Dampak Psikologis Pertanyaan 'Kapan Nikah' Menurut Ustaz dan Psikolog

Pertanyaan 'kapan nikah' biasanya ditujukan kepada anak muda yang usianya sudah cukup matang untuk menikah, namun tak kunjung bertemu jodohnya.

PEXELS.COM/Snapwire
FOTO ILUSTRASI: Berikut adalah pendapat Ustaz Abdul Somad dan Psikolog Universitas Negerei Sebelas Maret Solo terkait pertanyaan 'kapan nikah?' 

TRIBUNPALU.COM - Pertanyaan 'kapan nikah' biasanya ditujukan kepada anak muda yang usianya sudah cukup matang untuk menikah, namun tak kunjung bertemu dengan tambatan hatinya.

Terlebih pertanyaan itu kerap dijumpai saat berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara sata momentum Hari Raya Idul Fitri.

Respon seseorang dalam menanggapi pertanyaan tersebut juga cukup beragam.

Beberapa orang justru hanya menganggapnya suara semata saja, namun juga ada orang yang memikirkan hal itu terlalu dalam.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini TribunPalu informasikan beberapa pendapat terkait pertanyaan 'kapan nikah' dari ustaz dan psikolog.

Baca juga: Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah Saling Bongkar Kebiasaan Unik setelah Nikah: Khawatir Berantem

Baca juga: Sosok Serda Pandu Kru KRI Nanggala, Belum Sempat Pakai Hadiah Sepatu PDL Ayah, Baru Nikah 2 Bulan

Pendapat Ustaz Abdul Somad

Menanggapi pertanyaan jemaah yang menyinggung tentang 'kapan nikah', Ustaz Abdul Somad (UAS) menjelaskan hal tersebut.

Menurutnya, pertanyaan 'kapan nikah' bisa menyakiti hati seseorang.

Tak hanya pertanyaan itu, hati seseorang yang ditanya 'kapan punya anak' juga akan merasakan hal yang sama.

Ia mengaku tak pernah bertanya kepada seseorang terkait pertanyaan 'kapan nikah' dan 'kapan punya anak'.

"Saya belum pernah nanya kapan nikah, kapan punya anak. Karena itu bisa menyakiti hati orang lain," ujarnya saat menjawab pertanyaan jemaah yang ditayangkan di YouTube Ustadz Kita Semua.

Jika ada teman atau sanak saudara yang belum menikah namun teman seusianya sudah menikah lebih dahulu, maka dukungan harus diberikan kepadanya.

Pendakwah kelahiran tanah Sumatera Utara ini mengimbau untuk membantu teman-teman yang belum juga menikah.

Baca juga: Peringatan Hari Kartini 2021: DP3A Sulteng Gelar Lomba TikTok Bertema Cegah Nikah Dini

"Kalau ada teman yang belum menikah, tolong dia sampai menikah. Jangan ditanya 'kapan nikah' terus," ungkapnya dalam ceramah tersebut.

Ia juga mengatakan, bagi seseorang yang bertanya 'kapan nikah' dan 'kapan punya anak' sama saja bertanya 'kapan mau mati'.

Hal ini, jelasnya, dikarenakan jodoh, rezeki dan pertemuan maut adalah ketentuan Allah SWT.

"Orang yang bertanya 'kapan nikah dan 'kapan punya anak', sama saja bertanya 'kapan mau mati', adalah urusan Allah SWT," sambungnya.

UAS mengimbau untuk tidak bertanya hal tersebut, justru harus membantu seorang teman yang belum menemukan jodohnya.

"Kalau ada teman yang belum menikah, kita tolong dia sampai menikah. Jangan ditanya terus 'kapan nikah'," pungkas UAS.

Baca juga: Kondisi Psikologis Seseorang saat Ditanya Kapan Nikah? Psikolog: Bisa Menimbulkan Stress

Pendapat Psikolog UNS Solo Laelatus Syifa

Psikolog Unit Layanan Psikologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Laelatus Syifa, M.Pi mengatakan pertanyaan itu bisa jadi hanya basa-basi.

"Bisa jadi itu hanya pertanyaan basa-basi," dikutip Tribun Palu dari laman Kompas.com.

Meski begitu, ia membenarkan jika pertanyaan 'kapan nikah' bisa menimbulkan berbagai macam efek untuk perkembangan mental seseorang.

"Cenderung tidak terlalu serius, cuma ternyata menimbulkan efek. Efeknya ini berbeda-beda untuk setiap orang," sambungnya.

Efek yang ditimbulkan dari pertanyaan tersebut bisa bermakna positif dan negatif.

Laela menjelaskan efek positif yang timbul adalah ketenangan saat menghadapi pertanyaan tersebut.

"Misalnya nanggapi tetap cuek tapi tenang," ujar Laela.

Baca juga: Satgas Covid-19 Palu: Kasus Kematian Corona pada Laki-laki Lebih Tinggi dari Perempuan

Kemudian ada beberapa orang yang justru mendapatkan jodoh setelah ditanya 'kapan nikah?.

"Misal ditawarin, kamu mau saya carikan jodoh?" sambungnya saat memberikan contoh.

Dari pertanyaan tersebut, Laela menyebut justru bisa jadi membukakan jodoh bagi seseorang.

Selain efek positif, pertanyaan 'kapan nikah' juga bisa menimbulkan efek negatif.

Menurut Laela, pertanyaan itu bisa menimbulkan stres, frustasi bahkan seseorang bisa menghindar dari kelompok sosial tertentu.

"Bisa stres, frustasi atau menghindar secara sosial," ujarnya.

Baca juga: Ini Sosok Perempuan yang Diduga Kirim Sate Beracun yang Tewaskan Anak Pengemudi Ojol di Yogyakarta

Efek positif dan negatif itu bisa muncul dikarenakan dua faktor.

Pertama, faktor internal yang berasal dari dalam diri sendiri.

Apakah terdapat sebuah trauma terkait hubungan percintaan, kepercayaan diri dan cara memandang sesuatu.
"Pertama karena ada trauma percintaan di masa lalu," beber Laela.

Jika seseorang merasa tertekan atas pertanyaan 'kapan nikah', maka hal tersebut akan menimbulkan efek negatif.

Dalam kasus ini, kepercayaan diri merupakan suatu hal yang sangat inti.

"Jika seseorang percaya diri, pertanyaan tersebut tidak akan ngaruh sebenarnya," lanjut Laela.

Kedua, faktor eksternal yang berasal dari kontrol diri sendiri.

Baca juga: Akademisi Untad: Perempuan Masih Tertinggal dalam Pendidikan

Baca juga: Fashion Designer Palu: Perempuan Masa Kini Harus Bisa Segala Hal

Laela menyebut faktor eksternal bisa berasal dari lingkungan sosial atau tekanan pihak keluarga.

Menurutnya, besaran efek dari pertanyaan tersebut tergantung dengan besarnya harapan dan kenyataan yang akan didapat.

"Misal, kalau anak kuliah ditanya soal beginian akan merasa biasa saja," ujar Laela.

Tidak ada harapan besar jika pertanyaan 'kapan nikah' dilontarkan pada mahasiswa.

Akan berbeda jika hal itu diberikan kepada mereka yang sudah memiliki harapan besar segera menikah.

"Maka akan menjadi pertanyaan sensitif bagi mereka," pungkasnya.

(TribunPalu.com/Hakim)

Sumber: Tribun Palu
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved