Isu Kudeta Bikin Popularitas Partai Demokrat dan AHY Naik, Pengamat Politik: Populer Saja Tak Cukup

Terkait hal itu, analis politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan meningkatnya popularitas Demokrat dan AHY wajar,

Editor: Imam Saputro
(KOMPAS.com / ANDREAS LUKAS ALTOBELI)
Agus Harimurti Yudhoyono - 

TRIBUNPALU.COM - Popularitas dan favorabilitas Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Partai Demokrat melejit semenjak isu kudeta partai itu mengemuka. 

Terkait hal itu, analis politik UIN Syarif Hidayatullah Adi Prayitno mengatakan meningkatnya popularitas Demokrat dan AHY wajar, sebab, isu itu tersebut sedang 'happening' sehingga menjadi perhatian publik. 

"Popularitas itu didasarkan pada isu yang sedang berkembang. Apa yang lagi happening, itulah yang ada dibenak publik. Dalam seminggu ini porsi pemberitaan soal AHY dan Demokrat berlimpah karena isu kudeta," ujar Adi, ketika dihubungi Tribunnews.com, Senin (8/2/2021). 

Namun, Adi mengingatkan partai berlambang mercy itu untuk tak berpuas diri melihat popularitasnya meningkat. 

Karena, menurutnya populer saja tak cukup dalam dunia politik.

Semua akan sia-sia, kata Adi, jika Demokrat tak bisa mengkonversi popularitas itu menjadi elektabilitas. 

"Dalam politik, populer saja tak cukup, tapi harus bisa dikonversi jadi elektabilitas. Di situlah Demokrat harus fokus ke depan. Setelah jadi konsumsi pemberitaan, lalu apa?" ungkapnya. 

Terlebih lagi, Adi menilai masyarakat saat ini masih belum dapat dipastikan menanggapi isu kudeta Demokrat secara positif ataupun negatif. 

"Saat ini publik terbelah dalam menyikapi isu kudeta demokrat. Terjadi tauran opini, jadi belum ketahuan siapa yang lebih kuat. Harus ada alat ukur yang objektif," tandasnya. 

Sebelumnya diberitakan, Popularitas dan favorabilitas Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Partai Demokrat melejit semenjak isu kudeta partai itu mengemuka. 

Hal itu disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) DPP Partai Demokrat Tomi Satryatomo dalam diskusi Proklamasi Democracy Forum bertajuk 'Prahara Hostile Take Over Partai Politik Dalam Arena Demokrasi' secara virtual, Minggu (7/2/2021). 

Tomi menjelaskan, pihaknya membuat riset dengan cara memetakan pertarungan narasi upaya pengambilalihan paksa, menggunakan tools yang disebut sebagai social network analysis. 

"Kita lihat popularitas dan favorabilitasnya. Kita buat dua periode supaya ada perbandingan," kata Tomi. 

Tomi menguraikan, periode pertama dilakukan 7 hari sebelum AHY memberikan keterangan pers soal adanya upaya kudeta Partai Demokrat (24 Januari sampai 30 Januari). 

Di waktu itu, popularitas Partai Demokrat berada pada urutan ketiga 

"Tapi pada tanggal 31 januri sampai 6 Februari popularitasnya melejit jauh di atas 70 ribu dan favorabilitasnya pun naik jauh mengatasi partai-partai lain," ucap Tomi. 

"Jadi Partai Demokrat menjadi populer dan pada saat yang sama orang suka pada Partai Demokrat terjadi lonjakan popularitas dan favorabilitas baik dalam pemberitaan maupun percakapan," ujarnya. 

Terkait dengan popularitas AHY, pada 24 Januari hingga 30 Januari berada di posisi keempat, di bawah gubernur se-Jawa itu, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. 

Sementara, popularitas Moeldoko (sebagai pihak eksternal yang diduga terlibat kudeta Demokrat) berada di posisi paling bawah. 

Pada 7 hari berikutnya, lanjut Tomi, posisi AHY melejit melampaui tokoh-tokoh yang lain. 

Begitupun dengan Moeldoko, namun Kepala Staf Kepresidenan itu memiliki favorabilitas yang rendah dibanding AHY. 

"Kenapa Moeldoko melejit karena kita tadi melihat ada upaya-upaya akun anonimous untuk mendogkrak popularitasnya Pak Moeldoko," ujarnya. 

"Bisa disimpulkan bahwa 7 hari pemantauan kemarin baik Partai Demokrat maupun ketum AHY itu menjadi media daring dibandingkan dengan partai-partai lain, dibandingkan dengan tokoh-tokoh yang lain," pungkasnya.

Ferdinand Hutahean: Gerakan Lama 

Mantan politisi Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean bersuara soal isu kudeta di Partai Demokrat, secara gamblang ia menyatakan aksi seperti itu sudah terjadi lama dan dilakukan oleh orang-orang yang sama.

Ferdinand mengakui kebenaran adanya gerakan ambil alih Partai Demokrat.

Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube tvOneNews, Selasa (2/2/2021).

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan adanya gerakan yang ingin mengudeta posisinya.

Cuitan politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik, Senin (1/2/2021). Rachland menyebut Moeldoko berbohong pada publik.
Cuitan politisi Partai Demokrat, Rachland Nashidik, Senin (1/2/2021). Rachland menyebut Moeldoko berbohong pada publik. (Twitter @RachlandNashidik)

Terkait hal itu, Ferdinand lantas menyebut kali ini bukanlah titik puncak gerakan tersebut.

"Saya tidak melihat ini titik puncak karena gerakan ini begitu-begitu saja dari dulu," ucap Ferdinand.

"Dan nama yang disebut di situ, para terduga ini menurut saya sejak dulu tidak punya kapasitas dan tidak punya kapabilitas untuk menggelar sebuah upaya pendongkelan AHY sebagai ketua umum."

Ferdinand mengaku sudah mengetahui gerakan ini sejak lama.

Tak hanya itu, menurut dia, beberapa dari lima nama pelaku yang disebut Demokrat memang benar adanya.

"Iya betul nama-nama terduga ini, masih sama dengan yang dulu," ujar Ferdinand.

"Hanya saja ada tambahan sekarang, seperti katanya ini apakah bener ada Nazarudin terlibat di sini."

"Kalau dulu belum ada."

Lebih lanjut, Ferdinand menambahkan, upaya kudeta terhadap AHY sudah sering dilakukan.

Namun, sejak dulu gerakan itu disebutnya tak pernah berhasil melakukan hal tersebut.

Karena itu, Ferdinand menyebut sikap AHY kali ini terlalu berlebihan.

"Kalau dulu kelompok ini mengatasnamakan diri sebagai deklarator partai," kata dia.

"Mereka melakukan upaya-upaya bagaimana mendongkel Mas AHY."

"Bagi saya ini sesuatu yang tidak patut diladeni berlebihan."

Masih menurut Ferdinand, posisi AHY sebagai ketua umum Partai Demokrat tak mudah direbut.

Ia mengatakan, selama ini pengaruh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Partai Demokrat begitu besar.

"Karena Mas AHY ketua umum partai yang terpilih dari aklamisi, bukan kompetisi."

"Jadi posisi Mas AHY di bawah sangat mengakar, dan kader Partai Demokrat di bawah sangat menjunjung tinggi nama Pak SBY," tukasnya.

Simak videonya berikut ini mulai menit ke-6.00:

Komentar M Qadari

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qadari buka suara soal isu kudeta Partai Demokrat.

Setelah Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan gerakan kudeta, M Qadari menduga hubungan Demokrat dan PDIP akan kembali memanas.

Hal itu diungkapkannya dalam kanal YouTube Kompas TV, Senin (1/2/2021).

"Ini akan menimbulkan ketegangan baru antara biru dengan merah," ujar M Qadari.

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam konferensi pers, Senin (1/2/2021).
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam konferensi pers, Senin (1/2/2021). (YouTube/Agus Yudhoyono)

Menurutnya, ketegangan politik ini tak seharusnya diungkap di masa pandemi Covid-19.

Karena itu, ia pun kembali mengungkit persaingan di Pilpres 2004 lalu.

Kala itu, Megawati Soekarnoputri bersaing dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Tentunya ini bukan sesuatu yang baik dalam situasi Covid seperti ini di mana butuh persatuan dan kesatuan," kata M Qadari.

"Kita tahu bahwa selama ini dinamika hubungan biru dengan merah tidak begitu lancar."

"Sebagai implikasi dari Pilpres 2004 yang lalu antara Ibu Mega dengan Pak SBY," sambungnya.

Sejak saat itulah, menurutnya, hubungan Demokrat dan PDIP kerap memanas.

Bahkan, ia menyebut bahwa SBY menjadi opsisi sejati bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Memang menariknya kalau kita amati perkembangan media, sebenarnya 2014-2019 yang menjadi oposisi itu menurut saya Prabowo Subianto," ucap M Qadari.

"Kalau saya melihat dari wacana yang berkembang itu oposisi yang konsisten atau sejati buat Jokowi itu Pak SBY."

"Kan sering tukar-tukaran pernyataan soal Hambalang, soal macam-macam progaramlah," sambungnya.

Karena itu, M Qadari berharap AHY membeberkan identitas orang yang diduga merencanakan gerakan makar Demokrat.

Namun, M Qadari menduga tujuan AHY menyurati Jokowi agar sang presiden mencari informasi perihal pelaku yang diduga melakukan makar.

"Menurut saya, ini di luar faktual atau tidak, memang ada tembok psikologi yang tinggi antara pemerinatah sekarang dengan Pak SBY atau Demokrat."

"Memang penting untuk mengatakan siapa yang berperan agar tidak dianggapsebagai isu atau gosip ya."

"Kalau dari kaca mata Demokrat, saya lihat, ini manuver, motong agar gerakan ini tidak berlanjut."

"Dengan asumsi bahwa Pak Jokowi akan tanya kanan kiri siapa sesungguhnya orang dekat dia yang terlibat dalam gerakan mendongkel Demokrat," tandasnya. (TribunWow.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Popularitas Demokrat dan AHY Melejit Sejak Isu Kudeta, Pengamat : Populer Saja Tak Cukup

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved