Kirim Peringatan Keras ke Hamas dalam Pidato Pertama, PM Israel: Kami Tak akan Mentolerir Kekerasan
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengirim peringatan keras untuk Hamas dalam pidato pertamanya di hadapan publik, Minggu (20/6/2012).
TRIBUNPALU.COM - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengirim peringatan keras untuk Hamas dalam pidato pertamanya di hadapan publik, Minggu (20/6/2012).
Naftali Bennett baru saja resmi menjabat PM Israel menggantikan Benjamin Netanyahu.
Dalam isi pidato pertamnya, Bennett memperingati Hamas terkait kekerasan dan tembakan roket ke wilayah Israel.
Bannett menyebut pihaknya sudah habis kesabaran dengan serangan-serangan yang dilakukan kelompok penguasa Jalur Gaza itu.
Pidato tersebut disampaikan di sebuah acara untuk memperingati mereka yang tewas dalam perang 2014 di Jalur Gaza.
Dilansir dari Tribunnews.com, Bennett berjanji bahwa pemerintahnya akan mengambil pendekatan yang lebih agresif, yaitu seranga terhadap Palestina.
Baca juga: Jadwal Euro 2020 Malam Ini, Ini Siaran Langsung Euro 21-22 Juni 2021 Laga Penentuan Nasib Euro 2020
Baca juga: Download Logo HUT ke-76 Kemerdekaan RI 17 Agustus 2021, Resmi dari Sekretariat Negara
Baca juga: Pelaku Pembacokan Anak di Bawah Umur Dibekuk di Indekos Jl Bayam Palu
Beberapa hari terakhir, Israel telah mengerahkan bom di Gaza sebagai tanggapan atas balon pembakar yang dikirim ke perbatasan dua kali dalam seminggu sejak pemerintahan baru diberlakukan.
“Musuh kami akan mengetahui aturannya: Kami tidak akan mentolerir kekerasan dan tembakan roket,” kata Bennett. "Kesabaran kita sudah habis,” katanya.
Dia juga mengatakan bahwa Palestina harus beradaptasi dengan persepsi baru tentang "inisiatif, agresivitas dan inovasi" dari Israel.
"Tidak ada niat untuk menyakiti mereka yang tidak bangkit untuk membunuh kami, dan kami tidak membenci mereka yang disandera oleh organisasi teroris yang kejam," kata Bennett.
Peringatan itu datang sebulan setelah Israel, di bawah pemerintahan mantan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menyetujui gencatan senjata dengan Hamas, setelah 11 hari kekerasan yang menewaskan lebih dari 240 warga Palestina, termasuk 63 anak-anak, dan 12 warga Israel tewas.
Pekan lalu Israel mengatakan menyerang kompleks militer di Gaza pada Selasa dan Kamis sebagai tanggapan atas balon pembakar yang katanya diluncurkan dari Palestina.
Bennett juga mengkritik pemerintah Netanyahu ketika dia berjanji untuk "melakukan segala yang kami bisa" untuk mengembalikan tawanan Israel dan sisa-sisa tentara dari perang 2014.
"Saya tahu Anda telah mendengar banyak janji dan kekecewaan selama bertahun-tahun," katanya. "Tapi sekarang ini pengawasan kami dan kami akan bertindak dengan tegas."
Netanyahu, yang sebelumnya berjanji untuk terus mengejar oposisi terhadap pemerintah Bennett, pada hari Sabtu setuju untuk meninggalkan kediaman perdana menteri di Yerusalem pada 10 Juli.
Netanyahu juga setuju untuk tidak mengadakan pertemuan resmi di kediaman itu setelah menjamu mantan Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, dan Pendeta John Hagee, pemimpin Kristen Bersatu untuk Israel, sehari setelah Bennett dilantik.
Sama Buruknya dengan Netanhayu
Bagi pihak Palestina, pemerintahan Naftali Bennett akan sama buruknya seperti di era PM Israel terdahulu, Benjamin Netanyahu.
Baca juga: Menjelang Idul Adha 2021, Berikut Daftar Harga Qurban Berdasarkan Bobot: Sapi, Kambing dan Domba
Baca juga: Tips Jualan Online: 4 Cara Menentukan Konten Terbaik untuk Berjualan di Instagram
Baca juga: Pemkot Palu Gelontorkan Dana Rp 4 Miliar untuk Berantas Peredaran Narkoba
Hal tersebut disampaikan Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh.
Dilansir The Guardian dan CNA, sebelumnya PM Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan bahwa penggulingan Benjamin Netanyahu menutup salah satu "periode terburuk" konflik Israel-Palestina.
"Kepergian perdana menteri Israel setelah 12 tahun berkuasa menandai berakhirnya salah satu periode terburuk dalam sejarah konflik Israel-Palestina," kata Shtayyeh menjelang pertemuan kabinet mingguan Otoritas Palestina pada Senin (14/6/2021).
Namun, kata dia, Perdana Menteri Israel sekarang, Naftali Bennett sama buruknya dengan yang sebelumnya.
"Kami tidak melihat pemerintahan baru ini lebih baik dari yang sebelumnya, dan kami mengutuk pengumuman perdana menteri baru Naftali Bennett untuk mendukung permukiman Israel," kata Mohammad Shtayyeh.
Dia merujuk pada gerakan ratusan pemukim Yahudi yang menginvasi lahan di Tepi Barat Palestina.
"Pemerintah baru tidak memiliki masa depan jika tidak mempertimbangkan masa depan rakyat Palestina dan hak-hak mereka yang sah," tambah Shtayyeh.(*)