Sulteng Hari Ini
Jangan Beli Makanan atau Minuman Berkaleng Penyok, Ini Penjelasan BPOM di Palu
Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Palu, Fauzi Ferdiansyah mengimbau masyarakat tidak membeli makanan berkaleng penyok.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU - Makanan kemasan sering dipilih karena kepraktisannya, serta memiliki masa kedaluwarsa cukup panjang.
Namun perlu juga cek kemasannya sebelum membeli, terlebih makanan kemasan dalam kaleng.
Kepala Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Palu, Fauzi Ferdiansyah mengimbau masyarakat tidak membeli makanan berkaleng penyok.
Pasalnya, ada beberapa ancaman yang merusak kesehatan tubuh.
Baca juga: Update COVID-19 Sulteng: 26 Kasus Baru dan 64 Pasien Sembuh
Baca juga: Polisi Temukan Seragam FPI di Lokasi Penggerebekan Terduga Teroris
Baca juga: Polres Banggai Resmikan Mesjid Ar-Rahman, Kapolres: Bentuk Rasa Syukur Menyambut Ramadhan
Baca juga: Rempah-Rempah Sulteng Tembus Pasar Ekspor, Perdana Kirim 63,78 Ton ke Vietnam dan Tiongkok
"Produk kaleng kalau penyok atau bocor sedikit saja akan mempengaruhi mutu dan keamanan makanan, karena ada pertumbuhan bakteri. Mungkin secara awam memang tidak bisa melihatnya," ujar Fauzi, Senin (29/3/2021).
Menjelang Ramadan dan Idulfitri, Fauzi juga mengingatkan agar masyarakat berhati-hati terhadap makanan kemasan dalam parsel.
Hal ini menyusul temuan produk makanan kaleng kadaluwarsa ketika menjelang hari-hari besar.
Baca juga: Kondisi Bangunan di Sekitar Lokasi Kejadian Kebakaran Kilang Minyak Balongan
Baca juga: Polres Banggai Terapkan Nilai-nilai Isra Miraj dalam Pelayanan Masyarakat
"Menjelang momen hari besar, masih ada beberapa toko nakal dan diduga mengakali komposisi parselnya. Soalnya isi parsel bermacam-macam dan digabung jadi satu kemasan. Biasanya di dalam kemasan itu ada produk rusak dan kadaluwarsa," kata Fauzi.
Rencananya, BPOM di Palu akan menggelar intensifikasi makanan menjelang maupun selama bulan Ramadan.
Hal tersebut untuk mengawasi makanan kadaluwarsa atau menggunakan bahan berbahaya.
"Untuk pengujian makanan, biasanya kami turun ke lapangan menjelang waktu berbuka, antara jam empat atau lima sore. Kami membawa mobil laboratorium, kemudian melakukan pengujian langsung di lokasi," ucapnya. (*)