Usul Jusuf Kalla soal Sekolah Dibuka saat New Normal: 20 Orang per Kelas dengan Pembagian Shift
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) memberikan saran mengenai wacana sekolah dibuka kembali saat new normal.
TRIBUNPALU.COM - Wacana kembali dibukanya kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah saat new normal tengah dibahas oleh kementerian terkait.
Hal ini dikatakan oleh Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.
Muhadjir mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar tidak terburu-buru menentukan aturan new normal yang akan diterapkan di sekolah.
Ia menambahkan, pemerintah masih membahas aturan tatanan normal baru yang nantinya diterapkan kepada para siswa.
Aturan new normal akan mengedepankan protokol kesehatan sebagai upaya untuk mencegah penyebaran virus corona sehingga siswa bisa belajar dan terhindar dari Covid-19.
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla (JK) menyarankan, masing-masing siswa dibatasi setiap kelas hanya 20 orang dengan menggunakan sistem shift.

• Apabila PSBB Dicabut, Jusuf Kalla Sebut Tempat Ibadah Harus Pertama Dibuka daripada Mall atau Pasar
• Banyak yang Melanggar PSBB, Jusuf Kalla Sebut Pemerintah Perlu Beri Sanksi Agar Masyarakat Patuh
• Jusuf Kalla Tanggapi Pernyataan Joko Widodo yang Minta Masyarakat Berdamai dengan Covid-19
• Ekonomi Terdampak Wabah Covid-19, Jusuf Kalla: Pemerintah Harus Siap dengan Risiko tiap Pilihan
Hal itu disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Kamis (4/6/2020).
Jusuf Kalla menyebut, penerapan new normal di sekolah masih harus dibahas lebih lanjut terkait aturannya.
"Kalau sekolah kan pertama permanen, walaupun tentu ada masalah baru yang harus diselesaikan dulu," kata Jusuf Kalla.
Kalla mengatakan, jumlah siswa yang dibatasi setiap kelas juga tetap harus memperhatikan jaga jarak.
"Kalau dulu satu kelas itu 30-40 anak, sekarang ini untuk menjaga jarak maka satu kelas itu maksimum 20," ujar Kalla.
Oleh sebab itu, diperlukan ruangan kelas lebih banyak untuk menampung seluruh siswa.
Akan tetapi, menurut Kalla, langkah tersebut tidak bisa dilakukan dan ia memilih adanya pembagian shift.
"Artinya harus disiapkan kelas lebih banyak dua kali lipat," papar Jusuf Kalla.
"Karena itu maka tidak mungkin pada masa ini, maka tentu caranya bisa seperti shift," sambungnya.