Komnas HAM & KontraS tak Datang dalam Rekonstruksi Polri, Rocky Gerung: Kasus Ini Jadi Sorotan Dunia
Rocky Gerung buka suara mengenai rekonstruksi 53 adegan terkait peristiwa penembakan enam anggota FPI di Tol Jakarta-Cikampek.
TRIBUNPALU.COM - Akademisi Rocky Gerung buka suara mengenai rekonstruksi 53 adegan terkait peristiwa penembakan enam anggota FPI di Tol Jakarta-Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Rekonstruksi ini digelar Mabes Polri pada Senin dini hari (14/12) dan berlangsung selama lebih dari empat jam, mulai pukul 00.35 hingga sekitar 4.30 WIB.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Argo Yuwono menjelaskan, rekonstruksi dilaksanakan dengan membagi empat titik lokasi kejadian.
Baca juga: Rocky Gerung Beri Kritik Pedas Terkait Pernyataan Jokowi Soal Kasus FPI: Dia Tidak Paham
Baca juga: Gibran & Bobby Menang di Hasil Hitung Cepat, Rocky Gerung: Saya Apresiasi Kemampuan Pak Jokowi
Titik pertama yakni jalan Interchange Karawang Barat dekat Bundaran Badami, dilakukan sembilan adegan di rekonstruksi.
Lalu, empat adegan di titik kedua lokasi kejadian di Jembatan Badami, sekitar 1 km dari Gerbang Tol Karawang Barat.
Sementara titik ketiga yaitu rest area Km 50 Tol Jakarta-Cikampek, yang dilakukan 31 adegan rekonstruksi.
Di titik keempat yang berlokasi di KM 51, sembilan adegan rekonstruksi dilakukan.
FOLLOW JUGA:
Dilansir dari vlog Rocky Gerung pada Selasa (15/12), pengamat politik ini menyoroti adanya rekonstruksi yang digelar Polri.
"Saya kira semua orang menunggu versi mana yang bisa dipercaya mengenai rekonstruksi karena orang tak percaya dengan versi pemerintah, dinilai tak logis dan ada lompatan urutan peristiwa," terang Rocky Gerung.
Rocky menilai, dari awal peristiwa ini membuat publik merasakan kecurigaan.
"Publik sudah mulai dengan konstruksi kecurigaan, jadi orang bertanya dalam upaya mencurigai. Jadi scientific basednya hilang, padahal Polri berusaha menunjukkan untuk menghasilkan fakta dari ilmu scentific," imbuh Rocky Gerung.
Meski demikian, Rocky menegaskan, kondisi psikologis masyarakat lebih dahulu berkembang dibandingkan metodelogi pengusutan kasus penembakan tersebut.
Baca juga: Rumah Mahfud MD Dikepung Massa, Rocky Gerung: Ada yang Kurang Pas dari Cara Kekuasaan Hadapi HRS
"Sekali lagi psikologi itu lebih dahulu bergerak daripada metodelogi. Pengaburan itu sudah terbaca di awal cerita sehingga publik menganggap versinya yang sudah benar, mendahului segala rekonstruksi," ujar Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung, polisi sebaiknya membaca terlebih dahulu kondisi psikologis publik sebelum menggelar rekonstruksi dalam upaya menyakinkan ulang kronologi yang ada.
