Universitas Tadulako

Akademisi Untad Bentuk Kelompok Peduli Kampus dan Sorot Penggunaan Dana, Ada Apa?

Ribut-ribut internal Untad tak hanya menggaung di dalam kampus tapi sudah pernah masuk sidang DPRD Sulteng.

Editor: mahyuddin
tribunpalu.com/undink
Inisiator Kelompok Peduli Kampus (KPK) Ngopi bareng di Warkop Jl Masjid Raya, Palu Selatan, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (9/8/2021). Mereka adalah mantan Prof Dr Djayani Nurdin, Sekretaris Associate Professor Dr Mukhtar Luthfi, Dosen Pertanian Untad yang juga Presidium IKA Untad Dr Muh Nur Sangaji serta Drs DjamaluddinMariajang yang juga Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Untad. 

Prof Dr Djayani Nurdin menyebutkan, KPK yang di dalamnya adalah civitas Untad menginginkan perbaikan demi kemajuan kampus ke depan.

“Kritikan kami untuk perbaikan dan kami juga memberikan solusi untuk temuan-temua yang ada,” tutur jebolan Doktor Manajemen Universitas Airlangga Surabaya tersebut.

Djayani memastikan gerakannya itu murni keinginan citivitas kampus yang menginginkan perubahan.

“Kami berharap dari kementerian  melihat kondisi ini sehingga kekacauan ini tidak berkepanjangan,” ucap Djayani.

Senat: Terus Beregenerasi

Ketua Senat Untad Prof Dr Ir H Muhammad Basir Cyio SE MS menilai kehadiran faksi di kampus biru adalah hal yang lumrah dan telah ada dari zaman almarhum Prof Dr H Mattulada menjabat rektor, periode 1981-1990.

“Yang saya lihat waktu itu suka tunjuk-tunjuk rektor, termasuk saat Pak Rasyid jadi rektor tetap ada yang begitu. Cuma dosen yang saya lihat di zaman Prof Mattulada, Prof Musyi dan Pak Rasyid, semua sudah meninggal dunia, dan yang begitu-begitu juga tetap ada,” kata Basir Cyio.

Rektor Untad periode 2011- 2019 itu menambahkan, peristiwa seperti itu juga pernah terjadi di zaman Rektor Drs H Sahabuddin Mustapa.

“Sampai pasang baliho di atap gedung. Tapi kelompok itu juga sudah banyak yang meninggal,” ucap Basir Cyio.

Di era Basir Cyio hingga Rektor Untad saat ini, Prof Dr Ir Mahfudz MP, faksi serupa juga namun orang yang berbeda.

Dia menilai, kelompok-kelompok serupa peduli kampus akan tetap ada di zaman rektor berikutnya dan terus beregenerasi.

“Nanti 20 tahun mendatang, rektor ke 3 setelah Pak Mahfudz, yang suka demo dan menyerang sekarang mungkin meninggal lagi tapi akan ada lagi penerusnya. Jadi dosen yang baik itu akan selalu ada generasinya dan demikian pula dosen lain yang suka menyerang,” jelas Basir.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved