Kondisi Donald Trump Disebut Membaik setelah Positif Covid-19, Tapi Dokter Sempat Berikan Steroid

Obat kortikosteroid, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya diperuntukkan kepada pasien Covid-19 yang kondisinya parah dan kritis.

Anthony Behar via time.com
Presiden Amerika Serikat ke-45, Donald Trump. 

TRIBUNPALU.COM - Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45, Donald Trump, dinyatakan positif terpapar virus corona Covid-19.

Dalam akun Twitternya, @realDonaldTrump, Donald Trump mengumumkan bahwa dirinya dan sang istri, Melania Trump, dinyatakan positif Covid-19.

Hal ini disampaikan pada Jumat (2/10/2020) waktu Indonesia barat.

Donald Trump dan Melania Trump langsung menjalani karantina dan memulai proses penyembuhan setelah dinyatakan positif.

"Kami akan segera melalui ini bersama-sama!" kata presiden berusia 74 tahun itu.

Tonight, @FLOTUS and I tested positive for COVID-19.

We will begin our quarantine and recovery process immediately.

We will get through this TOGETHER!

Pada Minggu (4/10/2020) kemarin waktu setempat, dokter kepresidenan Sean Conley mengatakan, Donald Trump merasa kondisinya baik-baik saja.

Bahkan, Conley berharap Donald Trump bisa keluar dari rumah sakit pada Senin.

Meski demikian, Sean Conley jaga mengatakan bahwa Donald Trump diberi dexamethasone.

Dexamethasone sendiri merupakan sejenis obat kortikosteroid yang, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hanya diperuntukkan kepada pasien Covid-19 yang kondisinya parah dan kritis.

7 Bulan Pandemi Covid-19, Ini Deretan Pernyataan Joko Widodo: Minta Masyarakat untuk Tidak Gaduh

Sebelum Umumkan Positif Covid-19, Donald Trump Ternyata Sempat Rahasiakan Hasil Tesnya

Donald Trump Positif Covid-19, Mahfud MD: Covid-19 Tidak Pandang Agama, Partai, Status Sosial

Donald Trump dan Melania Trump Positif Covid-19, Joe Biden dan Istri Kirimkan Doa

Trump
Presiden AS ke-45 Donald Trump (AFP via Kompas.com

Dikutip TribunPalu.com dari laman Business Insider, penelitian menunjukkan dexamethasone mengurangi risiko kematian pasien yang membutuhkan tambahan oksigen dan ventilator untuk bernafas.

Namun, manfaat obat steroid ini juga menimbulkan dampak lain.

Yakni, menumpulkan respon sistem kekebalan tubuh.

Ini artinya, tubuh membutuhkan waktu lebih lama untuk membersihkan virus.

Dr. Panagis Galiatsatos, dokter paru di John Hopkins Bayview Medical Center, mengatakan dirinya sudah melihat bahwa steroid dapat bekerja dengan baik untuk orang-orang yang kritis, tetapi tidak berarti bisa menyembuhkan penyakit.

"Obat steroid diberikan kepada pasien yang paling parah sakitnya," kata Panagis.

"Dan ketika saya mengatakan obat itu bekerja dengan baik, artinya itu hanya mencegah risiko kematian. Itu bukan berarti obat bisa mempercepat pasien lepas dari ventilator," lanjutnya.

Dexamethasone.
Dexamethasone. (industryglobalnews24.com)

Dexamethasone ditujukan kepada pasien yang akan dipasangi alat bantu nafas

Dokter kepresidenan mengungkapkan rincian mengejutkan mengenai kondisi Donald Trump pada Minggu kemarin yang bisa menjelaskan mengapa dibutuhkan steroid.

Donald Trump membutuhkan oksigen tambahan setidaknya satu kali selama satu jam pada Jumat (2/10/2020) di Gedung Putih.

Dan satu kali lagi tambahan oksigen pada Sabtu keesokan harinya.

Sean Conley mengatakan, kadar oksigen Donald Trump sempat turun di bawah 94 persen selama sesaat pada Jumat itu, dan menurun hingga 93 persen pada Sabtu.

Membaca kadar oksigen dalam darah dapat membantu menandai kasus serius bahkan sebelum seseorang mengalami gejala yang parah, seperti kesulitan bernafas.

Itu juga bisa menjadi sinyal kapan pasien harus dibawa ke rumah sakit, atau bagi para dokter untuk menentukan waktu untuk mempertimbangkan perawatan lain seperti dexamethasone.

Tujuh Bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia, IDI: Sudah Ada 130 Dokter Meninggal Dunia

Kata Politisi PKS Soal Batas Tarif Tes Swab Rp900 Ribu: Sudah Seharusnya Dilakukan Pemerintah

Sebab PKS dan Demokrat Tolak RUU Cipta Kerja: Tak Ada Urgensi, Berpotensi Merusak Lingkungan Hidup

"Jika Donald Trump memberitahu saya, dirinya lebih sering merasakan kesulitan bernafas, dan saya melihat oximeter dan mengetahui kadar oksigennya rendah, saya langsung memutuskan saat itu juga untuk menggunakan steroid karena saya harus memasangkan alat bantu nafas padanya," kata Panigis, menerangkan pendekatannya terhadap situasi semacam itu.

Memang, Institut Kesehatan Nasional AS menetapkan, pemberian steroid selama 10 hari hanya direkomendasikan bagi pasien yang membutuhkan ventilator atau tambahan oksigen.

Institut tersebut juga tidak merekomendasikan untuk memberi dexamethasone sebagai treatment bagi pasien yang tidak memerlukan alat bantu nafas.

Bahkan dengan level 93 persen, kadar oksigen Donald Trump tidak memenuhi kriteria WHO dalam hal treatment dengan dexamethasone.

WHO mendefinisikan pasien Covid-19 yang parah adalah mereka yang kadar oksigen dalam darahnya berada di bawah 90 persen.

Namun menurut Amesh Adalja, cendekiawan senior di John Hopkins University Center for Health Security, tidak ada yang abnormal dalam perawatan yang diberikan kepada Donald Trump.

"Dexamethasone adalah obat yang kita gunakan untuk siapa saja yang membutuhkan tambahan oksigen," kata Adalja.

"Itu juga sudah standar meski kebutuhan tambahan oksigen hanya sementara."

Steroid menumpulkan respon sistem kekebalan tubuh terhadap virus

Steroid bukanlah satu-satunya obat yang diberikan kepada Donald Trump.

Ia juga diberi Remdesivir, obat yang telah diizinkan oleh Badan Pengawasan Obat AS (FDA) yang terbukti dapat mempercepat pemulihan pasien, serta sebuah koktail antibodi eksperimental dari perusahaan obat Regeneron.

Koktail antibodi Regeneron itu dikatakan dapat meringankan gejala pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit.

Amesh Adalja juga menilai tidak ada yang 'benar atau salah' buat dokter yang meresepkan koktail Regeneron.

Namun, itu memang belum terbukti efektif atau tidak.

Menambahkan steroid kemungkinan dapat mengurangi manfaat koktail antibodi, yang berusaha untuk menyamai sistem kekebalan tubuh alami dalam melawan virus.

Sebaliknya, steroid digunakan untuk mencegah agar sistem kekebalan tubuh tidak bereaksi terlalu agresif.

Terkadang pada fase lanjut penyakit Covid-19, sistem kekebalan tubuh malah menyerang tubuh sendiri, bukan virusnya, fenomena ini dikenal dengan nama 'badai sitokin.'

"Jika dia mendapat steroid, maka antibodi apa pun yang sebelumnya terbentuk akan menghilang," kata Panigis.

"Tapi kau cuma berusaha untuk menghentikan kekacauan yang bisa saja ditimbulkan oleh respon imun," pungkasnya.

SUMBER: Business Insider

(TribunPalu.com/Rizki A.)

Sumber: Tribun Palu
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved