Penghuni Kiev Mendadak Pede Hadapi Rusia, Sebut Tentara Putin Tak akan Bisa Tinggalkan Ibu Kota

Para penghuni Kota Kiev terus bersemangat melakukan perlawanan terhadap pasukan militer Rusia.

(dailymail.co.uk)
Pasukan Rusia yang terdampar dalam konvoi tank dan kendaraan lapis baja sepanjang 40 mil yang terhenti di pinggiran Kyiv (Kiev), 7 Maret 2022. Kondisi es diperkirakan akan mempersulit militer Rusia yang telah terjebak sekitar 20 mil dari Kyiv (Kiev) Ukraina selama berhari-hari. . Pasukan Rusia mulai menghadapi masalah mekanis, masalah pasokan bahan bakar, dan perlawanan Ukraina yang solid. 

TRIBUNPALU.COM - Para penghuni Kota Kiev terus bersemangat melakukan perlawanan terhadap pasukan militer Rusia.

Bahkan, mereka mendadak jadi semakin pede berkat adanya pasukan pertahanan khusus yang menjaga Kota Kiev.

Pasukan khusus itu telah mendapatkan pelatihan pada Rabu (9/3/2022).

Dalam pelatihan, pasukan khusus itu diajari teknik operasional persenjataan untuk merusak tank-tank Rusia.

Baca juga: Diam-diam Ahli Militer Taiwan Contek Taktik Ukraina Hadapi Rusia, Persiapan Perang Lawan China

Seorang instruktur pelatihan, yang hanya menyebut namanya sebagai Alex, mengatakan kepada Reuters bahwa orang-orang ini siap menyambut tentara Rusia ketika mencoba merebut kota itu.

"Orang Rusia bisa memasuki Kyiv tetapi mereka tidak akan meninggalkannya. Mereka semua akan dibakar di sini," kata Alex.

Banyak yang memperkirakan Kyiv akan segera jatuh pada hari-hari awal perang dimulai. Tetapi, lebih dari dua minggu setelah invasi Rusia - yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus" - kesalahan langkah militer Moskow dan perlawanan Ukraina yang gigih telah membuat ibu kota tidak berpindah tangan.

"Tentu saja, kami memahami dan melihat bahwa musuh ingin merebut Kyiv, kami sangat memahaminya," jelas Oleksiy Kuleba, gubernur wilayah Kyiv.

"Tentu saja, mereka tidak dapat merebut Kyiv segera; tujuan mereka adalah untuk melakukannya dalam dua atau tiga hari. Ini adalah fakta yang terkenal. Mereka gagal karena tindakan heroik angkatan bersenjata kita dan orang-orang biasa yang berdiri untuk mempertahankan kota kami, negara kami," tegas Kuleba.

Kuleba berbicara kepada Reuters tentang perjuangan ke depan masyarakat Ukraina.

Baca juga: Sempat Mati-matian Tolak Beri Bantuan, Negara Kuat Eropa Ini Kini Luluh, Janji Kirim Jet ke Ukraina

"Bagi kami, ini adalah Hari Kiamat. Ini adalah pertarungan antara yang baik dan yang jahat. Dan bagaimanapun juga, kami akan mati, tetapi kami tidak akan membiarkan mereka merebut kota kami," jelasnya.

Suara dan simbol tekad warga Ukraina bermunculan di sekitar kota.

Pada hari Rabu, musisi yang tersisa dari Kyiv-Classic Symphony Orchestra membawakan lagu kebangsaan Ukraina dan Uni Eropa. Acara ini disiarkan langsung di TV Ukraina.

Konduktor menyebut konser tersebut sebagai aksi untuk perdamaian. Pesannya adalah berdoa untuk perdamaian; mempersiapkan pertempuran.

Sedikitnya 1.200 orang warga sipil Ukraina tewas, Ukraina Minta Bantuan dari Israel

Hingga saat ini, pertempuran antara Rusia dengan Ukraina masih terus berlanjut, belum ada menunjukkan tanda-tanda penurunan itensitas (de-eskalasi). Kini, lagi-lagi Ukraina memohon kepada Israel agar bisa memberikan bantuan perang, demikian melansir Reuters.

Namun, retorika Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett tampaknya lebih berhati-hati. Berbeda dengan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid yang telah mengutuk invasi Rusia.

Duta Besar Ukraina untuk Israel Yevgen Korniychuk mengusulkan agar Israel menengahi pembicaraan damai.

Dia juga menyuarakan solidaritas dengan Ukraina dan mengirim bantuan kemanusiaan.

Di sisi lain, Yevgen Korniychuk juga mengatakan, bahwa Israel hingga saat ini belum memenuhi permintaan Ukraina atas senjata pertahanan udara.

"Kami ingin Israel mendukung kami dengan segala cara di hari-hari yang sulit ini," kata Yevgen Korniychuk.

"Atas nama kemanusiaan, pahamilah kebutuhan rakyat kami," lanjutnya.

Sebelumnya, Amerika Serikat sudah dua kali meminta izin pemakaian persenjataan pertahanan udara ke Israel, tapi tidak digubris Israel.

Diketahui, Israel sendiri sangat berhati-hati dan tidak ingin terlibat dalam konflik Rusia-Ukraina.

Hal itu lantaran karena Moskow memiliki hubungan baik selama ini dengan Israel. Selain itu juga, Rusia masih menempatkan pasukannya di Suriah seiring konflik yang terjadi antara Israel dan Suriah.

Sementara, Rusia memihak pada Suriah dan meminta Israel agar menghentikan serangan.

PM Bennett mengatakan "pendekatan terukur dan bertanggung jawab" Israel terhadap krisis "memungkinkan kita tidak hanya untuk menjaga kepentingan kita, tetapi juga berguna -- untuk menjadi pemain yang kredibel."

"Kami dapat berkomunikasi langsung dengan kedua pihak, dan membantu sebagaimana diperlukan".

"Dan kami memang membantu -- diam-diam," katanya dalam pidato di markas intelijen Mossad, menurut kantornya yang dikutip dari Intisari.

Israel mengatakan pihaknya fokus pada 40.000 orang Yahudi Ukraina dan 180.000 orang Ukraina dengan ikatan keluarga Yahudi yang mungkin ingin berimigrasi.

Tahun lalu, ketika ketegangan antara Ukraina dan Rusia mulai meningkat pada bulan November, beberapa pejabat Israel mengatakan mereka sedang mempersiapkan gelombang imigrasi massal dari Ukraina.

Rencananya 200.000 orang Yahudi yang memenuhi syarat dapat berimigrasi ke Israel di bawah Hukum Pengembalian.

Sejauh ini, gelombang tersebut belum terwujud dalam skala seperti yang direncanakan tersebut.

Namun kedutaan Israel bersama dengan kedutaan asing lainnya, dari Kyiv ke Lviv, bulan ini telah mendaftarkan permohonan dari sekitar 3.000 warga Ukraina yang belum menjadi warga negara Israel untuk berimigrasi ke sana.

Sudah temui Presiden Putin di Rusia

Pekan lalu, Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, telah menemui Presiden Vladimir Putin di Rusia.

Bennett terbang ke Moskow pada hari Sabtu (5/3/2022) waktu setempat, dan bertemu langsung dengan Vladimir Putin selama tiga jam, demikain dilaporkan AP News.

Setelah pertemuannya dengan Vladimir Putin, Bennett kemudian berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Setelah itu, Bennett kemudian terbang ke Jerman untuk menemui Kanselir Olaf Scholz.

Bennett mendarat di Israel pada Minggu (6/3/2022) pagi dan diperkirakan akan mengadakan rapat kabinetnya untuk pertemuan mingguan di kemudian hari.

Perjalanan Bennett adalah upaya diplomasi terbaru dalam krisis Rusia-Ukraina.

Israel adalah salah satu dari sedikit negara yang memiliki hubungan kerja yang baik dengan Rusia dan Ukraina.

Israel telah mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Ukraina, tetapi juga mempertahankan hubungan dengan Moskow untuk memastikan pesawat tempur Israel dan Rusia tidak terlibat konflik di negara tetangga Suriah.

Lebih lanjut, Ukraina masih tetap berupaya mempertahankan kota Meriupol dan Chernihiv.

"Operasi pertahanan sedang berlangsung di wilayah Donetsk timur Ukraina," kata staf umum angkatan bersenjata negara itu Minggu dalam pembaruan operasional terbarunya.

"Upaya utama difokuskan pada mempertahankan kota Mariupol dan menimbulkan kerusakan akibat tembakan pada kekuatan musuh yang luar biasa," kata militer Ukraina.

Angkatan Bersenjata Ukraina juga menghentikan pergeakan musuh yang mencoba maju menuju wilayah Dnipropetrovsk dari Balakliya.

"Sementara, sebuah operasi untuk mempertahankan kota utara Chernihiv sedang berlangsung di wilayah Siverskyi," kata militer Ukraina.

"Di daerah Mykolayiv selatan, penangkapan sejumlah besar peralatan lapis baja dan mobil musuh sedang direncanakan dan direalisasikan," demikian laporan militer Ukraina yang dilansir dari CNN. (*)

(Sumber: Tribun-Medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved