Tujuh Bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia, IDI: Sudah Ada 130 Dokter Meninggal Dunia

"Menganggap remeh Covid-19 menjadi bukti masyarakat tidak peduli dengan keselamatan tenaga kesehatan,"

KOMPAS.COM/FADLAN MUKHTAR ZAIN
Simulasi penanganan pasien terinfeksi virus corona Covid-19. 

TRIBUNPALU.COM - Pandemi wabah virus corona Covid-19 telah merebak di Indonesia selama tujuh bulan sejak kasus pertama ditemukan pada 2 Maret 2020 lalu.

Per Minggu (4/10/2020) kemarin, jumlah kasus infeksi Covid-19 di Indonesia mencapai 303.498, 228.453 pasien dinyatakan sembuh, dan 11.151 kasus meninggal dunia.

Ratusan dokter yang bertugas menangani pasien Covid-19 turut terpapar, bahkan beberapa di antaranya meninggal dunia.

Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkapkan bahwa dalam tujuh bulan terakhir ada 130 dokter yang meninggal akibat terinfeksi virus corona (Covid-19).

Data tersebut berdasarkan catatan IDI hingga 3 Oktober 2020, atau sehari setelah pandemi Covid-19 tepat tujuh bulan terjadi di Indonesia.

"Dalam tiga hari pada awal Oktober, ada tiga orang dokter meninggal akibat Covid-19. Sehingga kini ada 130 dokter yang meninggal," kata Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI, dr Ari Kusuma, SpOG(K), dalam keterangannya, Minggu (4/10/2020).

Bersalin dengan Kondisi Plasenta Previa Akreta, Alice Norin Sebut Kelebihan Anak Keduanya

Kata Politisi PKS Soal Batas Tarif Tes Swab Rp900 Ribu: Sudah Seharusnya Dilakukan Pemerintah

Sempat Pamit Berburu Tanaman Janda Bolong, Seorang Warga Aceh Timur Diduga Hilang di Hutan

Ari menjelaskan, dari 130 dokter yang meninggal itu, 67 orang merupakan dokter umum dengan empat dokter yang telah ditetapkan sebagai guru besar.

Selain itu ada juga 61 dokter spesialis yang empat di antaranya merupakan guru besar, dan dua orang residen.

Ia juga memaparkan, dari jumlah 130 dokter tersebut, sebanyak 110 dokter atau 84,6 persen merupakan dokter laki-laki dan sisanya sebanyak 20 orang atau 15,4 persen merupakan dokter perempuan.

Para dokter yang meninggal dunia itu tersebar di 18 provinsi. Rinciannya, 31 dokter di Jawa Timur, 22 dokter di Sumatera Utara, 19 dokter di DKI Jakarta, 11 dokter di Jawa Barat, 9 dokter di Jawa Tengah, 6 dokter di Sulawesi Selatan, 5 dokter di Bali.

Kemudian di Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, dan di Aceh masing-masing 4 dokter.

Adapun di Kalimantan Timur dan Riau masing-masing tiga dokter.

Selanjutnya, di Kepulauan Riau, DIY, dan NTB masing-masing 2 dokter. Serta di Papua Barat, Banten, dan Sulawesi Utara masing-masing 1 dokter.

Selain koban para dokter, kematian akibat Covid-19 lainnya juga terjadi profesi dokter gigi.

Sejauh ini, jumlah dokter gigi yang meninggal akibat Covid-19 berjumlah sembilan orang, terdiri dari enam dokter gigi umum dan tiga dokter gigi spesialis.

Sedangkan, tenaga kesehatan dari profesi perawat terdapat 92 orang yang telah meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

Dr Ari mengaku sangat prihatin atas kondisi di mana dokter dan tenaga kesehatan terus berguguran.

Menurutnya, ini terjadi karena masyarakat abai terhadap pelaksanaan protokol kesehatan dan tidak peduli pada keselamatan tenaga kesehatan.

Sebelum Umumkan Positif Covid-19, Donald Trump Ternyata Sempat Rahasiakan Hasil Tesnya

Nasib Pekerja Jika RUU Cipta Kerja Disahkan: Kontrak Kerja Bisa Seumur Hidup, Perlindungan Menurun

Sebab PKS dan Demokrat Tolak RUU Cipta Kerja: Tak Ada Urgensi, Berpotensi Merusak Lingkungan Hidup

"Kehilangan para tenaga kesehatan merupakan kerugian besar bagi sebuah bangsa, terutama dalam mempertahankan dan pengembangan aspek kesehatan," ujar dr Ari.

Ia mengatakan, saat ini angka kematian dokter di Indonesia akibat infeksi Covid-19 menjadi yang tertinggi di Asia.

Padahal, jumlah tenaga kesehatan terutama dokter di Indonesia sebelum pandemi Covid-19 merupakan salah satu yang terendah di Asia dan dunia.

"Jumlah dokter yang ada, rata-rata 1 orang dokter diestimasikan melayani 3 ribu masyarakat. Dengan banyaknya korban dari pihak tenaga kesehatan, ke depannya layanan kesehatan pada pasien baik Covid maupun non Covid akan terganggu karena kurangnya tenaga medis," jelasnya.

Hal serupa pernah disampaikan oleh Ketua Satgas Covid-19 Letjen TNI Doni Monardo.

Ia juga mengatakan, masyarakat harus sadar mereka-lah garda terdepan penanggulangan corona, sementara tenaga kesehatan adalah benteng terakhir.

Dr Ari menuturkan, tim mitigasi PB IDI berharap masyarakat tidak lagi menganggap remeh pandemi Covid-19.

Jika semakin masyarakat abai terhadap protokol kesehatan, Indonesia akan sulit melewati masa pandemi.

Dan bukan hanya kerugian secara ekonomi, namun juga korban jiwa baik tenaga kesehatan, keluarga, maupun diri sendiri.

"Menganggap remeh Covid-19 menjadi bukti masyarakat tidak peduli dengan keselamatan tenaga kesehatan," tutur dia.

Ia pun berharap masyarakat menaati disiplin 3M: menjaga jarak, mencuci tangan, dan memakai masker.

"Pemerintah dan banyak pihak sudah gencar mengkampanyekan pentingnya protokol kesehatan, tapi jumlah kematian tenaga kesehatan terutama dokter semakin bertambah pesat. Maka perlu adanya peran masyarakat bersama-sama menjadi garda terdepan untuk menaati protokol kesehatan,' ujar dr. Ari.

(tribun network/rin/dod)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul 7 Bulan Wabah Corona, 130 Dokter Meninggal, Paling Banyak di Jawa Timur

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved