Virus Corona
Kisah Kasta Dalit yang Dianggap Penting Pemerintah India, Namun Tak Diperhatikan saat Wabah Covid-19
Kisah kasta Dalit yang pekerjaannya dianggap paling penting oleh Pemerintah India, namun tak tersentuh fasilitas yang memadai saat pandemi Covid-19.
TRIBUNPALU.COM - Sejak India menerapkan lockdown demi mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 sejak 25 Maret silam, ketimpangan sosial terus terjadi.
Hal itu disebabkan oleh terguncangnya sistem ekonomi yang memaksa warga kurang mampu di India terus bekerja demi bertahan diri.
Seperti diceritakan BBC, sebanyak 57 keluarga yang tinggal di Desa Vijayawada, Kota Andhra Pradesh, telah dilarang untuk turun dari gunung.
Bahkan untuk sekadar membeli barang kebutuhan pokok seperti makanan dan obat-obatan pun dilarang.
• Seorang Kurir Pizza di India Positif Virus Corona, Sempat Antar Pesanan ke 70 Pelanggan
Seorang ibu hamil bernama Polamma pun terus berjuang demi bertahan hidup di puncak gunung.
Ia dengan hati-hati menuruni 250 anak tangga dari perkampungan kumuh di India bagian selatan dan berjalan satu kilometer lagi untuk menuju toko bahan makanan terdekat.

Keluarganya adalah bagian dari komunitas Yanadi, yang pekerjaan utamanya yakni sebagai pemulung dan pembersih saluran air, yang sebelum virus corona muncul, mereka telah dipisahkan dengan sistem kasta.
Akibat kasta itu, Polamma mengaku kian dijauhi karena dianggap bisa menyebarkan penyakit dan menularkan Covid-19.
"Kami dikurung di sini, seperti tahanan. Kami tinggal di dekat pabrik susu dan tidak ada setetes susu untuk diminum anak-anak saya. Kami disebut kotor dan mereka mengatakan kami menyebarkan penyakit ini," kata Polamma.
• Curhat Pilu WNI yang Terjebak di India: Tolong Kami, Tidak Ada Makan, Tidak Ada Air
Sistem kasta ini sebenarnya telah secara resmi dihapus pada tahun 1950, tetapi kenyataan sosial itu masih berlaku sejak warganya dilahirkan.
Sistem kasta di India mengkategorikan umat Hindu saat lahir, menentukan tempat mereka dalam masyarakat, pekerjaan apa yang bisa mereka lakukan dan siapa yang bisa mereka nikahi.
Ada empat kategori utama, yakni Brahmana untuk para imam dan guru, Kshatriya bagi pejuang dan penguasa, Vaishya untuk para pengusaha dan pedagang, dan Shudra bagi buruh, yang dianggap 'tak tersentuh' atau Dalit.

Dari kategori itu, kasta Dalit dan suku Adivasis adalah kelompok yang telah lama mengalami isolasi sosial.
Namun akibat wabah virus corona ini, kedua kelompok itu makin sulit meraih kesetaraan fasilitas dari pemerintah.
Padahal pekerjaan mereka adalah petugas kebersihan umum dan pemulung, yang memiliki risiko besar terpapar virus corona.
Selama pandemi ini, pekerjaan mereka dianggap sebagai layanan terpenting oleh pemerintah India, tetapi banyak yang mengatakan mereka belum mendapatkan peralatan yang memadai untuk melindungi diri dari Covid-19.
• Dampak Penerapan Lockdown di India, Ibu Lempar 5 Anaknya ke Sungai Gangga karena Kelaparan
Seorang aktivis Dalit dari Kampanye Nasional Hak Asasi Manusia Dalit, Paul Divakar mengungkapkan kekhawatirannya soal kesenjangan sosial ini.
Paul Divakar khawatir bahwa wabah ini akan kembali mempertebal garis ketidaksetaraan di India.
"India memiliki 600.000 desa dan hampir setiap desa ada ruang sempit di pinggiran yang dimaksudkan untuk para Dalit," kata Paul Divakar.
"Pemukiman ini jauh dari pusat perawatan kesehatan, bank, sekolah, dan layanan penting lainnya. Selama masa Covid-19 seperti ini, bantuan mungkin bahkan tidak mengalir ke mereka," lanjutnya.
Dia menyarankan jika jarak sosial juga mengancam tindakan diskriminasi seperti yang terjadi di Kota Bareilly Utara saat pekerja migran berjongkok dan disiram cairan disinfektan.
"Covid-19 makin menguatkan tindakan-tindakan (diskriminasi) ini atas nama kebersihan dan jarak sosial," ujar Paul Divakar.
• Lockdown di India, Pria Ini Berusaha Raup Sisa Tumpahan Susu di Jalan Meski Dikerumuni Anjing
Akibat Lockdown di India, Pria Ini Berusaha Raup Sisa Tumpahan Susu di Jalan Meski Sudah Dikerumuni Anjing
Akibat kebijakan lockdown yang diterapkan di India, membuat warganya harus menghadapi krisis ekonomi hingga berujung pada kasus kelaparan.
Sebuah video dari Rambagh Chauraha, Agra, merekam momen saat pria malang dan anjing yang berbagi tumpahan susu di jalan, yang semakin menunjukkan betapa kerasnya dampak lockdown di negara itu.
Dikutip dari India Today, kejadian itu bermula saat seorang pengantar susu mengalami kecelakaan dan menyebabkan wadah susu itu tumpah ke jalan.
Dalam hitungan detik, anjing-anjing mulai mendekat untuk meminum tumpahan susu itu.
Tak lama kemudian, seorang pria malang datang mendekat.
Ia berjongkok dan berusaha mengisi tembikar kecilnya dengan meraup tumpahan susu itu menggunakan kedua tangannya.
• Video Pria Pengantar Makanan Main Piano saat Malaysia Lockdown Viral: Lagu Itu untuk Kalian Semua

Video itu kemudian menjadi perbincangan dua pengamat setempat.
Lantas mereka meminta komentar soal video itu kepada pihak yang berwenang di wilayah tersebut.
Pihaknya mengaku belum mengetahui kejadian detail kejadian itu.
Namun, otoritas setempat menyebut bahwa kantor kepolisian terdekat lah yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan makanan kepada warga yang membutuhkan.
• Dampak Penerapan Lockdown di India, Ibu Lempar 5 Anaknya ke Sungai Gangga karena Kelaparan
Video memilukan itu kini menjadi viral di media sosial.
Seorang warganet dengan nama @kamalkhan_NDTV mengunggah video itu di Twitter.
"Lockdown Impact: Humans and animals started drinking milk together. Today, the milk tank of a milkman fell on the Rambagh intersection in Agra. See what happened then," tulis @kamalkhan_NDTV, Senin (13/4/2020).
Unggahan pria yang bekerja sebagai jurnalis di NDTV News itu menjadi viral dan sudah ditonton sebanyak 504,2 ribu kali tayangan.
Sementara dilansir Daily Mail, Perdana Menteri India, Narendra Modi mengumumkan akan melakukan perpanjangan masa lockdown hingga 3 Mei mendatang.
Dia menjelaskan, keputusan untuk melakukan lockdown dengan 1,3 miliar jiwa ini tentu saja memberikan pukulan telak terhadap perekonomian India.
"Tetapi keselamatan rakyat India jauh lebih berharga. Dari pengalaman selama beberapa hari terakhir, jelas ini adalah pilihan bagus," kata Narendra Modi.
• Pria di India Ini Pura-pura Meninggal untuk Hindari Lockdown, Begini Nasibnya Saat Ini

Namun meski tetap dijalankan, kebijakan ini menuai protes dari jutaan pekerja migran yang kehidupannya bergantung pada upah harian.
Alhasil kebijakan yang diterapkan sejak 25 Maret ini membuat ratusan ribu pekerja migran hijrah dan mudik ke kampung halaman masing-masing.
(TribunPalu.com/Isti Prasetya)