WHO Keluarkan Pernyataan Membingungkan soal OTG Covid-19, Begini Duduk Perkara dan Klarifikasinya

Orang yang tidak menunjukkan gejala tetap dapat menyebarkan virus corona Covid-19, baik nantinya mereka merasa sakit atau tidak.

KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19 dan 12 orang reaktif hasil rapid test. 

TRIBUNPALU.COM - Penularan virus corona Covid-19 yang begitu cepat meluas masih menjadi objek penelitian para ilmuwan dunia.

Bahkan, yang membuat virus corona jenis baru ini lebih berbahaya adalah adanya orang tanpa gejala (OTG).

Namun, pejabat WHO belum lama ini mengatakan bahwa pasien Covid-19 yang tanpa gejala atau asimptomatik sangat jarang menularkan virus corona SARS-CoV-2 ke orang lain.

Hal ini tentu membuat banyak kalangan bingung.

Pasalnya, para pakar dan banyak bukti studi ilmiah mengatakan bahwa orang tanpa gejala (OTG) virus corona sangat mungkin menularkan virus ke orang lain dan hal ini menjadi ancaman dalam penyebaran Covid-19.

Dr Anthony Fauci, pakar penyakit menular AS pun mengatakan bahwa paparan virus corona yang tanpa gejala dialami oleh 25-45 persen kasus.

"Bukti menunjukkan bahwa 25 hingga 45 persen orang yang terinfeksi corona kemungkinan tidak memiliki gejala," kata Fauci kepada ABC News, pekan lalu (9/6/2020).

Fauci pun mengatakan, hasil riset epidemiologi menunjukkan bahwa OTG corona dapat menularkan virus ke orang lain kendati mereka tidak memiliki gejala.

Selain itu, hasil analisis terbaru yang dilakukan Scripps Research terkait data publik infeksi tanpa gejala atau asimtomatik juga menunjukkan hal serupa.

ILUSTRASI new normal di tengah pandemi virus corona Covid-19.
ILUSTRASI new normal di tengah pandemi virus corona Covid-19. (Shutterstock/pixfly via TribunJogja.com)

Peneliti mengungkap bahwa OTG memainkan peran penting dalam penyebaran awal virus corona SARS-CoV-2 yang bertanggung jawab atas penyakit Covid-19.

Hasil analisis menunjukkan, presentase OTG mencapai 45 persen dari seluruh kasus Covid-19.

Temuan yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine ini menggarisbawahi pentingnya pengujian ekstensif dan kontak tracing demi mengurangi penyebaran.

"Penyebaran virus secara 'diam-diam' ini membuat semuanya menjadi lebih sulit untuk dikendalikan," papar Eric Topol, pendiri dan direktur Scripps Research, seperti dikutip dari Science Daily, Senin (15/6/2020).

Duduk perkara dan klarifikasi WHO

Pada Selasa (9/6/2020) pekan lalu, pejabat tinggi WHO memberikan klarifikasi terkait hal ini dalam sebuah konfernsi pers.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk pandemi Covid-19 mengatakan, para ilmuwan belum mengetahui seberapa sering OTG menularkan virus ke orang lain.

"Mayoritas penularan yang kita ketahui adalah orang yang memiliki gejala (Covid-19) menularkan virus ke orang lain melalui droplet infeksius," ujan Van Kerkhove, dilansir STAT News, (9/6/2020).

"Memang ada sebagian orang yang tidak mengembangkan gejala. Dan untuk benar-benar memahami seberapa berpengaruh OTG menularkan virus, kami belum memiliki jawaban untuk itu," ujarnya.

Tanggapan Kuasa Hukum Benny Sujono soal Ruben Onsu yang Tetap Gunakan Nama Geprek Bensu

Curhat Wanita yang Dihina Fisiknya oleh Saudara Jadi Viral, Ini Tanggapan Psikolog soal Body Shaming

Bintang Emon Diserang Buzzer di Medsos, Pihak Istana: Jika Merasa Dirugikan, Silakan Dilaporkan

Keambiguan ini muncul tak lepas dari perbedaan istilah yang dipakai untuk merujuk pada pasien asimptomatik. Beberapa kasus Covid-19 memang sepenuhnya tanpa gejala.

Namun terkadang, istilah pasien asimptomatik juga digunakan untuk menggambarkan orang yang sudah terinfeksi tapi belum menunjukkan gejala.

Penelitian menunjukkan, banyak orang terinfeksi sebelum mereka merasa sakit atau menunjukkan gejala, selama periode yang ditentukan.

Dalam pertemuan itu, Van Kerkhove mencatat bahwa ketika petugas kesehatan meninjau kasus yang awalnya dilaporkan tanpa gejala, ternyata banyak di antaranya setelah itu memiliki gejala penyakit sangat ringan.

"Ada beberapa orang yang terinfeksi dan benar-benar tidak menunjukkan gejala. Namun, negara-negara yang melakukan pelacakan kontak terperinci tidak menemukan transmisi sekunder dan lainnya dari kasus tersebut. "Ini yang sangat langka," kata Van Kerkhove.

Dia menambahkan, pihaknya terus mempertimbangkan data dan bukti yang ada. WHO pun terus menggali lebih banyak informasi dari banyak negara terkait persoalan ini.

Van Kerkhove pun mengakui bahwa penggunaan frasa "sangat jarang" adalah miskomunikasi.

Pernyataan itu berdasar pada temuan sejumlah kecil studi yang meneliti kasus pasien Covid-19 tanpa gejala dan melacak berapa banyak mereka dapat menularkan ke orang lain.

Van Kerkhove berkata, dia tidak bermaksud mengatakan baha penularan tanpa gejala jarang terjadi, karena ini belum diketahui secara pasti.

Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19 dan 12 orang reaktif hasil rapid test.
Pasien orang tanpa gejala (OTG) dan pasien reaktif hasil rapid test Covid-19 melakukan senam pagi bersama relawan dan tenaga medis di Rumah Singgah Karantina Covid-19, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (27/5/2020). Rumah Singgah Karantina Covid-19 ini merawat 33 pasien OTG Covid-19 dan 12 orang reaktif hasil rapid test. (KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO)

Tentang riset OTG

Sebagian orang berpendapat bahwa WHO mengatakan OTG corona tidak menyebarkan virus.

Jikapun terjadi penyebaran, hal ini sangat langka.

Namun beberapa penelitian telah memperkirakan bahwa OTG - baik yang asimtomatik (tidak menunjukkan gejala) atau presimtomatik (belum menunjukkan gejala) - merupakan penyebab separuh penularan dari total kasus yang ada.

Menurut para ahli, ini yang menyebabkan virus sangat sulit ditangani.

Sebagai contoh, mengisolasi orang yang sakit tidak mencegah kemungkinan mereka menularkan virus ke orang lain.

Beberapa studi pemodelan telah mengasumsikan penularan asimtomatik yang cukup luas.

"WHO membuat gaduh setelah mengatakan bahwa pasien tanpa gejala jarang menularkan penyakit ini," sebuah email dari Harvard Global Health Institute mengatakan pada Selasa lalu.

"Semua bukti terbaik menunjukkan bahwa orang tanpa gejala dapat dan dengan mudah menyebarkan SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Covid-19," imbuh keterangan Harvard.

Faktanya, beberapa bukti menunjukkan bahwa orang mungkin paling menular pada hari-hari sebelum mereka menjadi simtomatik yaitu, pada fase presimptomatik ketika mereka merasa baik, tidak memiliki gejala, tetapi mungkin bisa menularkan sejumlah virus ke orang lain.

Ini artinya, orang yang tidak menunjukkan gejala tetap dapat menyebarkan virus, baik nantinya mereka merasa sakit atau tidak.

Hal inilah kenapa menggunakan masker dan menjaga jarak sangat penting dalam membatasi transmisi.

Kata Yunarto Wijaya soal Peluang Sandiaga Uno dan AHY di Pilpres 2024: Yang Dicari Sosok Unik

Soal Kasus Novel Baswedan, Istana: Presiden Tak Bisa Intervensi, Cuma Bisa Imbau Hukum Ditegakkan

Kuasa Hukum Terdakwa Penyiraman Air Keras Novel Baswedan Minta Kliennya Dibebaskan, Mengapa?

Pentingnya mengetahui rute penularan

Mengetahui rute penularan virus corona sangat penting dilakukan.

Hal ini membantu pakar kesehatan mengembangkan strategi yang tepat untuk memerangi virus.

Pada konferensi yang diadakan WHO pekan lalu, para pejabat menekankan hingga saat ini para ahli masih terus mempelajari lebih banyak tentang virus corona baru dan bagaimana penyebarannya.

Banyak negara telah menunjukkan bahwa taktik terbaik untuk mengatasi pandemi adalah mengisolasi kasus, melacak kasus, dan mengkarantina orang yang telah melakukan kontak dengan orang terinfeksi.

Selain itu, menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan mengenakan masker juga penting dilakukan.

"Langkah-langkah itu tidak bisa menghentikan semua transmisi, tapi yang kita lakukan adalah menekan transmisi," kata Mike Ryan, kepala program darurat WHO dalam acara yang sama.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Duduk Perkara Pernyataan Membingungkan WHO soal OTG Corona"
Penulis : Gloria Setyvani Putri

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved