Megawati: Saya Sering Dibully, Banyak Orang Tidak Suka Saya, Nggak Apa-apa

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengakui bahwa dirinya sering di-bully akibat dari sikap dan pemikirannya yang dianggap berbeda.

Dok. PDI-P
Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri saat menyampaikan pidato politik di Kongres V PDI-P di Bali, Kamis (8/8/2019) 

TRIBUNPALU.COM - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengakui bahwa dirinya sering di-bully akibat dari sikap dan pemikirannya yang dianggap berbeda.

Kendati demikian, Megawati mengaku tidak peduli dan tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Sebab, ia memiliki tujuan untuk membuat Bangsa Indonesia menjadi lebih maju.

Hal ini dia sampaikan saat menyampaikan pidato dalam 'Dialog Kebangsaan Pembudayaan Pancasila dan Peneguhan Kebangsaan Indonesia di Era Milenial', Selasa (10/11/2020).

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. (Chaerul Umam/tribunnews.com)

"Saya sering di-bully. Banyak orang tidak suka sama saya, enggak apa-apa," kata Mega, dikutip dari Kompas.com.

"Karena saya punya tujuan, semua bagi bangsa dan negara, bahwa negara ini harus maju."

"Lebih maju daripada negara-negara lain. Apakah bisa atau tidak bisa, saya bilang sangat bisa," tambahnya.

Menurut Mega, Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa.

Letak geografis Indonesia juga begitu menguntungkan.

Saat menjabat sebagai Presiden ke-5 RI, Mega mengaku selalu berbangga hati menunjukkan apa-apa saja yang dimiliki Indonesia.

Baca juga: Megawati Kritik Sumbangsih Milenial, Bagaimana Nasib Staf Khusus Milenial Jokowi? Ini Kata Pengamat

Baca juga: Tanggapi Pernyataan Megawati Soal Sumbangsing Milenial, Mardani Ali Sekar: Milenial Aset Negara

Baca juga: Lagi-lagi Megawati Serang Generasi Milenial, Kali Ini Kader Muda PDIP Diminta Jangan Mejeng Saja

Presiden kelima Republik Indonesia (RI) Megawati Soekarnoputri dalan sesi wawancara yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (17/8/2020).
Presiden kelima Republik Indonesia (RI) Megawati Soekarnoputri dalan sesi wawancara yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Senin (17/8/2020). (Capture YouTube Sekretariat Presiden)

"Ketika saya jadi presiden, saya katakan kepada protokol saya, kalau ada tamu asing, kalau dia mau menanyakan sesuatu, yang ditanyakan bukan apa yang ada di Indonesia?"

"Tapi apa yang tidak ada di Indonesia? Karena supaya saya jawab, bahwa itu ada di Indonesia."

"Untuk menunjukkan suatu kebanggaan. Kita tuh punya," tutur Mega.

Ia pun menyayangkan kondisi saat ini karena Indonesia seakan tidak mampu menjadi bangsa yang mandiri.

Hal itu lantaran Indonesia terlalu banyak mengimpor barang-barang.

Menurutnya, ragam makanan khas Indonesia juga kalah pamor dengan makanan Korea dan Jepang yang sudah mendunia.

Pengunjung memilih buah naga untuk dijadikan oleh-oleh di Kebun Buah Naga Poernama, di Kampung Jamban Sari, Desa Bayongbong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (5/11/2020). Buah naga sudah ada di Indonesia sejak tahun 1977, namun saat itu masih diimpor dari Thailand. Saat ini, tanaman yang awalnya ditemukan di tanah Meksiko, Amerika Tengah, itu sudah dibudidayakan, antara lain di Kebun Buah Naga Poernama, di Kabupaten Garut, sejak tahun 2017, seperti yang diungkapkan Bagus Wijanarko, penanggung jawab harian Kebun Poernama, Kamis (5/11). Tanaman buah naga cocok hidupnya di lahan kritis, bibitnya diambil dari daerah Jember, Jawa Timur. Di Kebun Poernama saat ini terdapat 2.400 tiang dengan tiang penyangga yang biasanya terbuat dari beton digantikan dengan pohon kiren agar berfungsi sebagai penjaga stabilitas tanah, dan daunnya sebagai pakan kambing ettawa yang kotorannya dijadikan pupuk pohon buah naga. Dengan tiket masuk Rp 10 ribu untuk hari biasa dan Rp 15 ribu untuk akhir pekan, pengunjung dapat menikmati pemandangan Kota Garut dari ketinggian 1.002 mdpl yang berada di kaki Gunung Cikuray. Dari Kebun Poernama pengunjung dapat membeli buah naga putih (Hylocereus undatus) dan buah naga merah (Hylocereus costaricensis). Harga buah naga merah Rp 25 ribu dan buah naga putih Rp 30 ribu. Selain kepada pengunjung, buah naga dari Kebun Poernama hanya dijual di pasar swalayan. Senang bisa mengeksplorasi dan memberi panggung bagi keunikan dan keragaman Indonesia. Tribun Jabar/Zelphi #TribunNetwork #MataLokalMenjangkauIndonesia
Pengunjung memilih buah naga untuk dijadikan oleh-oleh di Kebun Buah Naga Poernama, di Kampung Jamban Sari, Desa Bayongbong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Kamis (5/11/2020). Buah naga sudah ada di Indonesia sejak tahun 1977, namun saat itu masih diimpor dari Thailand. Saat ini, tanaman yang awalnya ditemukan di tanah Meksiko, Amerika Tengah, itu sudah dibudidayakan, antara lain di Kebun Buah Naga Poernama, di Kabupaten Garut, sejak tahun 2017. (Tribun Jabar/Zelphi)

Mega berharap, kesejahteraan masyarakat menjadi agenda prioritas dalam pembangunan bangsa.

"Yang sayang, semangat kita membangun negeri ini. Menggampangkan."

"Apa-apa impor. Kenapa tidak ekspor? Itu sebenarnya semua perjalanan Pancasila, menyejahterakan semua masyarakat Indonesia."

"Supaya petani terangkat, supaya boganya enak-enak," kata Mega.

Megawati juga menyinggung terkait berita-berita bohong atau hoaks yang berkembang di masyarakat.

Ia merasa heran dengan anak-anak muda masa kini yang lebih percaya hoaks.

Baca juga: Pesan Mahasiswa untuk Megawati: Stop Mengkerdilkan Demo yang Dilakukan Oleh Kaum Milenial

Baca juga: Heboh Nisan di Pemakaman Dicabut dan Berserakan, Sempat Diduga Ilmu Hitam, Ini Faktanya

Baca juga: Kepulangan Rizieq Shihab Jadi Rekonsiliasi, Wakil Ketua MPR: Tak Ada Istilah Cebong dan Kampret

Menurutnya, ini menunjukkan kecenderungan anak-anak muda enggan mencari tahu kebenaran sebuah informasi yang mereka temukan di dunia maya.

"Tadi saya berbicara mulai dengan Pancasila. Anak-anak muda banyak kan, karena ada internet dan sebagainya."

"Anehnya sekarang kenapa lebih percaya pada hoaks dari pada tidak menanyakan dulu apakah ini benar atau tidak. Selalu, mulai kecenderungan," ujar Mega, masih dikutip dari Kompas.com.

Ia mempertanyakan pemahaman anak-anak muda kini terhadap Pancasila.

Mega juga mengulas kisah para pejuang kemerdekaan di masa lampau yang telah memiliki pandangan jauh ke depan untuk membangun bangsa.

Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan pada poyek pembangunan Flyover Laswi yang melintang di atas perempatan Jalan Laswi-Jalan Pelajar Pejuang 45-Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (9/11/2020). Tahap kedua proyek pembangunan Flyover Laswi ini tinggal menyisakan pengerjaan sepuluh persen lagi yang akan berakhir pada 24 Desember 2020. Tribun Jabar/Gani Kurniawan
Sejumlah pekerja melakukan pengerjaan pada poyek pembangunan Flyover Laswi yang melintang di atas perempatan Jalan Laswi-Jalan Pelajar Pejuang 45-Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (9/11/2020). Tahap kedua proyek pembangunan Flyover Laswi ini tinggal menyisakan pengerjaan sepuluh persen lagi yang akan berakhir pada 24 Desember 2020. Tribun Jabar/Gani Kurniawan (Tribun Jabar/Gani Kurniawan)

Mega mencontohkan Presiden RI pertama Soekarno yang berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada 1955.

Padahal, kala itu kemajuan teknologi belum sebesar sekarang.

Dia menilai, konferensi itu merupakan wujud dari semangat juang yang begitu tinggi dari para pendiri bangsa.

Dia pun berharap hal serupa dapat kembali dilaksanakan di masa mendatang.

"Sebagai contoh Bung Karno, sampai bisa bayangkan tahun 1955 membuat konferensi yang sampai saat ini belum bisa dilaksanakan kembali meski kita sudah bisa daring seperti ini."

"Apa artinya? Apakah kita yang ketinggalan atau teknologinya terlalu maju?" pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Tsarina Maharini)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Mengaku Tak Peduli Meski Sering Dibully, Megawati: Saya Punya Tujuan, Negara Ini Harus Maju

Sumber: Tribunnews.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved