Kabar Internasional

Abu Sayyaf Culik 5 WNI dan Minta Tebusan, Satu Sandera Asal Buton Tewas saat Baku Tembak di Filipina

Abu Sayyaf kerap culik nelayan WNI & minta tebusan untuk 5 WNI sandera, satu sandera asal Buton, Sulawesi Tenggara tewas saat baku tembak di Filipina.

THE STAR/ASIA NEWS NETWORK via straitstimes.com
Kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina - Abu Sayyaf kerap culik nelayan WNI & minta tebusan untuk 5 WNI sandera, satu sandera asal Buton, Sulawesi Tenggara tewas saat baku tembak di Filipina. 

TRIBUNPALU.COM - Kabar duka dari satu di antara lima korban penculikan kelompok separatis yang berbasis di kepulauan Filipina, yakni kelompok Abu Sayyaf.

Seorang sandera warga negara Indonesia (WNI) bernama La Baa yang dijadikan sandera meninggal dunia.

Pria 32 tahun menjadi korban penembakan saat terjadi kontak senjata antara aparat keamanan Filipina dan kelompok Abu Sayyaf di Kota Patikul, Provinsi Sulu.

Dilaporkan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi secara virtual, jenazah telah diterbangkan dari Sulu ke Zamboanga dengan pesawat militer Filipina, kemudian dibawa langsung ke rumah duka Zamboanga pada Rabu pukul 08.00 waktu setempat.

"Atas nama pemerintah, saya ingin menyampaikan dukacita mendalam kepada keluarga korban atas meninggalnya WNI tersebut," ucap Retno Marsudi, Rabu (1/10/2020) seperti dikutip dari Kompas.com.

Keluarga Nelayan Wakatobi yang Disandera Abu Sayyaf Harapkan Bantuan Pemerintah RI

La Baa dan keempat WNI lainnya diculik saat tengah menangkap ikan menggunakan kapal kayu di perairan Lahad Datu, Malaysia pada 16 Januari 2020 pukul 20.00 waktu setempat.

Menurut laporan kepolisian maritim Lahad Datu, kelima WNI itu kemudian dibawa oleh enam orang bertopeng yang menculik mereka menuju perairan Filipina.

La Baa yang berasal dari Buton, Sulawesi Tenggara itu disandera bersama empat rekannya yakni Edi bin Lawalopo (53), Arsyad bin Dahlan (42), Arizal Kastamiran (29), dan Riswanto bin Hayono (27).

Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi (Twitter.com/Menlu_RI)

Untuk membebaskan keempat sandera lainnya, Retno Marsudi terus mengupayakan agar mereka bisa segera dibebaskan.

"Kita akan terus melakukan koordinasi dengan otoritas Filipina mengenai nasib empat sandera lainnya," kata Retno Marsudi.

Ia melanjutkan, Angkatan Bersenjata Filipina telah memberikan komitmen untuk menemukan dan menyelamatkan WNI yang masih disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.

Aksi KKB Papua Berusaha Sandera Tiga Guru di SD Inpres Berhasil Digagalkan Warga, Ini Kronologinya

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan, akan terus berupaya untuk membebaskan 5 WNI tersebut.

Ia juga menyebut kelompok Abu Sayyaf selalu meminta tebusan tiap kali berhasil menyandera orang.

"Tiap kali menyandera orang selalu minta uang, kan begitu," ujar Mahfud MD di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Kamis (5/3/2020).

Sebelumnya beredar kabar jika Abu Sayyaf meminta tebusan Rp 8,4 miliar untuk 5 Warga Negara Indonesia (WNI) yang diculik.

Mahfud MD mengatakan pihaknya masih mendalami informasi mengenai tebusan tersebut.
"Baru dapat info dari TV, tapi laporan langsung saya belum dapat, hari ini mau saya cari informasinya. Biasa sih Abu Sayyaf (minta tebusan), hanya berubah angkanya saja sekarang," kata Mahfud MD.

Mahfud MD
Mahfud MD (Kompas.com/Kristian Erdianto)

Pernah Disandera di Irak 14 Tahun Lalu, Meutya Hafid Sempat Terpikir Mati dan Teringat Mendiang Ayah

Sementara sebagai langkah antisipasi, Mahfud MD mengungkapkan, pemerintah berencana menarik WNI yang menjadi nelayan di Sabah, Malaysia ke laut Indonesia karena kerap menjadi target penculikan oleh kelompok Abu Sayyaf.

"Kita sedang memikirkan penempatan orang-orang Sabah, orang Indonesia yang sering menjadi korban penculikan, ditarik ke kelautan Indonesia saja," ujar Mahfud MD di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Rabu (11/3/2020).

Lebih lanjut, ia mengatakan sejauh ini banyak nelayan Indonesia yang melaut di Sabah dan sudah mulai kembali mencari ikan di perairan di Indonesia.

Pihaknya menuturkan, rencananya mereka yang akan ditarik akan di tempatkan di sejumlah laut di Indonesia, salah satunya Laut Natuna Utara atau Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia.

"Nanti bukan hanya di Natuna, nanti di daerah-daerah lainnya," kata Mahfud MD.

Seiring dengan rencana tersebut, pihaknya juga berharap penarikan mereka juga dibarengi dengan adanya peraturan rumit.

"Yang penting  peraturan kita dipermudah, laut Indonesia diisi dengan kapal-kapal itu," terangnya.

(TribunPalu.com, Kompas.com)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved