Ada 5,6 Juta Vaksin AstraZeneca, Menkes Minta Masyarakat Segera Ikuti Program Vaksinasi

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan hingga saat ini sudah ada 5,6 juta vaksin AstraZeneca yang dimiliki Indonesia.

shutterstock
FOTO ILUSTRASI: Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan hingga saat ini sudah ada 5,6 juta vaksin AstraZeneca yang dimiliki Indonesia. 

TRIBUNPALU.COM - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan hingga saat ini sudah ada 5,6 juta vaksin AstraZeneca yang dimiliki Indonesia.

Sebanyak 3,8 juta vaksin AstraZeneca didapatkan dari Gavi, dan terdapat 1,8 akan diterima pemerintah juga dari AstraZeneca.

Sehingga bulan ini akan ada 5,6 juta vaksin dari AstraZeneca.

Hal itu diungkapkannya saat konferensi pers yang ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Senin (3/5/2021).

"Bulan ini ada 3,8 AstraZeneca dari program Gavi dan akan kami terima lagi 1,8 juta vaksin AstraZeneca. Sehingga totalnya ada 5,6 juta vaksin AstraZeneca," ungkapnya.

Baca juga: Dokter yang Tolak Vaksin Covid-19 Meninggal Dunia karena Terinfeksi Virus Corona

Baca juga: Fakta-fakta Guru Lumpuh Usai Disuntik Vaksin Covid-19 Kedua, Kronologi hingga Penjelasan Puskemas

Tak hanya itu, pada bulan Mei, PT Biofarma juga akan memproduksi vaksin Sinovac sebanyak 18 juta vaksin.

"Biofarma akan produksi 18 juta Sinovac untuk bulan ini," sambung Menkes Budi.

Menkes Budi juga mengatakan per akhir bulan April, pemerintah telah menyuntikkan 20 juta vaksin di seluruh Indonesia.

"Jumat akhir bulan kemarin, kami sudah menyuntikkan 20 juta vaksin untuk masyarakat Indonesia," kata Menkes Budi.

Lebih lanjut ia membeberkan, penyuntikan bulan lalu mengalami peningkatan dibandingkan dengan vaksinasi di awal tahun lalu.

"Januari hanya 10 juta suntikan yang membutuhkan waktu dua bulan. Namun sebluan terakhir meningkat menjadi 20 juta.

Artinya kita satu bulan bisa menyuntikkan 10 juta vaksin," beber Menkes Budi.

Pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk segera mengikuti program vaksinasi Covid-19.

Baca juga: 3,8 Juta Vaksin AstraZeneca Tiba di Indonesia Nanti Malam, Menkes: Semoga Jadi Kado HUT RI ke-76

Baca juga: Meski Sudah Vaksin, Pelaku Perjalanan Wajib Rapid Antigen

Ia menuturkan proses vaksinasi saat ini sudah dibuat menjadi dua meja, dari yang awalnya empat meja.

Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga protokol kesehatan yang ada.

Kemudian waktu tunggu vaksinasi juga lebih singkat sekitar 15 menit saja.

"Kami mengimbau bapak ibu untuk segera mengikuti program vaksinasi.

Sekarang kami sudah sudah mengurangi meja proses vaksinasi menjadi 2 meja yang awalnya 4 meja.

Waktu tunggunya juga semakin cepat, sekitar 15 menit saja," pungkasnya.

Varian Baru Covid-19 dari Inggris, India dan Afrika Selatan Sudah Masuk ke Indonesia

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sudah ada varian baru Covid-19 di Indonesia.

Hingga saat ini terdapat 13 kasus Covid-19 hasil mutasi dari Inggris, 2 dari India dan 1 dari Afrika Selatan.

Menurut Menkes Budi, penyebaran mutasi baru ini lebih cepat, sehingga diperlukan kewaspadaan lebih dalam menanggulanginya.

Baca juga: Sebut Tak Ada Sejarahnya Vaksin Hentikan Pandemi, Siti Fadilah: Seharusnya Obat yang Dikejar

Baca juga: 6 Juta Bulk Vaksin dari Sinovac China Kembali Tiba di Indonesia, Pemerintah Target 140 Juta Bulk

"Selain dari Inggris ada 13 kasus mutasi baru, sampai saat ini ada 2 mutasi dari India dan 1 dari Afrika Selatan.

Untuk mutasi dari India, dua duanya berada di Jakarta dan mutasi Afrika Selatan ada di Bali.

Maka kita harus mewaspadai hal itu, agar tetap terhindar karena penyebaran mutasi baru lebih cepat," uangkap Menkes Budi dalam konferensi pers yang ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Ketiga mutasi tersebut merupakan mutasi Covid-19 yang saat ini juga menjadi perhatian World Health Organization (WHO).

Menkes Budi mengajak masyarakat untuk melakukan isolasi mandiri dan disiplin dalam menjalankan testing and tracing usai melakukan perjalanna jarak jauh.

"Ini ketiganya merupakan varian baru yang jadi pusat perhatian WHO. Kita harus disiplin isolasi, testing dan tracing," sambungnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menkes Budi menginformasikan perkembangan penanggulangan Covid-19 di Indonesia mulai membaik.

Ia mengatakan telah terjadi kenaikan kasus positif Covid-19 usai libur panjang paskah.

Namun kenaikan itu tak sebanding dengan kenaikan-kenaikan libur panjang sebelumnya.

Baca juga: BPOM Sebut Sebagian Besar Relawan Uji Klinik Vaksin Nusantara Alami Kejadian Tak Diinginkan

Baca juga: ASN Pelayanan Publik di Totikum Divaksinasi Covid-19, Kepala Puskesmas: Vaksin Aman dan Halal

Saat pasca paskah, kenaikan kasus positif Covid-19 di Indonesia hanya sedikit.

"Pasca Paskah ada kenaikan tetapi sedikit. Ini diluar dugaan kami yang memprediksi terjadi lonjakan usai Paskah," ungkapnya.

Ia mengajak masyarakat untuk tidak lengah dalam menjalankan protokol kesehatan.

Bagi Menkes Budi dan beberapa pihak terkait yang menangani lonjakan kasus Covid-19, apabila sudah mengalami kenaikan maka akan sulit untuk mengontrolnya.

Sehingga pihaknya mengajak untuk menanggulangi hal tersebut dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dan tidak mudik lebaran tahun ini.

"Kenaikan terjadi sedikit saat paskah. Kami mengingatkan untuk selalu waspada, jangan terburu-buru dalam mengendorkan protokol kesehatan," pungkasnya.

Jelang Lebaran, Mobilitas Masyarakat Mneingkat di Pusat Perbelanjaan

Ketua Bidang Data dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19 Dewi Nur Aisyah menyebut mobilitas masyarakat terpantau mengalami kenaikan di pusat perbelanjaan.

"Yang harus menjadi alert kita semua adalah 29 dari 34 provinsi mengalami kenaikan mobilitas ke pusat perbelanjaan dalam tujuh hari terakhir," ujar Dewi dalam rapat koordinasi penanganan Covid-19 secara nasional yang ditayangkan YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/5/2021).

Kenaikan itu terjadi di 29 provinsi yang dipantau sejak 20 hingga 27 April 2021.

Dengan adanya data tersebut, maka menuntjukkan lebih dari 80 persen provinsi di Indonesia mengalami lonjakan mobilitas massa.

Sedang jumlah masyarakat yang pergi ke pusat perbelanjakan naik 14,82 persen.

"Jadi dalam rentang waktu 20 hingga 27 April semua orang sudah ke luar rumah dan banyak yang ke pusat perbelanjaan.

Dengan rentang kenaikan paling kecil adalah 2 persen, tetapi ada pula kenaikan paling tinggi 50,57 persen," ucap Dewi.

Lebih lanjut Dewi menjelaskan berdasarkan hasil monitoring lapangan memang pusat perbelanjaan beroperasi, namun tetap harus mematuhi protokol kesehatan.

"Kalau kita lihat dari hasil monitoring di lapangan ketika pasar memang beroperasi, tetapi kepatuhan 3M, terutama memakai masker harus ditingkatkan kembali," pungkasnya.

(TribunPalu.com/Hakim)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved