Parimo Hari Ini

10 Peserta Paralayang di Parimo Sulteng Dibekali Materi Pengenalan Awal

Sebanyak 10 peserta paralayang di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dibekali materi pengenalan awal.

Handover
Sebanyak 10 peserta paralayang di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dibekali materi pengenalan awal. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha

TRIBUNPALU.COM,PALU - Sebanyak 10 peserta paralayang di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dibekali materi pengenalan awal.

"10 orang terlebih dahulu dibekali materi berupa pengenalan paralayang pada kemarin tanggal 24," kata Pelatih Nasional Gendon Subandono, Minggu (25/7/2021)

Pada pengenalan materi itu, Gendon Subandono berikan materi paralayang dengan bahasa bijak serta mudah dicerna oleh peserta.

Kata Gendon kepada peserta bahwa paralayang mempunyai filosofi yaitu terbang tinggi, terbang jauh dan terbang lama.

Baca juga: Peserta Latihan Paralayang di Parimo Dibekali Cara Gunakan Parasut di Hari Kedua

Baca juga: Pelatihan Paralayang Resmi Dimulai, Parimo Siap Mencetak Atlet Profesional

Gedon menyampaikan untuk rekor dunia terbang paralayang mencapai 600 kilo dan terbang bisa lebih dari 11 jam.

"Paralayang hanya mengandalkan angin dan menaikan termal hingga bisa terbang ratusan kilo," jelas Gendon.

"Misalnya kita ingin terbang di ketinggian 500 meter dari permukaan laut, naikan termal yang Bagus, angin berhembus bagus maka kita sudah bisa terbang diketinggian 500 meter," tambah dia.

Pada materi itu Gendon menjelaskan paralayang adalah pesawat parasut udara dan sangat ringan, simpel dan bisa dipikul atau dibawah berjalan kaki usai digunakan terbang.

"Untuk itu manfaat paralayang pertama bisa dipakai sebagai olahraga, kedua bisa menjadi seorang atlit dan berprestasi di paralayang dan ketiga bisa menjadi seorang pemandu pariwisata," ujarnya.

Baca juga: UIN Datokarama akan Buka Dua Fakultas Baru

Pelatih Asian Games tim Paralayang Indonesia itu juga menyebutkan, orang bisa terbang karena dibantu alat.

Maka dari itu kata dia, terjun payung dan paralayang berbeda.

Manurutnya, filosofi terjun payung adalah free flight.

"Kalau terjun payung parasutnya hanya di pakai untuk menyelamatkan penerjunnya sehingga mendarat di tanah dengan aman,
jika tidak digunakan parasutnya pasti terjun bebas," ungkapnya

"Ketika Parasutnya mengembang ia terbang dengan kecepatan bisa mencapai 150 kilo per jam diketinggian 4 ribu sampai 5 ribu meter hanya dalam hitungan detik payung harus terbuka, jika tidak akan melayang layang diudara seperti kapas ditiup angin," tutup Gedong (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved