Virus Corona

China Sudah Borong Duluan Alat Tes PCR Sebelum Ditemukan Pasien 01 Covid-19 di Wuhan, Kok Bisa?

Laboratorium Wuhan di China membeli sejumlah besar peralatan pengujian virus corona (PCR), beberapa bulan sebelum kasus Covid-19 pertama dilaporkan

KOMPAS/RADITYA HELABUMI
Petugas Dinas Kesehatan DKI Jakarta usai memeriksa kesehatan karyawan Restoran Amigos di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Selasa (3/3/2020). Restoran Amigos disebut sebagai salah satu tempat yang pernah dikunjungi warga Jepang dan warga Indonesia yang positif Covid-19 pada 14 Februari 2020. Pemilik restoran menghentikan sementara operasional restoran untuk melakukan pembersihkan lokasi dan memeriksa kesehatan para karyawan untuk memastikan tidak ada penularan virus korona baru. 

TRIBUNPALU.COM - Laboratorium Wuhan di China membeli sejumlah besar peralatan pengujian virus corona (PCR), beberapa bulan sebelum kasus Covid-19 pertama dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Desember 2019, menurut sebuah laporan baru.

Data baru diperoleh oleh Australia-AS perusahaan keamanan siber dalam laporan "Internet 2.0", menemukan ada pembelian peralatan pengujian reaksi berantai polimerase (PCR) hampir 50 persen sepanjang 2019.

Tes PCR banyak digunakan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi Covid-19, karena memungkinkan para ilmuwan untuk memperkuat sampel DNA, dan memeriksa penyakit atau materi genetik lainnya.

Baca juga: Buat Sendiri Telur Gulung Mi Sosis untuk Camilan si Kecil, Ini Resep Lengkapnya untuk Anda

Baca juga: Aneka Resep Membuat Sarapan dari Kentang yang Mudah Dibuat dan Mengenyangkan

FOLLOW:

Menurut temuan baru, pada 2019, ada 135 kontrak berisi peralatan PCR yang dikeluarkan oleh laboratorium Wuhan, naik dari 89 pada 2018 dan 72 pada 2017.

Selanjutnya, investasi keuangan pada peralatan PCR meningkat hampir 600 persen dari 2015 hingga 2019 di Wuhan, melansir Newsweek pada Senin (5/10/2021).

Baca juga: Cara Bijak Mengonsumsi Paracetamol Secara Benar Agar Terhindar dari Efek Samping Berbahaya

Peningkatan pembelian PCR dimulai pada Mei 2019. Tetapi menjadi paling signifikan pada Juli, lima bulan sebelum negara tersebut mengidentifikasi kasus Covid-19 pertama kepada WHO.

Para ahli mengatakan data tersebut mungkin menunjukkan bahwa pihak berwenang China mengetahui wabah virus corona lebih awal dari Desember, atau bahwa ada peningkatan fokus pada penelitian virologi dan pandemi di laboratorium Wuhan.

"Anda dapat melihat tren bahwa, mulai Mei dan hingga Desember, ada peningkatan besar-besaran dalam data pengadaan PCR," menurut analis Cybersecurity Robert Potter, yang memulihkan data kepada The Australian.

Baca juga: Ramalan Zodiak Kamis 7 Oktober 2021: Gemini Keluarga adalah yang Utama Bagimu, Aries Murah Hati

Baca juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, Rabu 6 Oktober 2021: Virgo Buat Keputusan Tepat, Aquarius Jalankan Rencana

Lebih lanjut kata dia, beberapa pembelian mungkin tak terlihat signifikansinya. Tetapi jika digabungkan, akan terlihat tren yang secara komprehensif menantang narasi resmi, yakni bahwa pandemi dimulai pada Desember.

"Ini juga menunjukkan ada sejumlah besar pengadaan dari tingkat pemerintah, PLA dan Pusat Pengendalian Penyakit, serta laboratorium sensitif yang ada di provinsi Hubei."

Baca juga: Nikita Mirzani Kini Terancam Pidana Usai Hancurkan Mental Lesti Saat Hamil, dr Lita: Tak Sepele

Baca juga: Marshanda Jalani Terapi tak Biasa Saat Berobat ke Amerika Serikat: Dianggap Ilegal di Indonesia

Mantan direktur Intelijen Nasional AS John Ratcliffe juga mengatakan peningkatan pembelian peralatan PCR di Wuhan pada 2019 adalah signifikan.

"Saya pikir ada lebih dari sekedar ‘asap’ di sini, saya pikir ada ‘api’ dari sejumlah sumber yang berbeda," katanya. "Saya pikir itu akan menjadi bukti lain yang menarik, jika Anda membutuhkan lebih banyak. Saya tidak membutuhkan lebih banyak (bukti)."

Tetapi yang lain percaya bahwa laporan “Internet 2.0” tidak cukup untuk menarik kesimpulan seperti itu. Pasalnya pengujian PCR juga dapat digunakan untuk memeriksa patogen lain yang ditemukan pada manusia dan hewan, menurut Bloomberg.

Kementerian Luar Negeri China pada Senin (4/10/2021) juga membantah temuan itu. Kepada Bloomberg, pemerintah Beijing mengeklaim pengadaan itu termasuk dalam kategori yang sama dengan klaim palsu lainnya tentang asal-usul Covid-19.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved