Virus Corona

Terjebak Lockdown di India, Banyak Pekerja Migran Melarikan Diri, Pemerintah Izinkan Pulang Kampung

Takut kelaparan karena terjebak di India, banyak pekerja migran pilih melarikan diri. Kini pemerintah negara bagian telah memberi izin pulang kampung.

Editor: Imam Saputro
Dibyangshu SARKAR / AFP
Buruh migran menunggu dengan tas mereka yang ditempatkan di dalam lingkaran yang ditandai di sepanjang jalan untuk menjaga jarak sosial, ketika mereka menunggu untuk naik bus pemerintah, di Kolkata pada 29 April 2020. 

TRIBUNPALU.COM - Negara dengan populasi penduduk tertinggi kedua di dunia, India harus kembali menghadapi pergolakan akibat penerapan lockdown.

Sejak 24 Maret, lockdown diterapkan demi memutus rantai penyebaran Covid-19, negara berpenduduk 1,3 miliar jiwa ini harus menghadapi pukulan lain, yakni isu ekonomi.

Akibatnya banyak pekerja migran yang berbondong-bondong melarikan diri dengan berbagai cara.

Penduduk migran yang datang dari berbagai negara bagian di India itu kebanyakan berprofesi sebagai pekerja informal.

Seperti menjadi kuli bangunan, pelayan di restoran, jasa kurir, buruh pabrik, dan sebagainya.

Sehingga saat lockdown diterapkan, mereka tak bisa mendapatkan upah.

Kisah Kasta Dalit yang Dianggap Penting Pemerintah India, Namun Tak Diperhatikan saat Wabah Covid-19

Sebanyak 100 juta pekerja migran ini didominasi hidup di lingkungan yang kumuh.

Tak hanya takut virus corona, mereka juga takut kelaparan.

Selama berhari-hari, mereka berjalan, kadang-kadang ratusan kilometer, untuk menuju kampung halaman mereka karena layanan bis dan kereta tidak beroperasi sama sekali.

Beberapa bahkan meninggal saat mencoba melarikan diri dari India.

Peziarah Sikh yang kembali dari Hazur Sahib berdiri di sebelah bus setelah dihentikan oleh Polisi Punjab untuk dibawa ke fasilitas karantina selama lockdown nasional, di pinggiran Amritsar pada 29 April, 2020.
Peziarah Sikh yang kembali dari Hazur Sahib berdiri di sebelah bus setelah dihentikan oleh Polisi Punjab untuk dibawa ke fasilitas karantina selama lockdown nasional, di pinggiran Amritsar pada 29 April, 2020. (NARINDER NANU / AFP)

Pemerintah negara bagian juga berusaha untuk memfasilitasi mereka dengan bus, tetapi tak cukup untuk menampung warganya yang ingin kembali.

Hal inilah yang menyebabkan para pekerja migran melakukan protes besar-besaran beberapa minggu terakhir.

Dikutip dari BBC, mereka melakukan aksinya di negara bagian Gujarat dan Kota Mumbai untuk menuntut perizinan pulang kampung.

Pihak berwenang mengatakan, lockdown ini dilakukan demi menyelamatkan nyawa, tetapi para kritikus berpendapat lain.

Berniat Mudik, Gadis 12 Tahun di India Meninggal setelah Berjalan Kaki Sejauh 320 KM

Menurut kritikus, kurangnya perencanaan justru bisa memberikan pukulan berat bagi warga negara yang paling miskin dan paling rentan di India.

Aktivis sekaligus pengacara, Prashant Bhushan, sebelumnya telah mengajukan petisi di Mahkamah Agung untuk meminta para migran untuk diizinkan pulang.

"Sama sekali tidak manusiawi," pendapat Prashant Bhushan soal lockdown itu.

"Mereka yang dinyatakan negatif Covid-19, tidak boleh dipaksa untuk ditempatkan di tempat penampungan atau jauh dari rumah dan keluarga mereka, melawan keinginan mereka. Pemerintah harus mengizinkan perjalanan yang aman ke kota dan desa asal mereka dan menyediakan transportasi yang diperlukan untuk hal itu," kata petisi itu.

Seorang Kurir Pizza di India Positif Virus Corona, Sempat Antar Pesanan ke 70 Pelanggan

Menanggapi protes itu, Perdana Menteri, Narendra Modi membuat kebijakan agar para pekerja migran bisa kembali ke asal negara bagian mereka.

Sebuah pemberitahuan yang dikeluarkan oleh kementerian dalam negeri setempat mengatakan, mereka perlu diuji kesehatannya dan dikaratina sebelum kembali pulang kampung.

Namun, pergerakan mereka hanya diperbolehkan melalui fasilitas pemerintah negara bagian, sehingga para pekerja migran tidak bisa mencoba untuk melintasi perbatasan sendiri.

Tak hanya soal uji kesehatan, para pekerja migran harus mematuhi aturan pshycal distancing selama proses pemulangan.

Seperti dikutip dari AFP, mereka tampak mengantre di tepian jalan dengan jarak sekitar dua meter untuk menunggu bus datang.

Buruh migran menunggu dengan tas mereka yang ditempatkan di dalam lingkaran yang ditandai di sepanjang jalan untuk menjaga jarak sosial, ketika mereka menunggu untuk naik bus pemerintah, di Kolkata pada 29 April 2020.
Buruh migran menunggu dengan tas mereka yang ditempatkan di dalam lingkaran yang ditandai di sepanjang jalan untuk menjaga jarak sosial, ketika mereka menunggu untuk naik bus pemerintah, di Kolkata pada 29 April 2020. (Dibyangshu SARKAR / AFP)

Viral Video Lucu Polisi India Bikin Jera Pelanggar, Jebloskan ke Ambulans Berisi Pasien Corona Palsu

Sebelumnya, berbagai cerita para pekerja migran yang melarikan diri terjadi di India.

Misalnya, kisah seorang pria bernama Prem Murti Pandey yang menyamar menjadi penjual bawang demi kembali ke kampung halamannya.

Ia nekat melakukan aksi tersebut lantaran adanya aturan lockdown atau karantina wilayah.

Sebagaimana yang diketahui, pandemi Covid-19 atau virus corona menyebabkan otoritas India menerapkan aturan lockdown secara ketat.

Warga setempat diharuskan untuk tetap berada di rumah dalam rangka mencegah terjadinya penyebaran virus.

Kondisi inilah yang kemudian mendorong Prem untuk melakukan aksi nekat tersebut.

Pria yang diketahui merupakan pegawai di bandara Mumbai itu mengaku ketakutan melihat data kasus virus corona.

"Saya terjebak di Mumbai. Sementara melihat angka kasus yang dilaporkan di kota itu, saya menjadi ketakutan dan tidak punya pilihan selain kembali pulang," kata Prem sebagaimana diwartakan CNN.

Dirinya lantas membeli 28 ton bawang serta menyewa truk dan sopir untuk melakukan aksinya tersebut.

Dampak Penerapan Lockdown, Sungai Terkotor di Dunia Ini Menjadi Jernih dan Airnya Bisa Diminum

Berkat penyamarannya, Prem bisa tiba di kampung halamannya di Prayagraj, India bagian utara setelah melakukan perjalanan sejauh 1.400 km dari Mumbai.

"Kami membeli bawang dari pasar sayuran di dekat Mumbai, dan berdalih sebagai pengirim bawang, (sehingga dapat) melintasi tiga negara bagian dan tiba di rumah setelah berkendara selama tiga hari," terangnya.

Untuk diketahui, aturan lockdown di India masih memungkinkan kendaraan pengirim produk makanan untuk melintasi perbatasan negara bagian.

Menanggapi kejadian ini, pihak kepolisian mengatakan jika Prem telah dikirim ke pusat karantina pada Sabtu (25/4/2020) lalu.

"Dia tidak menunjukkan gejala apapun berkaitan dengan virus corona, namun ia ditempatkan di pusat karantina selama dua pekan sebagai langkah pencegahan," kata petugas kepolisian di Prayagraj.

Misteri Angka Kematian Covid-19 yang Rendah di India, Laporkan Lebih Banyak Jumlah Kematian di Rumah

Ada juga kisah seorang gadis yang dikabarkan meninggal dunia setelah menempuh perjalanan jauh dengan berjalan kaki.

Jamlo Madkam, seorang gadis berusia 12 tahun itu berjalan kaki dari negara bagian Telangana menuju kampung halamannya di Chattisgarh.

Jarak yang harus ditempuh ialah sekira 200 mil atau 321,87 kilometer.

Namun di tengah perjalanan, Madkam dikabarkan meninggal dunia.

Otoritas setempat menyebut dirinya meninggal hanya berjarak satu jam perjalanan sebelum tiba di rumahnya.

Dikutip dari CNN, Madkam sebelumnya bekerja di Telangana sebagai buruh di sebuah perkebunan cabai.

Namun, karena kehilangan pekerjaan di masa pandemi ini, ia dan 11 buruh migran lainnya memutuskan untuk kembali ke kampung halaman mereka.

Lockdown di India, Pria Ini Berusaha Raup Sisa Tumpahan Susu di Jalan Meski Dikerumuni Anjing

Mereka diketahui memulai perjalanan 'mudik' pada 15 April 2020 lalu.

Selang tiga hari kemudian, Madkam meninggal dunia sebelum berhasil sampai di rumahnya.

"Mereka memutuskan untuk untuk berjalanan kaki pulang ke rumah karena kehilangan pekerjaan dan tidak tahu kapan masa lockdown akan berakhir," kata Dr B R Pujari, kepala petugas kesehatan di distrik tempat tinggal Madkam.

Lebih lanjut disampaikan bahwa kemungkinan besar gadis belia itu meninggal lantaran mengalami kelelahan.

"Mereka berjalan melalui wilayah pegunungan untuk menghindari barikade polisi selama tiga hari." ungkapnya.

"Kami diberitahu bahwa Jamlo tidak makan sejak pagi karena sakit perut dan mual. (sementara itu) Kami menduga penyebab kematiannya ialah ketidakseimbangan elektrolit di samping adanya kelelahan," imbuhnya.

Sementara itu, saat ini 11 pekerja migran lainnya menjalani masa karantina selama 14 hari.

Sampel mereka juga telah diambil untuk dilakukan pemeriksaan.

Di sisi lain, laporan postmortem Madkam menunjukkan dirinya negatif dari virus corona.

(TribunPalu.com/Isti Prasetya, Clarissa Fauzany)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved