Ungkap Curahan Hatinya Lewat Video Podcast, SBY Singgung Sahabat yang Melukai Hati

SBY mengungkapkan isihatinya lewat video podcast berjudul 'Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Lambat, tapi Pasti'.

Tangkapan Layar Kompas TV
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 

TRIBUNPALU.COM - Di tengah polemik Partai Demokrat, Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkapkan uneg-uneg dan curahan hatinya.

Curhatan ini dituangkan SBY lewat video podcast berjudul 'Kebenaran dan Keadilan Datangnya Sering Lambat, tapi Pasti'.

Dalam video podcast itu, SBY menyinggung tentang perbuatan dan perlakuan sejumlah "sahabat" yang sangat melukai hatinya.

Video podcast itu diposting di akun SBY di sejumlah platform media sosial, baik Facebook, Instragram dan Youtube, Kamis (18/3/2021).

Seseorang terdengar membacakan pernyataan SBY dalam video podcast.

SBY mengatakan dirinya berkontemplasi dalam keheningan alam untuk mencari hikmah dari cobaan baru yang ia alami.

Baca juga: Jhoni Allen Berani Singgung AHY dan SBY Sekaligus: Madu di Demokrat Hanya Dikuasai Dua Orang

Baca juga: Abraham Samad Eks Ketua KPK era SBY, Pernah Jerat Calon Kaporli, Kini Setujui Hukuman Mati

Baca juga: SBY Dinilai Jadikan Kisruh KLB Sebagai Cara Menarik Simpati, Ilmuwan Politik: Kita Dizalimi

Kepada Sang Pencipta, SBY mengadu, mengapa cobaan ini mesti datang seperti ini.

“Perbuatan dan perlakuan sejumlah "sahabat" yang sangat melukaiku. Juga melukai orang-orang yang setia, yang mencintai dan berjuang di sebuah perserikatan partai politik, yang selama 20 tahun aku juga ikut bersamanya. Sesuatu yang tak pernah kubayangkan bahwa itu bakal terjadi. Sesuatu yang menabrak akal sehat, etika dan budi pekerti. Juga bertentangan dengan sifat keperwiraan dan kekesatriaan,” ucap SBY.

Berikut isi lengkap video podcast SBY:

KEBENARAN & KEADILAN DATANGNYA SERING LAMBAT, TAPI PASTI

Oleh: Susilo Bambang Yudhoyono

Malam itu Cikeas bagai kota mati. Atau seperti dusun kecil yang terbentang di kaki bukit yang sunyi.

Suasana sungguh mencekam, hening dan sepi.

Ketika kubuka jendela di dekat sajadah mendiang istriku, yang sedikit lusuh namun menyimpan kenangan yang teramat dalam, yang kini menjadi teman setiaku ketika aku bersujud ke pangkuan Illahi, di kejauhan kupandangi langit yang pekat kehitaman.

Tak ada cahaya rembulan atau gemerlapnya bintang-bintang. Rintik hujan yang turun sejak senja haripun kini telah pergi. Tinggal derak pohon dan dedaunan yang terdengar lirih berdesir... pertanda angin malam masih menyapa dan menghampiri.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved