Meghan Markle Ungkap Dirinya Mengalami Keguguran pada Juli 2020 Lalu
Istri Pangeran Harry dari Kerajaan Inggris, Meghan Markle, mengungkapkan bahwa dirinya mengalami keguguran pada bulan Juli 2020 lalu.
TRIBUNPALU.COM - Istri Pangeran Harry dari Kerajaan Inggris, Meghan Markle, mengungkapkan bahwa dirinya mengalami keguguran pada bulan Juli 2020 lalu.
Hal tersebut tertuang dalam sebuah editorial (op-ed) di The New York Times.
Dikutip TribunPalu.com dari laman This is Insider, Meghan Markle mengungkap perihal keguguran yang dialaminya dalam tulisan berjudul "Losses We Share."
Dalam tulisan itu, Meghan Markle mengatakan dirinya merasakan "kram yang hebat" pada suatu pagi saat sedang mengganti popok putranya, Archie Harrison Mountbatten-Windsor.
Duchess of Sussex itu menulis:
"Setelah mengganti popok Archie, saya merasakan kram yang hebat."
"Saya sampai terduduk di lantai sementara Archie ada di gendongan tanganku, membisikkan lagu nina bobok agar kami berdua merasa tenang, nada ceria itu sangat kontras dengan perasaan saya bahwa ada sesuatu yang tidak beres."
"Saya langsung tahu, saat saya memegangi anak pertama saya, bahwa saya kehilangan anak kedua."
“Beberapa jam kemudian, saya terbaring di ranjang rumah sakit, memegang tangan suami saya."
"Saya merasakan kelembutan telapak tangannya dan mencium buku jarinya, basah karena kedua air mata kami."
"Menatap dinding putih dingin, mata saya berkaca-kaca. Saya mencoba membayangkan bagaimana kami pulih (dari peristiwa ini)," tambahnya.

Baca juga: Soroti Penangkapan Edhy Prabowo, Dokter Tirta: Ibu Susi Pudjiastuti Pasti Tersenyum Kecil
Baca juga: Media Asing Soroti Penangkapan Menteri KKP Edhy Prabowo dalam OTT KPK Terkait Ekspor Benur
Baca juga: Arahan Prabowo Subianto ke Partai Gerindra Soal Penangkapan Edhy Prabowo
Baca juga: Edhy Prabowo Terjaring OTT KPK: Polemik Ekspor Benih Lobster hingga Kecurigaan Susi Pudjiastuti
Meghan Markle mengatakan, pengalaman itu mengingatkannya pada momen pasca-tur mereka di Afrika Selatan tahun 2019 lalu.
Saat itu, seorang jurnalis bertanya kepada Meghan Markle apakah dia baik-baik saja.
Kemudian, Meghan menjawab, "Terima kasih telah bertanya. Tidak banyak orang yang bertanya apakah saya baik-baik saja.."
"Saya menjawabnya dengan jujur, tidak tahu bahwa apa yang saya katakan akan beresonansi dengan begitu banyak hal - para ibu muda maupun ibu lainnya yang telah lama memiliki anak, dan siapa pun yang, dalam jalannya masing-masing, diam-diam menderita."
"Jawaban yang saya berikan secara tidak langsung sepertinya mendorong orang lain untuk mengatakan kebenaran dalam diri mereka."
"Tapi, tidak memberi tanggapan dengan jujur sejatinya adalah hal yang paling membantu saya, itu justru menjadi pertanyaan itu sendiri," tulis Markle.
Kemudian, Meghan Markle menambahkan:
"Duduk di ranjang rumah sakit, menyaksikan hati suami saya hancur saat dia mencoba memegang kepingan diri saya yang berantakan, saya menyadari bahwa satu-satunya cara untuk mulai pulih adalah dengan bertanya, 'Apakah kamu baik-baik saja?'"
Hingga artikel ini ditulis, belum diketahui berapa usia kehamilan Meghan Markle ketika dia mengalami keguguran.
Pangeran Harry dan Meghan Markle pun belum mengumumkan kehamilan anak kedua.
Satu tahun setelah menikah pada 19 Mei 2018, mereka dikaruniai seorang putra yang diberi nama Archie Harrison Mountbatten-Windsor dan lahir pada 6 Mei 2019.
Sementara, perwakilan Duchess of Sussex masih menolak berkomentar saat dihubungi terkait keguguran yang dialami oleh Meghan Markle.
Pangeran Harry dan Meghan Markle Berencana Punya Maksimal 2 Anak, Perubahan Iklim Jadi Alasan
Pangeran Harry dan Meghan Markle berencana untuk tidak memberikan banyak adik kepada Archie.
Keduanya pun memiliki alasan yang krusial di balik rencana ini.
Duke dan Duchess of Sussex berencana memiliki maksimal dua orang anak karena alasan perubahan iklim dan krisis lingkungan.
Dikutip TribunPalu.com dari laman The Sun, hal ini diungkapkan Pangeran Harry saat mengobrol dengan pakar simpanse sekaligus aktivis konservasi alam, Dr Jane Goodall.
Percakapan ini digelar untuk edisi spesial majalah Vogue versi Inggris (British Vogue).
Edisi kali ini bahkan ikut diedit oleh Meghan Markle.
Edisi British Vogue yang keluar pada September 2019 tersebut juga menyertakan beberapa tokoh wanita pembawa perubahan, seperti aktivis perubahan iklim Greta Thunberg dan PM Selandia Baru Jacinda Ardern.

Dalam obrolannya dengan Dr Jane Goodall, Pangeran Harry mengakui, sikap dan cara berpikirnya terhadap Planet Bumi telah berubah setelah kelahiran Archie.
Pangeran Harry mengatakan, "Saya pikir, agak aneh juga, berkat orang-orang yang saya temui dan tempat-tempat di mana saya sangat beruntung bisa saya datangi, saya selalu memiliki koneksi dan kecintaan pada alam. Saya melihatnya dalam perspektif yang berbeda sekarang, tanpa keraguan lagi."
"Saya selalu ingin mencoba dan meyakinkan hal itu, bahkan sebelum memiliki dan berencana punya anak..."
Itulah saat Jane menanyakan, berapa jumlah anak yang Pangeran Harry inginkan.
Seketika itu pula, Pangeran Harry menjawab, "Dua, maksimal."
"Saya selalu berpikir: tempat (Bumi, red.) ini adalah pinjaman. Dan pastinya, sebagai makhluk yang berakal dan berkembang seperti seharusnya, kita harus bisa meninggalkan sesuatu yang lebih baik untuk generasi selanjutnya," lanjut Pangeran Harry.
Saat berdiskusi tentang krisis lingkungan dan sumber daya yang semakin menipis di Bumi, sebagaimana dikutip dari laman CNN, Pangeran Harry mengatakan, "Apa yang kami ingin ingatkan adalah hal-hal itu saat ini sedang terjadi. Kita benar-benar hidup dalam kondisi ini. Ibaratnya, kita adalah katak yang hidup di dalam air dan air itu saat ini sedang mendidih. Ini sangat mengerikan."
Dalam pandangannya kali ini, Pangeran Harry memang berbeda dengan Pangeran William dan Kate Middleton yang memiliki tiga orang anak.
• Hampir Tak Pernah Dilanggar, Ini Alasan Larangan Foto Selfie bagi Keluarga Kerajaan Inggris
• Semasa Meghan Markle Kecil, Sang Ibu Kerap Dapat Pertanyaan yang Menyakitkan dan Dikira Pengasuh
• 6 Perbedaan Kisah Cinta Pangeran William-Kate Middleton dan Pangeran Harry-Meghan Markle
Lalu, apa hubungannya memiliki jumlah anak lebih banyak dengan krisis lingkungan dan perubahan iklim yang saat ini sedang kita hadapi?
Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2017 menunjukkan, memiliki anak lebih sedikit menjadi satu di antara beberapa cara yang efektif untuk mengurangi jejak karbon.
Diperkirakan, setiap manusia menghasilkan jejak karbondioksida sebesar 58 ton per tahun.
Diharapkan, dengan berkurangnya jumlah anak akan turut membantu mengurangi jejak karbon yang berkontribusi pada perubahan iklim dan pemanasan global.
Hal ini dicantumkan dalam sebuah cuitan yang diunggah akun Twitter salah satu saluran breaking news yang dijalankan Al Jazeera Media Network, @ajplus pada Rabu (31/7/2019).
Tentunya, perubahan iklim tak hanya disebabkan oleh jejak karbon yang dihasilkan manusia, tetapi juga konsumsi sumber daya alam yang berlebihan dalam skala masif.
(TribunPalu.com/Rizki A.)