Virus Corona
Rudiantara Sebut Pemerintah Tengah Membuat Obat Corona yang Akan Dijual Bebas pada Bulan Agustus
Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkapkan, pemerintah sedang membuat obat corona atau Covid-19.
TRIBUNPALU.COM - Pandemi virus corona atau Covid-19 hingga saat ini masih mewabah di seluruh penjuru Tanah Air.
Melihat kondisi ini, pemerintah disebut tengah membuat obat corona.
Hal ini diungkapkan oleh mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara.
Rudiantara menjelaskan, hasil penelitian terhadap obat corona ini nantinya paling lambat awal Agustus 2020 sudah bisa ke luar.
"Mudah-mudahan nanti paling lama akhir Juli atau awal Agustus itu sudah ke luar hasilnya," ujarnya saat teleconference, Sabtu (16/5/2020).
"Memang bukan yang sintetis, sintetis nanti kan harus pakai resep dokter. Mohon maaf kalau bisa misalkan seperti Panadol yang bisa dibeli di warung, di toko-toko, dan tidak perlu pakai resep," kata Rudiantara.
• Update WNI Positif Covid-19 di Luar Negeri, Minggu 17 Mei 2020: 809 Kasus Tersebar di 35 Negara
• Tuntunan Shalat Idul Fitri di Tengah Pandemi Covid-19 dari Muhammadiyah
Kendati demikian, meski obat corona nantinya sudah ada juga tidak menghilangkan kemungkinan orang terkena virus tersebut, kecuali sudah ada vaksin.
"Kecuali sudah ada vaksin dan waktunya dikatakan tahun 2021, itupun kemudian akhir tahun. Artinya apa? Selama rentang waktu yang kosong itu, cari cara lain ini," ujarnya.
Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan kemungkinan virus Corona (Covid-19) tidak akan pernah punah atau hilang dan penduduk dunia harus belajar untuk berdamai dengannya.
"Virus ini kemungkinan hanya menjadi endemi dalam masyarakat kita, dan virus ini kemungkinan tidak akan pernah hilang," ujar Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan.
"Layaknya HIV belum juga hilang--tapi kita telah menerima dan berdamai dengan virus itu," ucap Ryan.
Virus Corona pertama kali muncul di Wuhan, China akhir tahun lalu dan hingga kini telah menjangkiti lebih dari 4.200.000 orang dan memakan korban jiwa hampir 300.000 orang di seluruh dunia.
• Diyakini Satu-satunya Jalan Keluar Covid-19, Herd Immunity Baru Bisa Tercapai lewat Vaksinasi
• KPK Imbau Kepala Daerah: Jangan Jadikan Penyaluran Bansos Covid-19 sebagai Ajang Unjuk Gigi
"Kita memiliki virus baru memasuki populasi manusia untuk pertama kalinya dan oleh karena itu, sangat sulit untuk memprediksi kapan kita akan menaklukkannya," kata Ryan.
Sejumlah negara mulai secara bertahap melonggarkan pembatasan lockdown yang diterapkan guna membatasi penyebaran Covid-19.
Namun WHO memperingatkan, virus Corona mungkin tidak akan pernah hilang seluruhnya.
WHO menegaskan, tidak ada cara untuk menjamin melonggarkan pembatasan tidak akan memicu gelombang kedua infeksi virus corona.
"Banyak negara yang ingin ke luar dengan berbagai langkah," ujar Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus.
"Tapi rekomendasi kami masih sama yakni kewaspadaan di negara manapun harus berada pada tingkat tertinggi," lanjutnya.
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam mengungkapkan pandemi corona memicu perkembangan riset di perguruan tinggi.
• Simak 18 Gejala Virus Corona, dari yang Paling Umum hingga Paling Jarang Ditemukan
Perkembangan riset tersebut mencakup alat-alat kesehatan yang dibutuhkan untuk penanganan pandemi corona.
"Peralatan-peralatan kesehatan yang selama ini pemenuhannya melalui impor, ternyata bisa kita produksi sendiri," ujar Nizam.
Pelaksanaan riset yang sebelum masa pandemi dapat memerlukan waktu hingga bertahun-tahun, saat ini dapat dikembangkan dalam waktu pendek.
Nizam mengungkapkan perguruan tinggi melakukan berbagai kolaborasi riset untuk pemenuhan berbagai perlengkapan medis yang sangat dibutuhkan untuk penanganan pandemi Covid-19.
"Kita mendorong perguruan tinggi untuk melakukan riset terapan baik itu APD maupun alat-alat kesehatan, obat-obatan. Dan kita bersinergi dengan Kemenristek," ucap Nizam.
Hasil dari riset dan pengembangan perguruan tinggi adalah pembuatan ventilator untuk pasien corona.

Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan ventilator dengan nama Vent-I.
Ventilator dengan kemampuan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) ini saat ini telah masuk fase produksi bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.
Lalu ada Ventindo, ventilator hasil pengembangan Universitas Gadjah Mada.
Ventilator dengan kemampuan Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV).
Ventilator ini dapat digunakan untuk membantu pernapasan pasien yang dirawat di ruang ICU.
Saat ini kolaborasi berbagai perguruan tinggi dengan lembaga penelitian juga telah mengembangkan berbagai Tes Kit untuk deteksi Covid-19 antara lain RT-LAMP, RI-GHA19, dan berbagai perangkat deteksi Covid-19. (tribun network/van/fah/mal)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mantan Menkominfo Rudiantara Sebut Obat Corona Dijual Bebas Bulan Agustus, Tak Perlu Pakai Resep,