Matahari Disebut Tengah Memasuki Fase Lockdown, Bisa Timbulkan Sejumlah Bencana di Bumi

Para ilmuwan menyebutkan saat ini matahari tengah masuk pada fase lockdown.

(NASA/SDO (AIA))
Ilustrasi matahari- Para ilmuwan menyebut, matahari kini masuk pada fase lockdown. Fase ini bisa menimbulkan bencana di bumi. Mulai dari gempa bumi hingga kelaparan. 

TRIBUNPALU.COM - Matahari diyakini saat ini tengah masuk pada fase lockdown.

Hal ini diungkapkan oleh sejumlah ilmuwan.

Fase ini bisa menimbulkan bencana di bumi.

Mulai dari gempa bumi hingga kelaparan.

Terjadi penuruan aktivitas di permukaan matahari secara dramatis.

Mengutip dari The Sun, para ahli percaya bahwa akan terjadi periode terdalam dari resesi sinar matahari yang pernah tercatat sebagai bintik matahari yang telah menghilang.

Fenomena tersebut dijelaskan oleh astronom Dr Tony Philips.

Philips menyebut, medan magnet matahari menjadi lemah.

Hal ini memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya.

Kelebihan sinar kosmik ini akan membahayakan kesehatan.

Bagaimana Proses Matahari Bersinar di Siang Hari dan Bulan Bersinar di Saat Malam? Jawaban Soal SMA

Fenomena Langit di Bulan Mei 2020: Hujan Meteor Eta Aquarids hingga Matahari di Atas Kabah

Kesehatan astronot bisa terancam.

Sinar ini juga dapat memicu adanya petir.

"Solar Minimum sedang berlangsung, dan itu yang dalam."

“Hitungan Sunspot menunjukkan bahwa ini adalah salah satu yang terdalam abad ini. Medan magnet matahari menjadi lemah, memungkinkan sinar kosmik ekstra ke tata surya."

"Kelebihan sinar kosmik menimbulkan bahaya kesehatan bagi para astronot dan pelancong udara kutub, memengaruhi elektro-kimia atmosfer atas Bumi, dan dapat membantu memicu petir," katanya.

Ilustrasi matahari
Ilustrasi matahari ((NASA/SDO (AIA)))

Para ilmuwan NASA pun khawatir akan adanya pengulangan Dalton Minimum yang terjadi pada 1790-1830.

Fenomena tersebut membuat musim dingin berkepanjangan, susah panen, kelaparan, hingga letusan gunung api yang kuat.

Bahkan suhu anjlok hingga 2 derajat celcius selama 20 tahun.

Hal ini membuat produksi pangan duni hancur.

Maengutip dari sumber yang sama, pada 10 April 1815, letusam gunung berapi terbesar kedua dalam 2.000 tahun terjadi di Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat.

Letusan tersebut menewaskan setidaknya 71 ribu orang.

Satu tahun kemudian, pada 1816, terjadi musim dingin berkepanjangan yang disebut Year Without a Summer, karena terjadi salju di bulan Juli.

Niat Salat Gerhana Matahari Cincin - Ini Lafaz untuk Melaksanakan Salat Sunnah 2 Rakaat Saat Gerhana

Sepanjang tahun ini, matahari telah kosong tanpa bintik matahari mencapai 76 persen.

Angka tersebut melampaui angka sebelumnya di Zaman Antariksa saat 77 persen kosong.

Sementara itu, mengutip dari Daily Mail, fase lockdown matahari ini dapat menyebabkan ledakan "sprite".

Ledakan yang dimaksud yakni cahaya oranye dan merah yang melesat keluar dari puncak badai seperti pohon-pohon setinggi 60 mil di langit.

Met Office dan anggota Royal Astronomical Society meminta masyarakat untuk tidak panik terhadap fenomena tersebut.

Hal ini lantaran fenomena yang terjadi merupakan sifat alami.

Seperti yang diketahui, matahari merupakan salah satu binta yang membuat bumi tetap hidup.

Maka segala aktivitasnya mungkin akan menimbulkan konsekuensi.

Ilmuwan Met Office Jeff Knigt menegaskan bahwa, meski menimbulkan musim dingin berkepanjangan, kemungkinan sangat kecil.

Jeff memprediksi, penurunan suhu tak akan mencapai 20 derajat.

"Minimum matahari kemungkinan akan mempengaruhi suhu rata-rata global, menjadikannya lebih dingin, tetapi hampir tidak mencapai 20 derajat," katanya.

Meski bumi akan mengalami penuruan suhu, hal ini tidak berarti bahwa masalah pemanasan global telah selesai.

"Hanya karena kita dalam jumlah minimum, itu tidak berarti pemanasan global akan ditangkap atau dibalik - ini memiliki efek yang jauh lebih halus daripada itu," katanya.

(Tribunnews.com/Miftah)

Artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Ilmuwan Sebut Matahari Masuk Fase Lockdown, Bisa Timbulkan Bencana Gempa Bumi hingga Kelaparan, 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved