meninggal akibat Covid-19.

Dalam beberapa kasus, orang muda terinfeksi Corona tanpa gejala.

 

Mereka memiliki kondisi kesehatan yang baik.

Namun, penyakit Covid-19 pun terungkap saat didiagnosis.

Tidak ada penjelasan yang tersedia, dan para ilmuwan masih berusaha keras untuk mencari alasannya.

Namun, beberapa teori telah diyakini oleh para ahli.

Cara Mencuci Masker Kain dengan Benar Agar Terhindar dari Paparan Covid-19

Menkeu Sri Multani Tegaskan PNS Golongan I, II, dan III Tetap Terima THR dan Gaji Ke-13

Donald Trump Permalukan Reporter karena Kesal Ditanya Soal Alat Tes Covid-19: Itu Memalukan!

Dilansir Guardian, beberapa peneliti percaya, jumlah virus yang menginfeksi individu mungkin menjadi faktornya.

Dengan jumlah virus yang besar masuk ke tubuh manusia, kondisi kesehatan akan menjadi lebih buruk.

Sementara itu, ahli lain berpendapat, kerentanan genetik mungkin menjadi penyebabnya.

Dengan kata lain, ada individu yang memiliki susunan genetik yang lebih rentan terhadap virus ketika menyebar di dalam tubuhnya.

Bentuk virus Corona di mikroskop.
Bentuk virus Corona di mikroskop. (Sumber: NIAID-RML via Bloomberg)

Gagasan ini disetujui oleh ahli virus, Michael Skinner, dari Imperial College London.

"Sangat mungkin bahwa sebagian dari kita dapat memiliki susunan genetik tertentu yang membuat kita lebih mungkin merespons infeksi virus Corona dengan buruk," kata Skinner.

Skinner memberikan contoh kerentanan semacam itu pada virus herpes simpleks.

Pada beberapa orang, suatu mutasi yang mempengaruhi reseptor sel TLR3 dalam sistem saraf pusat membuat mereka tidak mampu menghadapi dampak terburuk virus.

Alhasil, mereka tertular penyakit ensefalitis herpes.

Penderita pun dapat mengalami kejang-kejang, termasuk anak-anak.

"Bisa jadi ada beberapa individu yang memiliki kerentanan serupa dan terjangkit Covid-19. Itu membuat mereka lebih menderita akibat efek samping yang serius," tambah Skinner.

Gagasan sebelumnya, jumlah virus yang menginfeksi, juga memiliki penjelasan.

Orang-orang yang masih berusia muda, tetapi meninggal karena Covid-19, dipengaruhi oleh muatan virus yang tinggi.

Cegah Penyebaran dan Penularan Covid-19 dengan Kenali 5 Kelemahan Virus Corona Baru

Efektifkah Masker Kain Cegah Corona? Simak Hasil Penelitian di UK dan Cara Pakai Masker yang Benar

Jangan Abaikan, Ini 5 Gejala Ringan Terinfeksi Virus Corona, Kebingungan hingga Nyeri Otot

Ilustrasi orang muda.
Ilustrasi orang muda. (Pexels.com)

"Seseorang dengan muatan virus yang tinggi memiliki lebih banyak partikel virus dibandingkan dengan muatan virus yang rendah," ujar ahli virus, Alison Sinclair, dari Sussex University.

Namun, Sinclair mengaku, dia dan tim belum mengetahui dampak dari tinggi-rendahnya muatan virus pada gejala seseorang yang terinfeksi Covid-19.

Poin dari Sinclair ini didukung oleh Edward Parker dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.

Parker memaparkan, laporan awal dari China tentang Covid-19 memberi kesan bahwa muatan virus yang lebih tinggi ada pada pasien dengan kondisi yang lebih parah.

"Jadi, sangat penting bagi kita untuk membatasi semua kemungkinan terpapar Covid-19. Jika kita merasa tidak sehat, kita perlu menerapkan langkah-langkah isolasi diri yang ketat agar tidak menulari orang lain," jelasnya.

Abaikan Anjuran Pemerintah soal Corona, Ratusan Orang dari Perguruan Silat Gelar Demo di Surabaya

Jika Wabah Covid-19 Meluas dan Tak Ada Tindakan Tegas, 2,4 Juta Orang di RI Butuh Layanan Kesehatan

Mata Merah Bisa Jadi Gejala Corona

Konjungtivitis atau mata merah bisa jadi merupakan gejala Corona yang tak disadari.

Hal itu dinyatakan oleh peneliti pada 31 Maret 2020 lalu.

Dilansir Business Insider, pernyataan tersebut didasarkan pada dua penelitian dan sebuah anekdotal yang dilakukan AAO sebelumnya.

Dalam laporan yang dirilis di aao.org, kasus dengan seseorang yang memiliki kondisi mata merah yang ringan menandakan seseorang menderita Covid-19.

Virus dapat menyebabkan konjungtivitis folikel ringan yang tidak dapat dibedakan dari penyebab virus lainnya.

 

Kemungkinan, virus ditularkan melalui kontak aerosol dengan konjungtiva.

Jika ada pasien yang datang ke dokter spesialis mata untuk gangguan konjungtivitis dan juga mengalami demam dan gejala pernapasan, seperti batuk, sesak napas, serta pulang dari daerah yang terkena wabah, itu dapat merupakan gejala Covid-19.

Selain itu, studi yang diterbitkan dalam Journal of Virology mengamati 30 pasien Corona di China.

Dalam studi tersebut, satu pasien memiliki mata merah.

Sementara itu, 29 orang lainnya memiliki virus dalam sekresi mata mereka.

Studi lainnya, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine, menemukan bahwa 9 dari 1.099 pasien yang dites positif Covid-19 di laboratorium memiliki mata merah.

Atasi Iritasi dan Mata Merah
Atasi Iritasi dan Mata Merah (tribunjualbeli)

AAO juga melaporkan kasus seorang perawat yang menangani pasien manula di rumah perawatan kawasan Washington, AS.

Di sana, banyak pasien manula yang didiagnosis Covid-19 memiliki mata merah sebagai gejala awal.

Oleh karena itu, AAO memberi peringatan kepada para dokter mata untuk mewaspadai pasien dengan mata merah yang juga mengalami gejala batuk, demam, dan sesak napas.

Dokter juga harus menggunakan peralatan medis yang tepat untuk melindungi mata, hidung, dan mulut mereka dari penularan virus Corona ketika memiliki janji temu dengan pasien gangguan mata.

Selain itu, dokter disarankan untuk menggunakan disinfektan dan alkohol pada permukaan dan peralatan yang digunakan untuk pasien.

Pemakai lensa kontak juga dianjurkan untuk beralih menggunakan kacamata untuk sementara waktu.

Kontak tangan dengan area wajah dan mata dapat meningkatkan risiko terinfeksi Corona.

Ilustrasi lensa kontak
Ilustrasi lensa kontak. (Freepik)

Meskipun beberapa kasus serupa dideteksi, temuan tersebut masih awal.

Namun, mata merah muda pada pasien tetap perlu diwaspadai.

Sebab, mata merah adalah gejala yang jarang terjadi dibandingkan gejala umum lain, seperti batuk kering, demam, dan sesak napas.

(Tribunnews.com, Citra Agusta Putri Anastasia)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengapa Orang Muda dan Sehat Bisa Meninggal karena Virus Corona? Begini Kata Ahli

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved