Pemerintah Lakukan Pembatasan Mobilitas Nasional dan Internasional Guna Mencegah Penularan Covid-19
Prof Wiku Adisasmito mengatakan Indonesia untuk saat ini masih terkendali dibandingkan 5 negara yang memiliki jumlah kasus tertinggi.
TRIBUNPALU.COM - Di saat India mengalami lonjakan kasus Covid-19 yang sangat tinggi, kini Indonesia tengah mengalami penurunan kasus baru.
Namun hal ini bukan menjadi alasan untuk melakukan mobilitas massa secara brutal.
Justru pencapaian tersebut menjadi tantangan baru bagi Indonesia di tengah negara-negara besar sedang berada di posisi terparah.
Hal itu dikatakan oleh Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito.
"Indonesia untuk saat ini masih terkendali dibandingkan 5 negara yang memiliki jumlah kasus tertinggi," ujar Prof Wiku dalam konferensi pers yang ditayangkan live di kanal YouTube Sekretariat Presdien.
Ia menyebut kelima negara itu ialah Amerika Serikat, India, Brazil, Perancis dan Turki.
Baginya, tantangan baru harus dilewati Indonesia saat kasus Covid-19 dalam negeri sedang melandai dan badai Covid-19 sedang berada di puncaknya untuk kelima negara tersebut.
Baca juga: Kasus Kematian Covid-19 di Indonesia Alami Kestabilan selama Dua Bulan Terakhir
Baca juga: 2 dari 135 WNI yang Baru Tiba dari India Positif Corona, Satgas Covid-19 Siapkan Kebijakan Khusus
Guru Besar Universitas Indonesia itu mengatakan potensi penularan antar negara justru bisa meningkat, terutama saat perayaan Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah.
"Potensi penularan antar negara justru akan meningkat. Masuknya kita di bulan Ramadhan dan Idul Fitri seperti mudik, yang bepotensi penularan Covid-19," tandasnya.
Oleh karena itu, kini pemerintah melakukan pembatasan mobilitas nasional dan internasional untuk mencegah penularan Covid-19 dari berbagai negara dan wilayah di Indonesia.
"Pemerintah akan melakukan pembatasan mobilitas nasional dan internasional untuk mencegah antar negara atau daerah," ujar Prof Wiku.
Lebih lanjut ia membeberkan antisipasi lonjakan Covid-19 dalam negeri dengan cara meniadakan mudik dari 6 hingga 17 Mei mendatang.
"Sesuasi dengan Surat Edaran (SE) dan adendum yang sudah ditentukan, maka pemerintah melarang adanya mudik lebaran tahun ini," katanya.
Baca juga: Kengerian Tsunami Covid-19 di India, Krematorium Penuh hingga Tabung Oksigen Menipis
Baca juga: Puluhan Ribu Pekerja Migran Bakal Masuk Indonesia, Satgas Covid-19 Siapkan Aturan Khusus
Sementara itu untuk pembatasan mobilitas internasional, pemerintah Indonesia sudah meminta Warga Neagara Indonesia (WNI) yang berada di luar negeri untuk tidak melakukan kepulangan jika tidak mendesak.
Selain itu, pihaknya akan memberlakukan prosedur screening dan karantina, penolakan kunjungan Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki riwayat perjalanan 14 hari terakhir di India dan penangguhan sementara untuk visa warga negara India.
"Kami telah menetapakan prosedur screening dan karantina, serta menolak kunjungan orang asing yang pernah ke India selama 14 terakhir. Kemudian untuk pemberian visa warga negara asal India ditangguhkan sementara," sambung Prof Wiku.
Tak hanya itu, kini pemerintah juga telah melakukan pembatasan pintu masuk untuk WNA yang ingin memasuki wilayah Tanah Air.
Ia menegaskan hanya beberapa jalur saja yang diizinkan untuk dilewati mereka.
"Tempat Pemerikasaan Imigran atau TPI hanay ada di Bandara Soekarno Hatta Tangerang, Bandara Juanda Surabaya, Bandara Kualanamo Medan, Bandara Sam Ratulangi Manado, Pelabuhan Laut Batam Center Batam, Pelabuhan Sribintan Pura Tanjung Pinang dan Pelabuhan Dumai," pungkasnya.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melandai, Satgas Ajak Warga Jaga Keberhasilan yang Telah Dicapai
Baca juga: UPDATE Covid-10 di Indonesia Senin 26 April 2021: Tambah 5.944, Total Kasus Capai 1.647.138 Orang
Meskipun Kasus Kematian di Indonesia Stabil, Pemerintah Ajak Masyarakat Terus Waspada
Koordinator tim pakar dan juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan kasus kematian di Indonesia mengalami kestabilan.
Hal itu diungkapkannya saat konferensi pers yang disiarkan secara live oleh YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (27/4/2021).
Ia mengatakan, Indonesia berhasil mempertahankan angka kematian Covid-19 selama dua bulan terakhir, sejak awal Februari 2021.
"Kasus kematian di Indonesia akibat Covid-19 sebesar 2,7 persen, bertahan selama dua bulan terakhir sejak awal Februari 2021," ujar Prof Wiku.
Lebih lanjut, Prof Wiku membeberkan data kasus aktif sebanyak 6,1 persen dan kasus sembuh sekitar 91,2 persen.
Dengan adanya kesembuhan yang mencapai angka tersebut, pemerintah berharap ini menjadi motivasi agar prosentase kematian semakin menurun.
Baca juga: India Alami Lonjakan Tinggi Kasus Covid-19, Menkes RI Ungkap Penyebabnya: Sudah Capai 349.000 Kasus
Baca juga: 32 WN India Kembali Mendarat di Bandara Soetta saat Tsunami Covid-19, RI Langsung Bertindak Tegas

"Semoga ini bisa menjadi motivasi kita bersama untuk menurunkan angka kematian di Indonesia," sambungnya.
Prof Wiku mengaku pihaknya mengalami kesulitan untuk menurunkan kasus kematian di Indonesia.
Hal ini dikarenakan penurunan angka kematian hanya terjadi bila setiap kasus positif baru bisa disembuhkan semua.
"Ini menjadi kesulitan kami. Jika ingin menurunkan kasus kematian, maka kasus positif Covid-19 harus bisa sembuh semua," ungkapnya dalam konferensi pers tersebut.
Prof Wiku juga menginformasikan lima provinsi di Indonesia yang menyumbangkan angka kematian tertinggi dalam satu pekan terakhir.
Kelima provinsi itu antara lain Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Selatan.
"Kami akan menginformasikan 5 provinsi yang menduduki peringkat teratas angka kematian, yakni Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Selatan," ungkap Prof Wiku.
Baca juga: Trik Tukang Ojek Pangkalan Terminal Induk Mamboro Dapatkan Penumpang di Masa Pandemi Covid-19
Baca juga: Pemerintah Puji Gelaran Piala Menpora 2021 yang Berlangsung Tanpa Masalah Prokes Covid-19
Sementara itu untuk minggu lalu, angka kematian tertinggi pada pekan sebelumnya diduduki oleh DKI Jakarta, Riau, Kalimantan Tengah, Banten dan Yogyakarta.
Kemudian untuk angka kesembuhan tertinggi diraih oleh Jawa Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Riau, Kepulauan Riau dan Kalimantan Utara.
Namun dengan angka kesembuhan yang membaik, justru terdapat 5 provinsi yang mengalami kenaikan angka kematian.
Kelima provinsi itu antara lain Jawa Tengah, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam.
"5 provinsi yang emngalami peningkatan kesembuhan mingguan seperti Jawa Barat, Kepulauan Bangka Belitung, Riau, kepulauan Riau dan Kalimantan Utara.
Tetapi ada 5 provinsi yang juga mengalami peningkatan angka kematian.
Seperti Jawa Tengah, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Nanggroe Aceh Darussalam," ujarnya.
Prof Wiku mengimbau kepada provinsi-provinsi yang mengalami peningkatan kasus kematian untuk memperketat kembali pengawasan terhadap mobilitas masyarakat.
Ia berharap, masyarakat tetap bisa waspada terhadap penyebaran Covid-19 selama bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriyah.
(TribunPlau.com/Hakim)