UIN Datokarama Palu

Cerita Mahasiswa UIN Datokarama saat Kunjungi Suku Pendau di Pedalaman Donggala

Eksplorasi kebudayaan ini pertama kali digelar sejak Trisda didirikan 12 Oktober 1997.

Editor: mahyuddin
handover
Mahasiswa UIN Datokarama saat melakukan eksplorasi kebudayaan di Desa Malino, Kecamatan Balaesang, Kabupaten Donggala, beberapa waktu lalu 

"Perawakan dan pakaian mereka sama seperti masyarakat umumnya. Cuma di sana tidak terlihat adanya kendaraan motor ataupun sepeda," ujar Amat. 

Kedatangan mereka disambut langsung tokoh adat Suku Pendau yang mendiami kawasan hutan tersebut. 

Amat kemudian mencoba berkomunikasi melalui perantara Tokoh Adat Kecamatan Balesang. 

Sebab baik warga Suku Pendau di pedalaman maupun tokoh adatnya tidak bisa berbahasa Indonesia. 

"Tokoh Adat Suku Pendau dan Balaesang berbicara menggunakan bahasa yang kami tidak mengerti. Karena bahasanya saja bukan termasuk bahasa Kaili," ungkapnya. 

Akan tetapi, di tengah-tengah obrolan itulah Amat bersama teman-temannya mengalami kejadian di luar nalar. 

Baca juga: Berani Bayar Rp 60 Juta Per Lembar, Uang Rp 2000 Kurang Nomor Ini Dicari Para Kolektor, Ini Cirinya

Setiap Ketua Adat Balaesang bertanya kepada Tokoh Adat Pendau tentang suku mereka, malah seorang temannya yang selalu menjawab. 

"Kami heran, semua pertanyaan tentang Suku Pendau malah teman kami yang jawab. Dia menjawab pakai bahasa Indonesia dan semua jawabannya dibenarkan tokoh adat. Padahal teman saya ini orang Morowali dan tidak tahu apa-apa tentang Suku Pendau" kata Amat. 

Amat mengaku awalnya mendapat sambutan baik dari masyarakat Suku Pendau ketika pertama kali tiba. 

Namun saat kunjungan berikutnya, para tetua Suku Pendau justru meminta mereka untuk segera balik. 

"Orang-orang tua Suku Pendau di wilayah pedalaman meminta kami pulang. Alasannya karena jika kami semakin banyak mengetahui tentang Suku Pendau, justru tidak akan bisa pulang," kata Amat. 

Dari hasil eksplorasi, mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Arab itu menyebut Suku Pendau mulai terekspos sejak lima tahun terakhir. 

Hal itu ia ketahui dari hasil komunikasinya dengan Ketua Adat dan Sekretaris Camat Balaesang. 

"Suku Pendau sebenarnya telah ada sejak masa penjajahan. Hanya saja baru dicantumkan dalam sejarah Sulawesi Tengah sekitar 2016," ucap Amat. (*) 

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved