Kilang Minyak Balongan Terbakar
Soal Kebakaran Kilang Pertamina, Pengamat Nilai Ada Pihak Tak Ingin Indonesia Punya Kilang Minyak
Fahmy Radhi mengatakan, dampak dari kejadian kebakaran itu akan membuat ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar impor semakin tinggi.
Fahmy mengatakan, kilang Balongan disebut saat ini sudah mampu memproduksi avtur, bahan bakar untuk penerbangan.
Ia menuturkan, indikasi-indikasi pihak-pihak tertentu yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kilang minyak harus dibuktikan oleh Pertamina.
"Ada saja halangan yang mucul setiap Pertamina serius mengembangkan kilang minyak," jelas dia.
"Momentum yang tepat bagi Ahok, yang mendapat penugasan dari Jokowi memberantas mafia migas untuk membuktikan bahwa kebakaran tersebut bukan ulah mafia migas," sambungnya.
Baca juga: Update Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Balongan: 15 Luka Ringan, 5 Luka Berat, 3 Masih Hilang
Pengamanan berlapis kilang modern
Terkait penyebab kebakaran yang diduga salah satunya akibat petir, Fahmy menyebut kilang modern seharusnya memiliki pengamanan berlapis dalam menghadapi kebakaran, termasuk akibat petir.
Untuk itu, ia meminta agar Pertamina harus menerapkan standar internasional untuk pengalaman kilang dan diaudit secara reguler.
Seperti diketahui, kilang minyak di Balongan merupakan kilang keenam dari tujuh kilang Direktorat Pengolahan Pertamina.
Kegiatan utamanya adalah mengolah minyak mentah menjadi produk bahan bakar minyak (BBM), non BBM, dan petrokimia.
Sampai saat ini, Kilang Balongan memproduksi bahan bakar jenis Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, Kerosene (minyak tanah), elpiji, hingga Propylene.
Produksinya terutama dipasok ke DKI Jakarta, Banten, sebagian Jawa Barat, dan sekitarnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kebakaran Kilang Pertamina di Indramayu, Pengamat: Ada Pihak yang Tak Ingin Indonesia Punya Kilang Minyak",
Penulis : Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor : Rizal Setyo Nugroho